Seni Budaya: Makalah Budaya Peninggalan Mesir Kuno
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan syukur
kehadirat illahi rabbi, yang telah memberikan cinta dan hidayah-nya, sehingga kami dapat menyusun makalah “Seni
Budaya tentang Peninggalan Mesir Kuno ”.
Makalah ini diajukan untuk
memenuhi tugas yang diberikan oleh guru kami.
Dalam penyusunan makalah ini,
penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu,
sehingga makalah ini dapat tersusun, baik secara materil maupun moril.
Penulis menyadari dengan penuh
kerendahan hati, bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka dari itu penulis
mengharapkan kritik dan sarannya dari para pembaca yang budiman, demi
kebaikan/kesempurnaan dimasa yang akan datang.
Semoga makalah ini ada faedah
untuk pembaca budiman umumnya dan penulis khususnya.
Mataram, Januari 2016
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
belakang
Mesir pada zaman dahulu merupakan
daerah yang terisolasi, menurut kajian daerah daerah di Mesir sulit dijangkau
dari daratan, daerah bagian timur Mesir adalah laut merah. Karena dibatasi oleh
laut keadaan alam timur Mesir menjadi gurun pasir yang gersang. Daerah selatan
adalah Nubia, zaman dahulu merupakan daerah hutan Afrika yang lebat bergunung-gunung.
Banyak binatang buas yang hidup di daerah tersebut, seperti singa. Bagian barat
Mesir merupakan gurun pasir yang luas dengan gunung-gunung karang, daerah ini
dulu dihuni oleh orang-orang liar dan srigala padang pasir, singa dan ular
cobra. Daerah utara agak lebih ramah sedikit merupakan daerah laut pantai
tengah atau Mediterania. Jalan masuk paling mudah yaitu melalui
hilir sungai Nil yang terdapat banyak delta-delta, perjalanan dengan perahu
menyusuri sungai lebih mudah tetapi di muara itu juga hidup buaya-buaya yang
buas. Daerah Mesir yang paling ramah dan subur hanyalah sepanjang jalur tepian
sungai Nil. Sungai Nil merupakan jalur kehidupan masyarakat Mesir, dari
kehidupan sungai Nil ini kebudayaan mesir kuno muncul dan menjadi kebudayaan
terhebat di dunia (Lionel Casson: 1983, 11-13).
Untuk melihat asal-usul kebudayaan
mesir dengan begitu mudah dipelajari dari bukti-bukti sejarah yang ada. Mesir zaman
dahulu disebut dengan nama yang berbeda. Orang Yunani menyebut sebagai Auguiptos dan Agiptos,
orang Eropa menyebut sebagai Egypt atau Egyp.
Penduduk setempat dan orang-orang Libia menyebut dengan Khemi atau Khemet.
Orang Arab menyebut bangsa yang ada di sekitar sungai Nil sebagai orang Mesir
sehingga sampai saat ini disebut Mesir. Khemi atau El Khemi dan Khemet atau El Khemet sebutan untuk
membedakan orang mesir yang menghuni dataran rendah yang berwarna hitam karena
lumpur humus yang subur dinamakan El Khemet, dan daerah padang
pasir yang berwarna merah jingga kekuningan dinamakan El Khemit. Bagian
dari daerah padang pasir yang kering dan gersang, gunung karang yang kokoh dan
keras. Tepian sungai Nil yang lembut subur dan menghidupi adalah jiwa dari
budaya bangsa Mesir yang tercermin dalam karya-karya seni rupa.
B. Tujuan
Tujuan
dari penyusunan makalah ini antara lain:
1. Memberikan
pemahaman tentang Mesir kuno.
2. Memberikan
gambaran mengenai Mesir kuno.
3. Mengetahui
peninggalan Mesir kuno.
4. Mengetahui
budaya budaya mesir kuno
BAB II PEMBAHASAN
A. Memberikan pemahaman tentang
Mesir kuno
Kebudayaan Mesir termasuk kebudayaan
tua yang mulai bangkit pada 4000 tahun SM. Pada zaman 3200 SM di Mesir telah
ada kerajaan yang diperintah oleh para Pharao atau Firaun. Kerajaan
ini disebut sebagai dinasti awal dari kerajaan Mesir. Raja-raja yang berkuasa
di masa itu dapat dikenal dari fakta-fakta peninggalan antara lain: Raja Manes,
Aha, Jer, Den dan Persibsen (Joyce Milton: 1980, 12-13).
