Qur'an Hadits: Membudayakan Hidup Sederhana & Menyantuni Dhuafa
1.
QS. Al-Furqan ayat
67
Pada ayat tersebut dengan jelas menyebutkan, apabila manusia atau
orang yang beriman yang ingin membelanjakan sesuatu, maka ketika membelanjakan
tersebut dia tidak boleh terlalu boros, dan juga tidak boleh terlalu kikir.
¡ Tafsir jalalayn: (Dan orang-orang yang apabila membelanjakan)
hartanya kepada anak-anak mereka (mereka tidak berlebih-lebihan dan tidak pula
kikir) dapat dibaca Yaqturuu dan Yuqtiruu, artinya tidak mempersempit
perbelanjaannya (dan adalah) nafkah mereka (di antara yang demikian itu) di
antara berlebih-lebihan dan kikir (mengambil jalan pertengahan) yakni
tengah-tengah.
Baik
nafkah wajib maupun sunat. Sampai melewati batas sehingga jatuh ke dalam
pemborosan dan meremehkan hak yang wajib. Sehingga jatuh ke dalam kebakhilan
dan kekikiran. Mereka mengeluarkan dalam hal yang wajib, seperti zakat,
kaffarat dan nafkah yang wajib dan dalam hal yang patut dikeluarkan namun tidak
sampai menimbulkan madharrat baik bagi diri maupun orang lain. Ayat ini
memerintahkan untuk hidup hemat.
2.
QS. Al-Isra’ ayat
26-27
Artinya:
26. Dan berikanlah kepada
keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang
dalam perjalanan; dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara
boros.
27. Sesungguhnya pemboros-pemboros
itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada
Tuhannya.
Isi pokok kandungan dalam Q.S.
Al-Isra' ayat 26 - 27
¡ Dalam ayat 26 Allah swt. memerintahkan untuk menunaikan
kewajiban dengan memenuhi hak (berzakat, shadaqah, infaq dll) kepada
keluarga-keluarga yang dekat, orang miskin, musafir (orang yang dalam
perjalanan).
¡ Perintah untuk berbuat baik kepada kaum dhuafa seperti orang
orang miskin, orang terlantar, dan juga orang yang dalam perjalanan.
¡ “empererat tali persaudaraan dan hubungan kasih saya satu sama
lain, saling bersilaturahmi, bersikap lemah lembut dan sopan santun, memberikan
bantuan kepada mereka, dan memberikan sebagaian rizeki yang Allah swt berikan
kepada kita semua.
¡ Penegasan bahwa kita dilarang untuk menghambur-hamburkan harta
yang kita miliki secara boros atau berlebihan, Islam mengajarkan kita
kesederhanaan, sehingga kita harus membelanjakan harta sesuai dengan kebutuhan
saja, seperlunya saja dan tidak boleh berlebihan.
¡ Dalam ayat yang ke 27 Allah berfirman bahwa orang-orang yang
berperilaku boros adalah saudara-saudaranya setan. Karena setan adalah makhluk
yang Allah swt ciptakan, tetapi ia ingkar kepada Allah swt atau tidak mau
menjalankan yang Allah swt perintahkan. Sehingga setan nantinya akan masuk ke
dalam neraka, setan akan selalu menggoda manusia untuk mengajak kita masuk ke
dalam neraka.
3.
Q.S. Al-Isra’ ayat
29-30
29. Dan janganlah engkau jadikan
tanganmu terbelenggu pada lehermu dan jangan (pula) engkau terlalu
mengulurkannya (sangat pemurah)nanti kamu menjadi tercela dan menyesal.
30. Sungguh, Tuhanmu melapangkan
rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dan membatasi (bagi siapa yang Dia
kehendaki); sungguh, Dia Maha Mengetahui, Maha Melihat hamba-hamba-Nya.
Asbabun Nuzul:
Ayat 29: dalam suatu riwayat (oleh
Sasid bin Mansur yang bersumber dari Yasar Abil Hakam) dikemukakan bahwa
Rasululah saw. menerima kiriman pakaian katun. Setelah menerimanya, beliau pun
membagi-bagikannya kepada mereka yang dianggap lebih membutuhkannya. Setelah
pakaian itu habis dibagi, datanglah serombongan orang yang meminta bagian. Lalu
turunlah ayat ini untuk menegaskan bahwa apa yang didapat janganlah dihabiskan
seluruhnya.
