Sejarah: Kajian Penemuan Manusia Purba Trinil
Pengertian manusia purba
Manusia purba adalah manusia penghuni bumi yang hidup pada zaman prasejarah
(zaman ketika manusia belum mengenal tulisan)
Kita mengetahui adanya manusia purba, yaitu dengan ditemukannya fosil dan
artefak. Fosil adalah sisa-sisa organisme (manusia, hewan, dan tumbuhan) yang
telah membatu yang tertimbun di dalam tanah dalam waktu yang sangat lama.
Sedangkan artefak adalah perkakas atau alat-alat yang dipergunakan manusia
purba ketika masih hidupnya. Fosil dan artefak itu ditemukan oleh para arkeolog
(ahli purbakala) melalui kegiatan penggalian tanah. Hasil penggalian yang
berupa fosil dan artefak ini kemudian diteliti. Tujuannya untuk mengetahui
kehidupan manusia yang hidup pada masa lampau. Sebab manusia purba tidak meninggalkan
sumber-sumber sejarah yang berupa tulisan.
PENEMU MANUSIA PURBA DI TRINIL
Marie Eugène François Thomas Dubois (28 Januari 1858 – 16 Desember 1940) adalah ahli
anatomi berkebangsaan Belanda. Lahir di Eijsden, ia menjadi terkenal saat
menemukan sisa-sisa spesimen hominid yang berada di luar Eropa. Penemuan
tersebut adalah di Pulau Jawa tahun 1891, yang kemudian dinamai Pithecanthropus
erectus.
Sejarah ditemukannya manusia purba trinil
Ratusan tahun silam di Tanah Jawa, tepatnya di sepanjang aliran Sungai Bengawan
Solo, sebuah sejarah besar tentang manusia purba terkuak. Asal-usul manusia memang sudah lama
dipertanyakan, mungkin sejak manusia itu sendiri ada. Namun, bagi arkeologi,
pertanyaan tentang asal usul manusia sebenarnya baru menjadi fokus kajian
setelah Charles Darwin menerbitkan bukunya The Descent of Man (1871),
menyusul terbitan bukunya yang terkenal The Origin of Species (1858).
Di bukunya itulah Darwin menyebut adanya “the missing link”, mata rantai
yang hilang dari proses evolusi primata menuju manusia sejati. Sejak itu, para
ahli paleoantropologi dan arkeologi seakan berlomba untuk mendapatkan
bukti-bukti “the missing link”. Dorongan itu pula yang membawa Eugene
Dubois untuk meninggalkan kehidupan yang mapan di Belanda untuk berburu fosil
di Indonesia pada tahun 1887Tahun 1891, Dubois mengaku telah menemukan fosil “the
missing link” dalam penggalian di tepian Bengawan Solo, di desa kecil
Trinil, tidak jauh dari Ngawi, Jawa Timur (Shipman, 2001).
Upaya Dubois tidak bisa dibilang asal-asalan. Dirinya waktu itu, tertantang
dengan teori Human Origin, yang dikemukakan Charles Robert Darwin (1809-1882).
Dalam teori itu menyatakan bahwa manusia ini berasal dari evolusi kera.Selain
itu ada dua alasan yang dijadikan acuannya kali ini. Pertama, berdasarkan buku
The Descent of Man, menceritakan bahwa nenek moyang manusia seharusnya hidup di
daerah tropis. Karena manusia purba sudah kehilangan bulu selama
perkembangannya.
Alasan kedua, di Hindia-Belanda (Indonesia) banyak gua-gua, jadi tak mustahil akan ditemui fosil-fosil atau bekas kehidupan manusia purba.
Beberapa teori dan alasan itulah Eugene Dubois, bertekad untuk membuktikan penelitiannya dengan menggali di beberapa daerah. Khususnya yang ada di Pulau Jawa di sepanjang aliran Sungai Bengawan Solo. Namun, sebelumnya Dubois meneliti di Payah Kumbuh, Sumatera, tahun 1887.
Alasan kedua, di Hindia-Belanda (Indonesia) banyak gua-gua, jadi tak mustahil akan ditemui fosil-fosil atau bekas kehidupan manusia purba.