Latar belakang dari kerajaan ini adalah
kepercayaan atau agama kuno orang Mesir yang memuja dewa-dewa. Selain itu
kepercayaan orang Mesir pada dinasti awal ini menjadi dasar bagi perkembangan
kebudayaan Mesir untuk masa selanjutnya. Agama mesir percaya bahwa kehidupan
itu akan mati, dan sesudah itu akan terjadi kebangitan kembali. Orang Mesir
membangun kuburannya bagaikan rumah atau istana yang lengkap dengan segala
perabotannya. Para raja tentunya juga membangun kuburan yang bersifat
monumental dan mewah. Dalam kehidupan yang baru setelah dibangkitkan dari
kematian orang masih akan membutuhkan keperluan seperti dalam waktu keadaan
hidup di dunia. Orang mati diberi bekal kubur berwujud keperluan seperti
layaknya orang hidup. Perlengkapan hidup sehari-hari, meja, kursi, tempat
tidur, tongkat, pakaian, alat makan minum, senjata, perhiasan, jimat dan lain
sebagainya disertakan dalam kubur (Lionel Casson: 1983, 71-92).
Seni rupa Mesir sangat erat hubungannya
dengan kekuasaan dan kepercayaan Mesir. Banyaknya karya seni monumental yang
bersifat kekuasaan dan keagamaan hadir memenuhi lembaran sejarah Mesir. Masa
awal dinasti mesir tidak lepas dari masa Pra Sejarah, karena perkembangan
masa-masa itu saling berkaitan yang sebenarnya, masa awal ini tidak begitu
jelas kronologinya, sehingga sulit untuk ditarik garis pemisahnya. Kebudayaan
dinasti awal diperkirakan sudah ada zaman sebelum berdiri tegaknya kuno. Berdasarkan penemuan ahli arkeolog kebudayaan
Mesir telah berkembang baik pada 4000 tahun SM dan munculnya dinasti awal tidak
dapat diketahui hanya secara pikiran saja. Pada masa itu orang Mesir sudah
melampaui zaman batu. Penemuan bukti-bukti ditemukan pada masa peninggalan
purbakala di daerah Badari, Negade, El Amrah, El Gerze, dan Merinde.
Penemuan-penemuan ini merupakan gambaran kebudayaan dan kesenian mesir pada zaman
Pra Sejarah sampai dinasti awal.
B. Memberikan
gambaran mengenai Mesir kuno
Kerajaan kuno Mesir muncul dengan
penguasa para Firaun dari dinasti ke-3 sampai dinasti ke 8. Kerajaan kuno Mesir
sudah mempunyai ibukota yang tetap dan besar di kota Memphis sekarng dekat
Kairo. Para Firaun yang terkenal adalah Dejoser, Snefru, Khufu, Khafre,
Menkaure, Weserkaf, Sahure, Unas, Pepi I dan Pepi II (Joyce Milton: 1980,
13-14). Pusat pemerintahan keagamaan, kegiatan sosial, kegiatan kesenian
berpusat di ibukota kerajaan Memphis. Pada kerajaan kuno ini mulai muncul karya
seni rupa yang semakin lama semakin besar dan indah, bertitik tolak dari zaman
ini Mesir mencapai puncak-puncak kebesaran seninya.
Peninggalan Mesir zaman kerajaan kuno
yang paling banyak adalah arsitektur, terutama bangunan kuburan. Bangunan
kuburan berbentuk Mastaba dan Piramida, bangunan lain adalah kuil tempat
pemujaan dewa. Bangunan ini dibuat dari batu alam yang baik, karna daerah Mesir
kaya dengan batu-batuan. Alam Mesir menghasilkan batu Garnit, Bazalt, Pualam
(marmer), batu kapur, diorit dan lain-lain. Batuan Mesir merupakan batu yang
baik dipakai untuk bahan bangunan. Pada masa ini muncul bangunan besar-besar
dengan bahan batu alam yang bersifat monumental. Karya arsitektur yang besar
pada zaman ini adalah kuburan raja Djoser yang berwujud piramid berjenjang. Dan
beberapa kuburan Mastabayang ukuranya cukup besar. Kuburan-kuburan raja mulai
dibangun secara mudah, megah dan, tahan lama. Sebaliknya bangunan istana atau
rumah tidak banyak ditemukan, karena dibangun dari bangunan yang kurang tahan
lama seperti kayu, batu yang tidak tahan lama. Sehingga peninggalan pada
kerajaan kuno ini jarang ditemukan bekas bangunan rumah atau istana.
Peninggalan arsitektur kerajaan kuno sebagian adalah kuburan. Kuburan bagi
orang Mesir dianggap penting karena digunakan untuk mati, berarti tidur yang
panjang menunggu saat kebangkitan kembali. Kuburan merupakan rumah yang abadi.
