Sejarah: Kerajaan Kalingga Holing
Latar
Belakang Berdirinya Kerajaan Kalingga
Kalingga atau Ho-ling (sebutan dari sumber Tiongkok) adalah sebuah
kerajaan bercorak Hindu yang muncul di Jawa Tengah sekitar abad ke-6 masehi.
Letak pusat kerajaan ini belumlah jelas, kemungkinan berada di suatu tempat
antara Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Jepara sekarang. Sumber sejarah
kerajaan ini masih belum jelas dan kabur, kebanyakan diperoleh dari sumber
catatan China, tradisi kisah setempat, dan naskah Carita Parahyangan yang
disusun berabad-abad kemudian pada abad ke-16 menyinggung secara singkat
mengenai Ratu Shima dan kaitannya dengan Kerajaan Galuh. Kalingga telah ada
pada abad ke-6 Masehi dan keberadaannya diketahui dari sumber-sumber Tiongkok.
KONDISI GEOGRAFIS
Letak wilayah Kerajaan Kalingga
Holing masih diperdebatkan oleh para sejarawan. Berita Cina dari Dinasti Tang
menyebut Kalingga sebagai She-p’o dan letaknya berada di laut selatan. Wilayah
kalingga berbatasan dengan P’o-Li (Bali) disebelah timur, To-p’o-Teng (Sumatra)
disebelah barat, laut disebelah selatan, dan Chen-la(kamboja) disebelah utara.
Pada pertengahan musim panas
apabila orang mendirikan gnomon setinggi 8 kaki, bayangannya akan jatuh ke
selatan dengan panjang 2 kaki 4 inci. Gnomon adalah alat untuk menentukan letak
ketinggian matahari yang digunakan pada zaman kuna. Berdasarkan perhitungan tersebut,
letak kalingga berada pada posisi 6o 8’LU. Oleh karena itu, Kalingga
tidak mungkin berada di Jawa. Akan tetapi, keberadaan berita tersebut dibantah
para sejarawan yang mengatakan bahwa penulis berita cina membuat sesuatu
kesalahan. Seharusnya waktu yang dicatat adalah pertengahan musim dingin
sehingga bayangan dari gnomon jatuh disebelah utara.
Oleh karena itu, Posisi
Kalingga akan berada pada posisi 608’LS.
Dengan demikian Kerajaan kalingga terletak disekitar pantai Utara Jawa Tngah.
Keberadaan Kerajaan Kalingga
di jawa tengah, didukung para
sejarawan belanda N.J Krom, George Ceodes, W.F. Mayer, W.J.Van der Meulen. Mereka berpendapat bahwa pusat Kalingga berada di suatu tempat antara
kabupaten Pekalongan dan Kabupaten
Jepara sekarang. Secara Geografis wilayah Pesisir utara Jawa Tengah strategis untuk perkembangan sebuah kerajaan. Sejak awal abad masehi perairan di
laut jawa sudah berkembang
menjadi jalur perdagangan yang ramai. Oleh karena itu, Kalingga dapat membangun Pelabuhan perdagangan di
tepi laut Jawa. Keberadaan
Pelabuhan jawa tersebut akan memudahkan
Kalingga berinteraksi dengan dunia luar sehingga sektor perdagangan maritim dapat berkembang. Sementara itu, wilayah pedalaman Jawa Tengah yang subur
dapat mendukung kedudukan
perekonomian Negara dari sektor agraris.
KEHIDUPAN POLITIK
Pada abad VII Masehi Kerajaan
Kalingga pernah dipimpin seorang ratu yang bernama Sima. Ratu Sima menjalankan
pemerintahan dengan tegas, keras, adil, dan bijaksana. Ia melarang rakyatnya
untuk menyentuh dan mengambil barang milik mereka yang tercecer di jalan. Bagi
siapapum yang melanggar akan mendapatkan hukuman yang berat. Hukum di Kalingga
dapat ditegakkan dengan baik. Rakyat taat terhadap peraturan yang dibuat oleh
ratu mereka. Oleh karena itu, ketertiban dan ketentraman di Kalingga berjalan
baik.
