Berdirinya Kerajaan
Sriwijaya
Tidak banyak bukti
sejarah yang menerangkan kapan berdirinya Kerajaan Sriwijaya. Bukti tertua
datangnya dari berita Cina yaitu pada tahun 682 M terdapat seorang pendeta Tiongkok
bernama I-Tsing yang ingin belajar agama Budha di India, singgah terlebih
dahulu di Sriwijaya untuk mendalami bahasa Sanskerta selama 6 Bulan. Tercatat
juga Kerajaan Sriwijaya pada saat itu dipimpin oleh Dapunta Hyang.
Selain berita dari
luar, terdapat juga beberapa prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya,
diantaranya adalah prasasti Kedukan Bukit (605S/683M) di Palembang. Isi dari
prasasti terseubt adalah Dapunta Hyang mengadakan ekspansi 8 hari dengan
membawa 20.000 tentara, kemudian berhasil menaklukkan dan menguasai beberapa
daerah. Dengan kemenangan itu Sriwijaya menjadi makmur. Dari kedua bukti tertua
di atas bisa disimpulkan Kerajaan Sriwijaya berdiri pada abad ke-7 dengan raja pertamanya
adalah Dapunta Hyang.
Politik
Ø Politik ekspansi Sriwijaya mulai dilakukan pada masa
pemerintahan Dapunta Hyang Sri Jayanasa (671-702).
Ø Pada masa pemerintahan Balaputradewa (856-861), Kerajaan
Sriwijaya mencapai puncak kejayaannya dan menjadi kerajaan maritim terbesar di
Asia Tenggara.
Faktor-Faktor
Kemunduran Kerajaan Sriwijaya
Pada abad X Masehi
Kerajaan Sriwijaya mulai mengalami masa kemunduran disebabkan oleh :
1. Terjadi perubahan keadaan alam di sekitar Palembang.
2. Letak Palembang yang semakin jauh dari laut menyababkan daerah
ini kurang strategis sebagai pusat perdagangan.
3. Dalam bidang politik, Sriwijaya memiliki Angkatan Laut yang
diandalkan.
4. Adanya serangan militer atas Kerajaan Sriwijaya
EKONOMI
Kerajaan Sriwijaya
mampu mengembangkan diri sebagai kerajaan maritim yang menguasai lalu lintas
pelayaran dan perdagangan internasional di Asia Tenggara. Sriwijaya berhasil
menguasai Selat Malaka, Tanah Genting Kra, dan Selat Sunda yang menjadi urat
nadi perdagangan di Asia Tenggara.
Bandar Sriwijaya
berkembang menjadi pelabuhan transito yang ramai disinggahi kapal-kapal asing
untuk mengambil air minum dan perbekalan makanan, serta melakukan aktivitas
perdagangan. Kerajaan Sriwijaya memperoleh banyak keuntungan dari komoditas
ekspor dan pajak kapal asing yang singgah di pelabuhan-pelabuhan Sriwijaya.
Beberapa barang yang
menjadi komoditas ekspor Sriwijaya sebagai berikut :
Barang ekspor ke Arab (kayu gaharu,kapur barus, kayu
cendana,gading,timah,kayu ulin, rempah-rempah dan kemenyan)
Barang ekspor ke Cina (gading, air mawar, kemenyan, buah-buahan,
gula putih, gelas, kapur barus, batu karang, pakaian, cula badak,
wangi-wangian, bumbu masak, dan obat-obatan)
Faktor-faktor yang
mendorong Sriwijaya berkembang menjadi kerajaan maritim terbesar di Asia
Tenggara sebagai berikut :
Memiliki letak strategis di jalur perdagangan internasional.
Kemajuan pelayaran dan perdagangan antara Cina dan India melalui
Asia Tenggara.
Keruntuhan Kerajaan Funan di Indo-Cina.
Kemampuan angkatan laut Sriwijaya untuk melindungi pelayaran dan
perdagangan di perairan Asia Tenggara.
SOSIAL BUDAYA
Berdasarkan berbagai sumber sejarah, dapat diketahui bahwa pada
abad VII Masehi, Sriwijaya merupakan negeri dengan masyarakat yang kompleks.
Kehidupan masyarakat Sriwijaya sangat dipengaruhi oleh alam pikir ajaran Budha
Mahayana. Hubungan antara raja dan rakyatnya berlangsung harmonis. Informasi
keharmonisan hubungan ini tertulis pada beberapa prasasti yang dibuat pada abad
VII Masehi.
Prasasti Talang Tuo yang berangka tahun 684 menggambarkan ritual
Budha untuk memberkati peresmian taman Srikserta. Taman tersebut dianggap
sebagai anugerah dari Maharaja Sriwijaya kepada rakyatnya. Prasati Telaga Batu
yang berangka tahun 683 menggambarkan tingkatan jabatan di Kerajaan Sriwijaya.
Sejak abad VII Masehi bahasa Melayu Kuno telah digunakan di
Indonesia. Hubungan dagang yang dilakukan berbagai suku bangsa di Indonesia
menjadi sarana penyebaran bahasa Melayu. Bahasa ini menjadi alat komunikasi
bagi pedagang. Sejak saat itu bahasa Melayu menjadi lingua franca dan
digunakan secara luas oleh banyak penutur di Indonesia. Meskipun dianggap
sebagai kerajaan maratim terbesar di Asia Tenggara, Sriwijaya hanya
meninggalkan sedikit monumen di Sumatra, yaitu Candi Muara Jambi, Muara Takus,
dan Biaro Bahal. Meskipun demikian Sriwijaya banyak meninggalkan arca Budha.
Arca yang bersifat Budhisme pada masa Sriwijaya antara lain :
ü Arca Budha dari Bukit Siguntang (Palembang)
ü Arca-arca Bodhisatwa Awalokiteswara dari Bidor, Jambi (28 buah)
ü Perak (29 buah)
ü Chaiya (30 buah)
(Power Point) Sejarah: Kerajaan Sriwijaya
Dapat dilihat dan didownload disini
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Cara download:
1. Klik tulisan 'disini' di atas
2. Silang laman yang tidak perlu, tunggu loading sebentar
3. Tekan 'Skip Ad'
4. Download file drive di tanda unduh (panah ke bawah ↓) di pojok kanan atas laman google drive
5. Selesai, tinggal cek di folder download
❤❤❤
Fina Sarah Adhari
Ig: finasaadha
Twitter: finasaraha_13
Dapat dilihat dan didownload disini
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Cara download:
1. Klik tulisan 'disini' di atas
2. Silang laman yang tidak perlu, tunggu loading sebentar
3. Tekan 'Skip Ad'
4. Download file drive di tanda unduh (panah ke bawah ↓) di pojok kanan atas laman google drive
5. Selesai, tinggal cek di folder download
❤❤❤
Fina Sarah Adhari
Ig: finasaadha
Twitter: finasaraha_13