Dalam kuburan orang Mesir ini dapat juga diketemukan berbagai benda seni yang
disertakan sebagai bekal kubur. Dalam kuburan terdapat jenazah orang yang telah
meninggal, dimasukan dalam peti mati (Sarchopagus) terbuat dari kayu yang
merupakan patung potret dari orang yang meninggal itu. Peti mati bagi raja-raja
dibuat dengan segala kemewahan, dipalut logam mulia atau dilapis lempengan emas
murni. Sarchopagus dipahat seperti keadaan wujud jenazah
manusia yang meninggal (Joyce Milton: 1980, 84-85)
C. Mengetahui
peninggalan Mesir kuno
1.
PIRAMIDA
Piramida Mesir adalah sebutan untuk
piramida yang terletak di Mesir yang dikenal sebagai "negeri piramida"
sekalipun ditemukan situs piramida dalam jumlah besar di Semenanjung Yucatan
yang merupakan pusat peradaban Maya.
Di Mesir umumnya piramida digunakan sebagai makam
raja-raja Mesir Kuno yang dikenal dengan nama firaun. Namun demikian, berabad
abad lalu piramida sering digunakan sebagai sasaran penjarahan dan perampok
makam karena para raja-raja membawa harta kekayaannya dan segala macam artefak
guna di alam baka, sekalipun diberi perlindungan dengan semacam kutukan-kutukan
untuk mencegahnya. Sehingga pada masa raja-raja mesir kuno berikutnya, makam
raja-raja dan para bangsawan ditempatkan pada lembah yang tersembunyi seperti
halnya makam Raja Tutankhamun yang ditemukan secara utuh dan lengkap.
Piramida pun tidak dibuat sembarangan. Para
insinyur Mesir kuno menghitung dulu jarak piramida dengan matahari, karena
matahari adalah salah satu hal terpenting dalam kehidupan masyarakat Mesir
kuno. Ilmuwan masa kini pun mengakui kehebatan mereka dalam membangun piramida
yang termasuk tujuh keajaiban dunia ini. Waktu, harta, dan tenaga yang
dikeluarkan demi pembangunan piramida pun luar biasa banyaknya. Pembangunan
piramida membutuhkan waktu sekitar dua puluh tahun dan mempekerjakan lebih dari
sepuluh ribu budak, dan banyak yang nyawanya melayang. Piramida terbesar berada
di Giza.
1.1
Lokasi
Piramida
Lokasi piramida di Mesir ditemukan di
daerah :
1. Giza
atau Gizeh,
2. Abu Simbel
3. Saqqara
4. Abusir
2.
SPHINX
(patung manusia berbadan singa)
Sphinx merupakan patung singa
berkepala manusia diyakini merupakan kepala Khufu. Sphinx adalah
patung monumental, patung kerajaan pertama yang benar-benar kolosal di Mesir,
dikenal sebagai The Great Sphinx of Giza, adalah simbol nasional Mesir, baik
kuno dan modern. Ini telah mengaduk imajinasi penyair, sarjana, petualang
dan wisatawan selama berabad-abad dan telah juga menginspirasi banyak spekulasi
tentang umurnya, artinya, dan rahasia yang mungkin terkandung di dalamnya.
Kata “sphinx”, yang berarti ‘pencekik’, pertama
kali diberikan oleh orang Yunani untuk makhluk luar biasa yang memiliki kepala
seorang wanita, tubuh singa dan sayap burung. Di Mesir, ada banyak patung
sphinx, yang biasanya dengan kepala seorang raja mengenakan topi dan tubuh
singa.
The Great Sphinx diyakini menjadi patung batu yang
paling besar di putaran abad yang pernah dibuat oleh manusia. Namun, harus
dicatat bahwa Sphinx bukan sebuah monumen terisolasi dan bahwa hal itu harus
diuji dalam konteks lingkungannya. Secara khusus, seperti banyak monumen
Mesir, adalah sebuah kompleks yang terdiri tidak hanya dari patung besar itu
sendiri, tetapi juga kuil tua, sebuah kuil Kerajaan Baru dan beberapa struktur
kecil lainnya. Hal ini juga berkaitan erat dengan Khafre’s Valley Temple,
yang tempat itu sendiri memiliki empat patung kolosal sphinx yang
masing-masing lebih dari 26 meter.
Sphinx menghadap ke matahari terbit
dengan sebuah kuil ke depan candi yang menyerupai matahari yang kemudian
dibangun oleh raja-raja dari dinasti ke-5. Singa adalah simbol matahari
pada tempat di lebih dari budaya dekat Timur kuno. Kepala manusia
melambangkan kerajaan pada tubuh singa melambangkan kuasa, dan kekuatan,
dikendalikan oleh kecerdasan firaun, penjamin dari tatanan kosmik, atau
ma’at. Itu adalah simbolisme bertahan selama dua setengah milenium dalam
ikonografi peradaban Mesir.