Menurut naskah Cerita Parahyangan, Ratu Sima memiliki cucu bernama Sanaha yang menikah dengan Raja Brantasenawa dari Kerajaan Galuh. Sanaha memilki anak bernama Sanjaya yang kelak menjadi Raja Kerajaan Mataram Kuno dan mendirikan Dinasti Sanjaya. Sepeninggal Ratu Sima, Kerajaan Kalingga ditaklukan oleh Kerajaan Kalingga ditaklukkan oleh Kerajaan Sriwijaya.
Menurut naskah Cerita Parahyangan, Ratu Sima memiliki cucu bernama Sanaha yang menikah dengan Raja Brantasenawa dari Kerajaan Galuh. Sanaha memilki anak bernama Sanjaya yang kelak menjadi Raja Kerajaan Mataram Kuno dan mendirikan Dinasti Sanjaya. Sepeninggal Ratu Sima, Kerajaan Kalingga ditaklukan oleh Kerajaan Kalingga ditaklukkan oleh Kerajaan Sriwijaya.
KEHIDUPAN EKONOMI
Kerajaan Kalingga mengembangkan
perekonomian perdagangan dan pertanian. Letaknya yang dekat dengan pesisir
utara Jawa Tengah menyababkan Kalingga mudah diakses oleh para pedagang dari
luar negri.Kalingga merupakan daerah penghasil kulit penyu, emas, perak, cula
badak, dan gading sebagai barang dagang. Sementara wilayah pedalaman yang
subur, dimanfaatkan penduduk untuk mengembangkan pertanian. Hasil-hasil
pertanian yang diperdagangkan antara lain beras dan minuman. Penduduk Kalingga
dikenal pandai membuat minuman berasal dari bunga kelapa dan bunga
aren.mMinuman tersebut memiliki rasa manis dan dapat memabukkan. Dari hasil
perdagangan dan pertanian tersebut, penduduk Kalinnga hidup makmur.
Mata pencaharian:
Kerajaan Ho-ling
mempunyai hasil bumi berupa kulit penyu, emas dan perak, cula badak dan gading.
Ada sebuah gua yang selalu mengeluarkan air garam yang disebut sebagai bledug.
Penduduk menghasilkan garam dengan memanfaatkan sumber air garam yang disebut
sebagai bledug tersebut.
KEHIDUPAN AGAMA
Kerajaan Kalingga merupakan pusat
agama Buddha Hinayana di Jawa. Agama Buddha yang berkembang di Kalingga
merupakan ajaran Buddha Hinayana. Pada tahun 664 seorang pendeta Buddha dari
Cina bernama Hwi-ning berkunjung ke Kalingga. Ia datang untuk menerjemahkan
sebuah naskah terkenal agama Buddha Hinayana dari bahasa sansekerta dalam
bahasa Cina. Usaha Hwing-ning dibantu oleh seorang pendeta Buddha dari Jawa
bernama Jananabadra.
KEHIDUPAN SOSIAL BUDAYA
Penduduk Kalingga hidup dengan
teratur. Ketertiban dan Ketentraman sosial di Kalingga dapat berjalan dengan
baik berkat kepemimpinan Ratu Sima yang tegas dan bijaksana dalam menjalankan
hukum dan pemerintahan. Dalam menegakkan hukum Ratu Sima tidak membedakan
antara rakyat dan anggota kerabatnya sendiri.
Berita tentang ketegasan Ratu Sima
pernah didengar oleh Raja Ta-Shih. Ta-Shih adalah sebutan cina untuk kaum
muslim Arab dan Persia. Raja Ta-Shih kemudian ingin mengunjungi kebenaran
berita tersebut. Ia memerintahkan anak buahnya untuk meletakkan satu kantong
emas dijalan wilayah kerajaan Ratu Sima. Selama tiga tahun kantong itu
dibiarkan tergeletak dijalan dan tidak seorang pun berani menyentuh. Setiap
orang yang melewati kantong emas tersebut berusaha menyingkir.