Kandungan Q.S Al Israa : 29
¡ Allah melarang umat Islam (manusia) menafkahkan harta yang
dikaruniakan Allah dalam dua cara: Terlalu kikir;Terlalu mewah/befoya-foya.
¡ Keduanya berakibat
penyesalan dan kerugian.
Kandungan Q.S Al – Israa : 30
¡ Allah membagi rizki kepada manusia yang dikehendakinya dengan
kadar/ukuran tertentu.
¡ Allah juga Mahatahu apa yang dilakukan hambanya berkenaan dengan
harta kekayaannya yaitu : Darimana (Asal usul) harta tersebut didapatkan,
dengan cara apa mengusahakannya(Halal/Haram) dan Bagaimana menghabiskannya.
4.
QS. Al-Qashas ayat
79-82
Terjemahan
¡ “Maka keluarlah dia (Qarun) kepada kaumnya dalam
kemegahannyaberkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia berkata,
“Mudah-mudahan kiranya kita mempunyai harta kekayaan seperti apa yang telah di
berikan kepada karun; sesungguhnya ia mempunyai keberuntungan yang besar”.
¡ “Tetapi orang-orang yang di anugerahi ilmu
berkata "celakalah kamu!Ketahuilah, pahala Allah lebih baik
bagi orang-orang beriman dan mengerjakan kebajikan, dan (pahala yang besar) itu
hanya di peroleh oleh orang-orang yang sabar”.
¡ “Maka kami benamkan dia (Qarun) beserta rumahnya ke dalam bumi.
Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang akan menolongnya selain Allah.
Dan tiadalah ia termasuk orang-orang yang dapat membela diri”.
¡ “Dan orang-orang yang kemarin mencita-citakan kedudukan Qarun
itu, berkata : “Aduhai, benarlah kiranya Allah yang melapangkan rezeki bagi
siapa yang Dia kehendaki dari hamba-hambaNya dan membatasi (bagi siapa yang Dia
kehendaki dari hamba-hambaNya); kalau Allah tidak melimpahkan karuniaNya atas
kita benar-benar Dia telah membenamkan kita pula. Aduhai, benarlah tidak
beruntung orang-orang yang mengingkari ( nikmat Allah).“
(Q.S Al-Qasas:79-82)
Isi kandungan ayat
¡ Ayat (79) mengandung
makna suatu kisah umat terdahulu, yaitu Qarun yang hidup dengan bergelimang
harta. Qarun hidup pada zaman Nabi Musa a.s. Oleh Allah SWT. Qarun dikarunia
harta melimpah. Begitu banyaknya harta yang dimiliki Qarun sehingga kunci
gudang hartanya itu tidak bisa diangkat oleh puluhan orang kuat. Namun sayangnya,
harta yang melimpah itu membuat Qarun lupa diri dan menjadi takabur. Dia
mengatakan bahwa hartanya yang banyak itu berkat hasil usahanya semata, bukan
karena adanya rahmat Allah atau pemberian-Nya.
¡ Pada suatu hari, Qarun keluar dari istana (rumahnya) dengan
segala kemegahannya, dikawal oleh para punggawanya. Tujuannya adalah untuk
memamerkan kekayaannya kepada masyarakat dan menunjukkan kehebatan dirinya
dalam berusaha. Qarun berhasil memperdaya sebagian masyarakat dan diantara
mereka ada yang berkata; “Alangkah senangnya seandainya kita diberi harta yang
melimpah seperti Qarun, kita dapat menikmati hidup ini dengan sepuas –
puasnya”.
¡ Dinyatakan pada ayat berikutnya (80) bahwa orang yang mempunyai
ilmu dan akal sehat, sama sekali tidak tertarik oleh harta yang dipamerkan
Qarun tersebut. Apalah artinya harta jika tidak dapat mendatangkan kebahagiaan
di akhirat. Mereka bahkan mengatakan bahwa pahala Allah SWT. Jauh lebih penting
dan bernilai daripada harta melimpah bagi orang yang beriman dan beramal saleh.