Kepala dan wajah Sphinx tentu
mencerminkan gaya yang milik Kerajaan Mesir Lama, dan Dinasti 4 pada
khususnya. Bentuk keseluruhan wajahnya lebar, hampir persegi, dengan dagu
yang luas. The hiasan kepala (dikenal sebagai ‘-kain kepala Nemes’),
dengan perusahaan lipat dari atas kepala dan pesawat segitiga di belakang
telinga, kehadiran kerajaan ‘kobra uraeus’ pada alis, perawatan mata dan bibir
semua bukti bahwa Sphinx terukir selama periode ini.
Ada sebuah lubang di bagian atas
kepala, sekarang diisi, bahwa setelah memberikan dukungan untuk hiasan kepala
tambahan. Penggambaran Sphinx dari akhir zaman Mesir kuno menunjukkan
mahkota atau bulu di atas kepala, tapi ini tidak merupakan bagian dari desain
asli. Bagian atas kepala sphinx lebih datar, bagaimanapun, begitulah bentuk
dari patung sphinx Mesir.
Tapi tentunya sphinx tidak dirancang
untuk tampil tanpa hidung. Sebagai sebuah karya monumental, dulunya sosok
sphinx dibangun lengkap dengan “hidung” dan segala aksesorisnya. Berkepala
manusia (wanita), berbadan singa dan bersayap. Tak diketahui pasti alasan
menghilangnya hidung sphinx. Tetapi beberapa kalangan percaya, sphinx
kehilangan hidungnya sekitar 400 tahun yang lalu.. Antara tahun 1816 – 1817
3. HIEROGLIF
Hieroglif Mesir
(pengucapan Hieroglif, dari Yunani = “ukiran suci”, dalam Bahasa
Inggris hieroglyphic) adalah sistem tulisan formal yang digunakan masyarakat
Mesir kuno yang terdiri dari kombinasi elemen logograf dan alfabet.
Hieroglif Mesir merupakan salah satu
sistem penulisan paling tua yang dikenal manusia. Beberapa dari tulisan
tersebut berasal dari tahun 3000 sebelum masehi dan telah digunakan oleh bangsa
Mesir selama lebih dari 3000 tahun.
3.1 Etimologis
Berdasarkan kamus, arti dari hieroglif
adalah tulisan dan abjad Mesir Kuno, yang terdiri atas 700 gambar dan lambang
dalam bentuk manusia, hewan, atau benda; dan lambang tulisan (menyerupai gambar
paku) yang bersifat rahasia atau teka-teki yang sukar dibaca atau dipahami
maknanya.
Disebut hieroglif karena ketika orang
Yunani pertama kali melihat tulisan itu, mereka yakin bahwa tulisan tersebut
merupakan tulisan pendeta yang memiliki makna dan tujuan yang suci. Kata
hieroglif berasal dari kata sifat bahasa Yunani yaitu hieroglyphikos, gabungan
dari hierós (keramat atau suci) dan glýpho (ukiran, pahatan, atau glyphs).
Kata glyphs sendiri merujuk pada
"tà hieroglyphikà grámmata" (kesusastraan ukir pahat). Kata
hieroglyph dalam bahasa Inggris dijadikan kata benda, menggantikan arti kata
hieroglif yang sebenarnya. Yang seharusnya seperti dalam kalimat sebelumnya,
kata hieroglyphic merupakan sebuah kata sifat, namun sering terjadi kekeliruan
dalam penggunaan kata hieroglyph sebagai sebuah kata benda.
3.2
Sistem Penulisan
Penulisan hieroglif dapat dimulai dari
kanan ke kiri, kiri ke kanan, atau dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas,
tetapi biasanya dimulai dari kanan ke kiri (seperti dalam penulisan Arab,
walaupun dalam penulisan formal zaman sekarang ini menggunakan kiri ke kanan).
3.3 Jenis Hieroglif
Hieroglif terdiri dari tiga macam glyph
yaitu phonetic glyphs, termasuk karakter satu konsonan yang berfungsi seperti
abjad, logographs; dan semagram (simbol semantik yang menentukan makna), yang
membatasi arti dari logographic atau kata-kata fonetis.
4. KUIL
Dari segi arsitektur, sebagai kuil
mempunyai elemen-elemen penting, yakni Pylon (tiang batu besar dan tinggi di
depan kuil), pintu masuk dengan bangunan gapura besar yang dilengkapi tiang
bendera, halaman yang dikelilingi tembok, aula dengan deretan kolom besar dan
altar.