Beberapa teori dan alasan itulah Eugene Dubois, bertekad untuk membuktikan penelitiannya dengan menggali di beberapa daerah. Khususnya yang ada di Pulau Jawa di sepanjang aliran Sungai Bengawan Solo. Namun, sebelumnya Dubois meneliti di Payah Kumbuh, Sumatera, tahun 1887.
Dari penggalian yang dilakukan
Eugene Dubois, ditemukan beberapa pecahan batu. Mulai dari gigi geraham, tulang
paha, tengkorak manusia purba dan binatang. Ketika itu, Eugène Dubois tidak
berhasil mengumpulkan fosil Pithecanthropussecara utuh
melainkan hanya tempurung tengkorak, tulang paha atas dan tiga giginya saja.
Dan sampai saat ini, belum ditemukan bukti yang jelas bahwa ketiga tulang
tersebut berasal dari spesies yang sama.
Fosil yang lebih lengkap kemudian ditemukan di desa Sangiran, Jawa
Tengah, sekitar 18km ke Utara dari kota Solo. Fosil berupa tempurung
tengkorak manusia ini ditemukan oleh Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald,
seorang ahlipaleontologi dari Berlin, pada tahun 1936. Selain
fosil, banyak pula penemuan-penemuan lain di situs Sangiran ini.
Sampai temuan manusia yang lebih tua lainnya ditemukan di Great Rift Valley, Kenya, temuan Dubois dan von Koenigswald merupakan manusia tertua yang diketahui. Temuan ini juga dijadikan rujukan untuk mendukung teori evolusi Charles Darwin dan Alfred Russel Wallace. Banyak ilmuwan
pada saat itu yang juga mengajukan teori bahwa Manusia Jawa mungkin merupakan mata rantai yang hilang antara manusia kera dengan manusia modern saat ini. Saat ini, antropolog bersepakat bahwa leluhur manusia saat ini adalah Homo erectus yang hidup di Afrika.
Sampai temuan manusia yang lebih tua lainnya ditemukan di Great Rift Valley, Kenya, temuan Dubois dan von Koenigswald merupakan manusia tertua yang diketahui. Temuan ini juga dijadikan rujukan untuk mendukung teori evolusi Charles Darwin dan Alfred Russel Wallace. Banyak ilmuwan
pada saat itu yang juga mengajukan teori bahwa Manusia Jawa mungkin merupakan mata rantai yang hilang antara manusia kera dengan manusia modern saat ini. Saat ini, antropolog bersepakat bahwa leluhur manusia saat ini adalah Homo erectus yang hidup di Afrika.
MUSEUM TRINIL
Untuk mempelajari fosil-fosil manusia purba, dari semua penelitian dan penggalian yang dilakukan Dubois. Maka, dibuatlah replika fosil manusia purba yang kini disimpan di dalam sebuah museum. Sedangkan fosil yang asli dibawa dan disimpan di Belanda.
Indro Waluyo menjelaskan kembali, jika semua fosil yang ada di dalam museum adalah replika belaka. Yang mana terbuat dari bahan fiberglass (atom) dengan patokan ukuran dan bentuknya menyerupai asli.
Hingga kini museum itu dikenal dengan Museum Trinil, berlokasi di Dukuh Pilang, Desa Kawu, Kecamatan Kedunggalar, Kabupaten Ngawi, Propinsi Jawa Timur. Atau kurang lebih 13 kilometer arah barat pusat kota Ngawi.
Untuk mencapai lokasi ini dapat ditempuh dengan semua jenis kendaraan. Sayang sekali di jalan arteri yang bisa menjadi petunjuk utama, tidak ada satupun patokan yang bisa mengarahkan kita ke Museum.
Dapat didownload disini
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Cara download:
1. Klik tulisan 'disini' di atas
2. Silang laman yang tidak perlu, tunggu loading sebentar
3. Tekan 'Skip Ad'
4. Download file drive di tanda unduh (panah ke bawah ↓) di pojok kanan atas laman google drive
5. Selesai, tinggal cek di folder download
❤❤❤
0 comment
What do you think about this post?