Sebab, harta yang tidak berkah seperti harta kekayaan Qarun tersebut hanya akan
mendatangkan azab dari Allah SWT. Mereka yakin bahwa Allah hanya akan
memberikan pahala kepada orang – orang yang beriman dan beramal saleh.
¡ Selanjutnya (ayat 81 – 82), Allah menegaskan bahwa akibat
kesombongan dan ketakaburannya, Qarun ditenggelamkan beserta seluruh harta
kekayaannya ke dasar bumi dan tidak ditemukan bekas – bekasnya. Akhirnya,
menjadi sebutan orang, setiap menemukan sesuatu yang bernilai dari dalam tanah,
kita sering menyebutnya harta karun.
¡ Ditenggelamkannya Qarun ke dasar bumi merupakan azab Allah yang
harus diterimanya atas kesombongannya. Ketika azab Allah itu datang, tidak ada
seorangpun yang mampu memberikan pertolongan kepadanya. Bahkan dia sama sekali
tidak mampu menolong dirinya sendiri., apalagi menolong orang lain. Harta
kekayaan yang disombongkannya juga tidak mampu berbuat apa – apa, kecuali ikut
hancur musnah ditelan bumi.
¡ Atas kejadian tragis yang menimpa Qarun beserta para pengikut
setianya itu maka masyarakat yang sebelumnya menginginkan harta melimpah
seperti yang dimiliki Qarun menjadi sadar dan kembali bertobat kepada Allah.
Mereka menyadari bahwa harta benda sama sekali tidak bisa menolong dari azab
Allah. Ia hanyalah titipan dan amanah yang harus digunakan sesuai dengan
kehendak Allah. Jika tidak, maka harta itu akan mendatangkan bencana bagi
pemiliknya, seperti halnya yang menimpa Qarun.
5.
QS. Al-Baqarah ayat
177
Artinya:
177. Bukanlah menghadapkan wajahmu
ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan
itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab,
nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak
yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan
orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan
shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia
berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam
peperangan. mereka Itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka Itulah
orang-orang yang bertakwa.
Asbabun nuzul
Dalam
riwayat (oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Mundzir yang bersumber dari Qatadah)
dikemukakan bahwa turunnya ayat ini
sehubungan dengan pertanyaan seorang laki-laki yang ditujukan kepada
Rasulullah SAW tentang "al-Bir" (kebaikan). Setelah turun ayat
tersebut Rasulullah SAW memanggil kembali orang itu, dan dibacakannya ayat
tersebut kepada orang tadi. Peristiwa itu terjadi sebelum diwajibkan shalat
fardhu. Pada waktu itu apabila seseorang telah mengucapkan "Asyhadu alla
ilaha illalah, wa asyhadu anna Muhammadan 'Abduhu wa rasuluh", kemudian
meninggal di saat ia tetap iman, harapan besar ia mendapat kebaikan. Akan
tetapi kaum Yahudi menganggap yang baik itu ialah apabila shalat mengarah ke
barat, sedang kaum Nashara mengarah ke timur.
Ciri- ciri
iman berdasarkan QS al- baqarah ayat 177
Beriman
kepada Allah, hari kemudian, para malaikat, kitab-kitab (Al Qur’an dan
kitab-kitab sebelumnya) para nabi (dari semenjak nabi adam sampai dengan Rosul
terakhir Muhammad SAW)
Memberikan harta
yang di cintainya kepada kerabatnya, anak yatim orang-orang miskin, musafir,
orang-orang yang meminta-minta,memerdekakan hamba sahanya.
Mendirikan
sholat dan menunaikan zakat.
Menepati janji
bila berjanji dan bersabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan.
Kesimpulan
Kebajikan
tidak terletak pada mengahadapkan wajah ke arah timur dan barat. Tetapi
kebajikan adalah memiliki iman yang benar. Yakni kepercayaan yang tertuju dalam
hati, di ucapkan dengan lisan dan di buktikan melalui amal perbuatan.›Surat Al
Baqarah ayat 177 berisi perintah dari Allah SWT agar orang-orang memiliki iman
yang benar, yakni bertaqwa kepada Allah SWT.
6.