Sebelum pylon ditempatkan sepasang
monumen batu besar yang disebut dengan obelisk. Pada masa dinasti ke-4 sampai dinasti
ke-12, terdapat beberapa kuil yang dibangun, seperti :
1.
Kuil Edfu di Tebes
2.
Kuil Amen di Luxor
3.
Kuil Amen di Karnak
4.
Kuil Abu Simbel yang
dibangun Raja Ramses II.
Adapun kuil Deir El Bahri yang terletak
di lembah di dekat Tebes, kuil ini dilengkapi dengan 3 teras besar,
langit-langit di bagian ruang tengah yang luas itu disanggu beberapa tiang dari
batu kapur dan dilengkapi dengan realif dan lukisan.
Bentuk bangunan dengan kolom-kolom
seperti kat”Proto-Doric” atau bentuk seni bangun gaya Doria awal. Dari
segi arsitektur yang paling menarik adalah penggunaans kolom dengan
bermacam-macam jenis, yakni jenis menara, kolom bunga lotus, Kolom bunga lotus
sederhana, kolom daun palm dan kolom kepala Hathor.
D. Mengetahui Budaya Mesir Kuno
1. Seni Bangun dan Seni Lukis
Seni bangun, seperti
piramida, kuil dan istana serta seni rupa, seperti pahat dan lukis berkembang
mencapai puncaknya. Salah satu seni bangun Mesir kuno yang sampai sekarang
masih terkenal adalah Piramida. Para sarjana mencatat tidak kurang dari 30
piramida yang telah ditemukan tapi hanya 3 buah di wilayah Giza yang relatif
masih lengkap.
Piramida besar Kufu,
tingginya 480 kaki, atau kira-kira 14,5 meter lebar 750 kaki atau kira-kira 25
Meter. Piramida ini dibangun diatas tanah seluar hampir 5 Ha. Untuk
membangunnya diperlukan 2,3 juta batu dalam bentuk balok yang masing-masing
balok beratnya 2,5 ton. Bagian dalam piramida yang tersusun dari batu kapur
berwarna kekuning-kuningan itu terdapat dua bilik (bilik untuk makam raja dan
untuk makam ratu). Makam ini juga dibangun dari tumpukan batu-batu yang disebut
Mastaba. Selain Mastaban juga terdapat monumen yang disebut Sphink. Monumen ini
dianggap sebagai simbol kekuasaan raja.
2. Seni Patung Dan Seni Lukis
Dari kepercayaaan Mesir, muncul
bentuk-bentuk patung, dewa, raja dan pendeta. Patung-patung kolosal masih terus
diproduksi. Akan tetapi patung-patung berukuran kecil dengan bahan kayu atau
batu banyak mendapat perhatian. Para seniman patung masa itu menaruh perhatian
pada detail sekitar wajar, misalnya Patung Rohatep dan nofrat.
Pada masa kekuasaan dinasti ke-5 muncul
seni patung kepala dari bahan kayu, patung ini sekaligus menunjukkan kebebasan
seniman patung dalam berekspresi dan menentukan objeknya. Kehalusan
penggarapannya dan diteil sangat jelas terlihat dalam patung ini.
Pada masa kekuasaan dinasti ke-3 muncul
patung dada. Pada masa itu para seniman patung tidak saja memperkenalkan jenis
patung baru, akan tetapi juga mulai mempergunakan bermacam-macam warna untuk pewarnaan
patung batu seperti pada patung ratu Hatseput. Banyak sarjana barat yang
mengakui kelebihan bangsa Mesir kuno. Tulisan Mesir kuno yang berupa gambar
yang masing-masing gambar memiliki arti dan bungi (hieroglif), ilmu ukur
(matematika). Sistem pengairan anatomi, kedokteran, seni bangunan, senirupa dan
sistem kalender telah mempengaruhi kebudayaan Eropa.
3. Kehidupan sehari-hari
Patung yang menggambarkan kegiatan
masyarakat kecil Mesir Kuno. Sebagian besar masyarakat Mesir Kuno
bekerja sebagai petani. Kediaman mereka terbuat dari tanah liat yang
didesain untuk menjaga udara tetap dingin di siang hari. Setiap rumah memiliki
dapur dengan atap terbuka. Di dapur itu biasanya terdapat batu giling untuk
menggiling tepung dan oven kecil untuk membuat roti Tembok dicat warna
putih dan beberapa juga ditutupi dengan hiasan berupa linen yang diberi warna.
Lantai ditutupi dengan tikar buluh dilengkapi dengan furnitur sederhana untuk
duduk dan tidur.