Pada suatu hari putra mahkota tidak
sengaja menginjak kantong itu sehingga isinya berhamburan. Kejadian ini membuat
Ratu Sima marah dan memerintahkan hukuman mati untuk putra mahkota. Akan
tetapi, para menteri berusaha memohon pengampunan untuk putra mahkota. Ratu
Sima menanggapi permohonan itu dengan memerintahkan agar jari kaki putra
mahkota yang menyentuh kantong emas dipotong. Peristiwa ini merupakan bukti
ketegasan Ratu Sima dalam menegakkan hukum.
Keruntuhan
Kerajaan Kalingga
Keruntuhan kerajaan kalingga
disebabkan oleh karena serangan dari Kerajaan Islam Demak. Hal ini bisa
dikatakan tidak benar sama sekali. Bukti-bukti sejarah yang ada (yang berupa
prasasti-prasasti batu) menjelaskan kepada kita bahwa sebenarnya Majapahit
belum runtuh dan masih berdiri untuk jangka waktu yang cukup lama.
Prasasti-prasasti batu yang berasal dari tahun 1486 M, masih menyebutkan adanya
kekuasaan kerajaan Majapahit dengan rajanya yang berkuasa waktu itu bernama
Dyah Ranawijaya yang bergelar Girindrawarddhana ; bahkan ia disebut pula
sebagai seorang Sri Paduka Maharaja Sri Wilwatiktapura Janggala Kadiri
Prabhunatha.
Keruntuhan kerajaan Ho-ling terjadi
pada tahun 752, karena Kerajaan Ho-ling menjadi wilayah taklukan Sriwijaya
dikarenakan kerajaan ini menjadi bagian jaringan perdagangan Hindu, bersama
Malayu dan Tarumanagara yang sebelumnya telah ditaklukan Sriwijaya. Ketiga kerajaan
tersebut menjadi pesaing kuat jaringan perdagangan Sriwijaya-Buddha
Peninggalan Kerajaan Kalingga
Prasasti peninggalan kerajaan Ho-ling adalah Prasasti Tukmas. Prasasti ini ditemukan di Desa Dakwu daerah bogan, purwodadi di lereng Gunung Merbabu di Jawa Tengah. Prasasti bertuliskan huruf pallawa dan berbahasa sekerta. Prasasti menyebutkan tentang mata air yang bersih dan jernih. Sungai yang mengalir dari sumber air tersebut disamakan dengan sungai gangga di India. Pada prassasti itu ada gambar-gambar speerti trisula, kendi, kapak, kelasangka, cakra dan bunga teratai yang merupakan lambang keeratan hubungan manusia dengan dewa-dewa hindu.
Sementara di Desa Sojomerto,
Kecamatan Reban, Kabupaten Batang Jawa tengah, ditemukan Prasasti Sojomerto.
Prasasti ini beraksara Kawi dan berbahasa Melayu Kuna dan berasal dari sekitar
abad ke-7 masehi. Prasasti ini bersifat agama Siwais. Isi prasasti memuat
keluarga dari tokoh utamanya, Dapunta Selendra, yaitu ayahnya bernama Santanu,
ibunya bernama Bhadrawati, sedangkan istrinya bernama Sampula. Prof. Drs.
Boechari berpendapat bahwa tokoh yang bernama Dapunta Selendra, ia adalah
cikal-bakal raja-raja keturunan Wangsa Sailendra yang berkuasa Kerajaan mataram
Hindu.
Dapat didownload disini
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Cara download:
1. Klik tulisan 'disini' di atas
2. Silang laman yang tidak perlu, tunggu loading sebentar
3. Tekan 'Skip Ad'
4. Download file drive di tanda unduh (panah ke bawah ↓) di pojok kanan atas laman google drive
5. Selesai, tinggal cek di folder download
❤❤❤
1 comment
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDeleteWhat do you think about this post?