QS. AL-Ma’un ayat
1-7
Artinya:
“Tahukah kamu
(orang) yang mendustakan agama?, Itulah orang yang menghardik anak yatim, Dan
tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. Maka kecelakaanlah bagi
orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya,
Orang-orang yang berbuat riya, Dan enggan (menolong dengan) barang
berguna.” (al-Ma’un: 1-7)
Isi Kandungan
¡ Ayat 1: orang yang tidak percaya dengan hari kebangkitan dan
hari pembalasan, sehingga ia tidak beriman terhadap apa yang diturunkan pada
Rasul.
¡ Ayat 2: maksudnya adalah menolaknya dengan kejam dan keras, ia
tidak menyayanginya akibat kerasnya hatinya, hal ini dikarenakan ia sudah tidak
lagi mengharapkan pahala dan tidak takut pada adzab Allah.
¡ Ayat 3: yang dimaksud dengan tidak memuliakan anak yatim ialah
tidak memberikan hak-haknya dan tidak berbuat baik kepadanya. Imam asy-Syaukani
dalam Fathul Qodir berkata: maksud ayat ini adalah ia tidak menumbuhkan dalam
dirinya untuk membantu anak yatim dan juga tidak mengajak keluarganya untuk
membantu dan orang lain disebabkan kebakhilan terhadap hartanya, atau
mendustakan hari pembalasan.
¡ Ayat 4-5: yaitu orang yang senantiasa mengerjakan shalatnya,
akan tetapi ia melalaikannya, tidak tepat waktu, meninggalkan rukun-rukunnya
dikarenakan kurang perhatiannya terhadap perintah Allah sehingga ia melalaikan
sholat yang mana ini merupakan perkara yang sangat penting dalam ketaatan dan
pendekatan yang lebih utama kepada Allah. Maka bagi siapa yang melalaikan
sholat, ia berhak mendapatkan cela’an dan kecaman, adapun lupa pada saat sholat
ini bisa menimpa pada siapa saja sampai pada nabi juga demikian. Oleh karena
itu Allah mensifatinya dengan Riya’, hatinya keras, tidak penyayang.
¡ Ayat 6: Riya’ adalah sesuatu amal perbuatan tidak untuk mencari
keridhaan Allah akan tetapi untuk mencari pujian atau kemasyhuran di
masyarakat.
¡ Ayat 7: yaitu enggan memberi sesuatu yang dibutuhkan. Sebagian
Mufassirin mengartikan: enggan membayar zakat. Mereka itu dikarenakan kuatnya
rasa tamaknya, sampai kebutuhan yang kecil saja enggan untuk mengasih, apalagi
yang lebih besar dari itu.
7.
Kesimpulan
¡ Sikap hidup yang berlebih-lebihan tanpa mensyukuri nikmat Allah,
tidak akan memperoleh keberuntungan, bahkan siksalah yang akan diperoleh.
¡ Perwujudan orang yang bertakwa kepada Allah adalah memberikan
hak harta kepada kerabat dekat, anak yatim, orang miskin, musafir, orang yang
meminta-minta, dan memerdekakan hamba sahaya; melaksanakan kewajiban salat dan
zakat; menepati janji; mampu bersabar dalam kesempitan.
¡ Di dalam membelanjakan harta kekayaaan tidak boleh boros,
melebihi kepentingan yang diperlukan, atau menyalahi ketentuan agama.
Orang-orang yang boros dinyatakan Allah sebagai saudara setan .
¡ Allah melarang perbuatan boros dan kikir terhadap harta kekayaan
karna akan mengalami kebinasaan dan
mendorong pertumpahan darah.
¡ Hartaa kekayaan yang tidak dinafkahkan di jalan Allah di akhirat
berubah menjadi ular besar dan menakutkan yang akan melilit leher.
Menyantuni Dhuafa
Dapat didownload disini
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Cara download:
1. Klik tulisan 'disini' di atas
2. Silang laman yang tidak perlu, tunggu loading sebentar
3. Tekan 'Skip Ad'
4. Download file drive di tanda unduh (panah ke bawah ↓) di pojok kanan atas laman google drive
5. Selesai, tinggal cek di folder download
❤❤❤
Fina Sarah Adhari
5 comment
Kak kok link pptnya gak ada.gak bisa di download
ReplyDeleteudah diperbaiki yaa :)
DeleteMakasih banyak kak
ReplyDeleteterimakasih kak
ReplyDeletesamasama, semoga bermanfaat ya
DeleteWhat do you think about this post?