Bangsa Mesir Kuno sangat menghargai
penampilan dan kebersihan tubuh. Sebagian besar mandi di Sungai Nil dan
menggunakan sabun yang terbuat dari lemak binatang
dan kapur. Laki-laki bercukur untuk menjaga kebersihan, menggunakan minyak
wangi dan salep untuk mengharumkan dan menyegarkan kulit Pakaian dibuat
dengan linen sederhana yang diberi warna putih, baik wanita maupun pria di
kelas yang lebih elit menggunakan wig, perhiasan, dan kosmetik. Anak-anak tidak
mengenakan pakaian hingga mereka dianggap dewasa, pada usia sekitar 12 tahun,
dan pada usia ini laki-laki disunat dan dicukur. Ibu bertanggung jawab menjaga
anaknya, sementara sang ayah bertugas mencari nafkah.
Musik dan tarian menjadi hiburan yang
paling populer bagi mereka yang mampu membayar untuk melihatnya. Instrumen yang
digunakan antara lain seruling dan harpa, juga instrumen yang mirip terompet
juga digunakan. Pada masa Kerajaan Baru, bangsa Mesir memainkan bel, simbal,
tamborine, dan drum serta mengimpor kecapi dan lira dari Asia. Mereka juga menggunakan
sistrum, instrumen musik yang biasa digunakan dalam upacara keagamaan.
Bangsa Mesir Kuno mengenal berbagai
macam hiburan, permainan dan musik, salah satunya adalah Senet,
permainan papan yang bidaknya digerakkan dalam urutan acak. Selain itu mereka
juga mengenal mehen.
Juggling dan permainan menggunakan bola juga sering dimainkan anak-anak, juga
permainan gulat sebagaimana digambarkan dalam makam Beni
Hasan.[111] Orang-orang
kaya di Mesir Kuno juga gemar berburu dan berlayar untuk hiburan.
4. Masakan
Masakan
Mesir cenderung tidak berubah selama berabad-abad; Masakan Mesir modern
memiliki banyak persamaan dengan Masakan Mesir Kuno. Makanan sehari-hari
biasanya mengandung roti dan bir, dengan lauk berupa sayuran seperti bawang
merah dan bawang putih, serta buah-buahan berbentuk biji dan ara. Wine dan
daging biasanya hanya disajikan pada perayaan tertentu, kecuali di kalangan
orang kaya yang lebih sering menyantapnya. Ikan, daging, dan unggas dapat
diasinkan atau dikeringkan, serta direbus atau dibakar.
5. Arsitektur
Kuil Edfu adalah salah
satu hasil karya arsitektur bangsa Mesir Kuno. Karya arsitektur
bangsa Mesir Kuno yang paling terkenal antara lain: Piramida Giza dan kuil di Thebes.
Proyek pembangunan dikelola dan didanai oleh pemerintah untuk tujuan religius,
sebagai bentuk peringatan, maupun untuk menunjukkan kekuasaan firaun. Bangsa
Mesir Kuno mampu membangun struktur batu dengan peralatan sederhana namun
efektif, dengan tingkat akurasi dan presisi yang tinggi.
Kediaman baik untuk kalangan elit
maupun masyarakat biasa dibuat dari bahan yang mudah hancur seperti batu bata
dan kayu, karenanya tidak ada satu pun yang terisa saat ini. Kaum tani tinggal
di rumah sederhana, di sisi lain, rumah kaum elit memiliki struktur yang rumit.
Beberapa istana Kerajaan Baru yang tersisa, seperti yang terletak di Malkata dan Amarna,
menunjukkan tembok dan lantai yang dipenuhi hiasan dengan gambar pemandangan
yang indah. Struktur penting seperti kuil atau makam dibuat dengan batu
agar dapat bertahan lama.
Kuil-kuil tertua yang tersisa, seperti
yang terletak di Giza, terdiri dari ruang tunggal tertutup dengan lembaran atap
yang didukung oleh pilar. Pada Kerajaan Baru, arsitek menambahkan pilon,
halaman terbuka, dan ruangan hypostyle;
gaya ini bertahan hingga periode Yunani-Romawi. Arsitektur makam tertua
yang berhasil ditemukan adalah mastaba, struktur persegi panjang dengan atap
datar yang terbuat dari batu dan bata. Struktur ini biasanya dibangun untuk
menutupi ruang bawah tanah untuk menyimpan mayat.
6. SENI
Patung dada Nefertiti,
karya Thutmose,
adalah salah satu mahakarya terkenal bangsa Mesir Kuno. Bangsa
Mesir Kuno memproduksi seni untuk berbagai tujuan. Selama 3500 tahun, seniman
mengikuti bentuk artistik dan ikonografi yang dikembangkan pada masa Kerajaan
Lama. Aliran ini memiliki prinsip-prinsip ketat yang harus diikuti,
mengakibatkan bentuk aliran ini tidak mudah berubah dan terpengaruh aliran
lain. Standar artistik—garis-garis sederhana, bentuk, dan area warna yang
datar dikombinasikan dengan karakteristik figure yang tidak memiliki kedalaman
spesial menciptakan rasa keteraturan dan keseimbangan dalam komposisinya.
Perpaduan antara teks dan gambar terjalin dengan indah baik di tembok makam dan
kuil, peti mati, maupun patung.
Seniman Mesir Kuno dapat menggunakan
batu dan kayu sebagai bahan dasar untuk memahat. Cat didapatkan dari mineral
seperti bijih besi (merah dan kuning), bijih perunggu (biru dan hijau), jelaga
atau arang (hitam), dan batu kapur (putih). Cat dapat dicampur dengan gum arab sebagai pengikat dan ditekan (press),
disimpan untuk kemudian diberi air ketika hendak digunakan. Firaun
menggunakan relief untuk mencatat
kemenangan di pertempuran, dekrit kerajaan, atau peristiwa religius. Di masa
Kerajaan Pertengahan, model kayu atau tanah liat yang menggambarkan kehidupan
sehari-hari menjadi populer untuk ditambahkan di makam. Sebagai usaha
menduplikasi aktivitas hidup di kehidupan setelah kematian, model ini diberi
bentuk buruh, rumah, perahu, bahkan formasi militer.
Meskipun bentuknya hampir homogen, pada
waktu tertentu gaya karya seni Mesir Kuno terkadang mengikuti perubahan
kultural atau perilaku politik. Setelah invasi Hykos di Periode Pertengahan
Kedua, seni dengan gaya Minoa ditemukan di Avaris. Salah
satu contoh perubahan gaya akibat adanya perubahan politik yang menonjol adalah
bentuk artistik yang dibuat pada masa Amarna: patung-patung disesuaikan dengan
gaya pemikiran religius Akhenaten. Gaya ini, yang
dikenal sebagai seni
Amarna, langsung diganti dan dibuah ke bentuk
tradisional setelah kematian Akhenaten
7. Agama dan kepercayaan
Buku
Kematian adalah panduan perjalanan untuk
kehidupan setelah kematian. Kepercayaan terhadap kekuatan gaib dan
adanya kehidupan setelah kematian dipegang secara turun temurun. Kuil-kuil
diisi oleh dewa-dewa yang memiliki kekuatan supernatural dan menjadi tempat
untuk meminta perlindungan, namun dewa-dewa tidak selalu dilihat sebagai sosok
yang baik; orang mesir percaya dewa-dewa perlu diberi sesajen agar tidak
mengeluarkan amarah. Struktur ini dapat berubah, tergantung siapa yang berkuasa
ketika itu.
Patung
Ka dipercaya dapat menjadi tempat bersemayam bagi mereka
yang telah meninggal. Dewa-dewa disembah dalam sebuah kuil
yang dikelola oleh seorang imam. Di bagian tengah kuil biasanya terdapat patung
dewa. Kuil tidak dijadikan tempat beribadah untuk publik, dan hanya pada
hari-hari tertentu saja patung di kuil itu dikeluarkan untuk disembah oleh
masyarakat. Masyarakat umum beribadah memuja patung pribadi di rumah
masing-masing, dilengkapi jimat yang dipercaya mampu melindungi dari
marabahaya. Setelah Kerajaan Baru, peran firaun sebagai perantara
spiritual mulai berkurang seiring dengan munculnya kebiasaan untuk memuja
langsung tuhan, tanpa perantara. Di sisi lain, para imam mengembangkan sistem
ramalan (oracle) untuk mengkomunikasikan langsung keinginan dewa kepada
masyarakat.
Masyarakat mesir percaya bahwa setiap
manusia terdiri dari bagian fisik dan spiritual. Selain badan, manusia juga
memiliki šwt (bayangan), ba (kepribadian atau
jiwa), ka (nyawa), dan nama. Jantung dipercaya
sebagai pusat dari pikiran dan emosi. Setelah kematian, aspek spiritual akan
lepas dari tubuh dan dapat bergerak sesuka hati, namun mereka membutuhkan tubuh
fisik mereka (atau dapat digantikan dengan patung) sebagai tempat untuk pulang.
Tujuan utama mereka yang meninggal adalah menyatukan kembali ka dan ba dan
menjadi "arwah yang diberkahi." Untuk mencapai kondisi itu, mereka
yang mati akan diadili, jantung akan ditimbang dengan "bulu
kejujuran." Jika pahalanya cukup, sang arwah diperbolehkan tetap tinggal
di bumi dalam bentuk spiritual. Makam firaun dipenuhi
oleh harta karun dalam jumlah yang sangat besar, salah satunya adalah topeng
emas dari mumiTutankhamun.
8. Adat pemakaman
Orang
Mesir Kuno mempertahankan seperangkat adat pemakaman yang diyakini sebagai
kebutuhan untuk menjamin keabadian setelah kematian. Berbagai kegiatan dalam
adat ini adalah : proses mengawetkan tubuh melalui mumifikasi,
upacara pemakaman, dan penguburan mayat bersama barang-barang yang akan
digunakan oleh almarhum di akhirat. Sebelum periode Kerajaan Lama, tubuh mayat
dimakamkan di dalam lubang gurun, cara ini secara alami akan mengawetkan tubuh
mayat melalui proses pengeringan. Kegersangan dan kondisi gurun telah menjadi
keuntungan sepanjang sejarah Mesir Kuno bagi kaum miskin yang tidak mampu
mempersiapkan pemakaman sebagaimana halnya orang kaya. Orang kaya mulai
menguburkan orang mati di kuburan batu, akibatnya mereka memanfaatkan
mumifikasi buatan, yaitu dengan mencabut organ internal, membungkus tubuh
menggunakan kain, dan meletakkan mayat ke dalam sarkofagus berupa
batu empat persegi panjang atau peti kayu. Pada permulaan dinasti keempat,
beberapa bagian tubuh mulai diawetkan secara terpisah dalam toples kanopik.
Anubis
adalah dewa pada zaman mesir kuno yang dikaitkan dengan mumifikasi dan ritual
pemakaman. Pada gambar ini ia sedang mendatangi seorang mumi. Pada
periode Kerajaan Baru, orang Mesir Kuno telah menyempurnakan seni mumifikasi.
Teknik terbaik pengawetan mumi memakan waktu kurang lebih 70 hari lamanya,
selama waktu tersebut secara bertahap dilakukan proses pengeluaran organ
internal, pengeluaran otak melalui hidung, dan pengeringan tubuh menggunakan
campuran garam yang disebut natron. Selanjutnya tubuh dibungkus menggunakan
kain, pada setiap lapisan kain tersebut disisipkan jimat pelindung, mayat
kemudian diletakkan pada peti mati yang disebut antropoid. Mumi periode akhir
diletakkan pada laci besar cartonnage yang telah dicat. Praktik pengawetan
mayat asli mulai menurun sejak zaman Ptolemeus dan Romawi, pada zaman ini
masyarakat mesir kuno lebih menitikberatkan pada tampilan luar mumi.
Orang
kaya Mesir dikuburkan dengan jumlah barang mewah yang lebih banyak. Tradisi
penguburan barang mewah dan barang-barang sebagai bekal almarhum juga berlaku
pada semua masyarakat tanpa memandang status sosial. Pada permulaan Kerajaan
Baru, buku
kematian ikut disertakan di kuburan,
bersamaan dengan patung shabti yang
dipercaya akan membantu pekerjaan mereka di akhirat. Setelah pemakaman,
kerabat yang masih hidup diharapkan untuk sesekali membawa makanan ke makam dan
mengucapkan doa atas nama almarhum.
BAB
III PENUTUP
KESIMPULAN
Mesir kuno memiliki peradaban dan peninggalan peninggalan yang bersejarah
bahkan hingga kini menjadi patokan para seniman seperti dalam bidang
arsitektur, patung dan kesenian lainnya.
SARAN
Sebagai generasi muda sudah sepatutnya remaja remaja seperti kami untuk mempelajari
peninnggalan peninngalan bersejarah sepertimesir kuno agar dapat menambah daya
kreatifitas kami.
DAFTAR PUSTAKA:
http://www.isomwebs.net/2011/11/definisi-peradaban/
http://www.love-egypt.com/ancient-egypt-art.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Mesir_Kuno
http://www.love-egypt.com/pyramid-builders.htmlhttp://id.wikibooks.org/wiki/Mesir_Kuno/Kuliner
http://ucu-syarief.blogspot.com/2011/03/makalah-sejarah-tentang-peradaban.html
Dapat didownload disini
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Cara download:
1. Klik tulisan 'disini' di atas
2. Silang laman yang tidak perlu, tunggu loading sebentar
3. Tekan 'Skip Ad'
4. Download file drive di tanda unduh (panah ke bawah ↓) di pojok kanan atas laman google drive
5. Selesai, tinggal cek di folder download
❤❤❤
0 comment
What do you think about this post?