A SasuSaku Fanfiction: Please Love Me Like I Love You - Chapter 4: Surprise!
Naruto ©Masashi Kishimoto
SasuSaku’s Pairing
Warning: OOC, alur kecepetan, gaje, typo bertebaran (walaupun sudah diminimalisir), dll.
Note: sudah pernah dipost di fanfiction(dot)net dengan judul sama.
Happy reading minna!^^)/
Bel sudah berbunyi menandakan waktu untuk mengerjakan soal
sudah selesai, sekarang waktunya istirahat dan belajar atau menunggu untuk
ujian selanjutnya.
Sementara Sasuke hanya duduk dengan wajah tanpa ekspresi,
seperti biasa. Namun ada yang aneh dengan dirinya. Sasuke pun hanya
bertanya-tanya pada dirinya sendiri walaupun tak kunjung mendapatkan jawaban.
Naruto yang melihat sahabat karibnya itu pun menghampirinya.
“Oi Teme! Kau tidak ke kantin?” Tanya Naruto setelah duduk di
samping Sasuke.
Sasuke tak menjawab seakan ia tak mendengar pemuda di
sampingnya ini sedang berbicara, kemudian ia menopang dagu dengan kedua
tangannya, seperti hendak berpikir.
Naruto yang melihat jelas keanehan orang yang ia panggil
‘Teme’ ini pun menghela nafas. Jarang-jarang lho Uchiha Sasuke menopang dagu
seperti itu. Untung saja ia memakai dua tangan, nah kalau satu tangan itu kan
lebih parah! Macam banci berpose alay gitu lah. Iih
“Kau aneh sekali…” tutur Naruto.
Sasuke tak menggubrisnya, ini membuat Naruto tak tahan
sendiri.
“OI TEME! ADA APA DENGANMU HEH?” teriak Naruto tepat di
telinga kanan Sasuke.
Sasuke pun mengeluarkan aura hitamnya, bagaimana kalau nanti
si tampan Sasuke menjadi tuli hanya karena teriakan teman bodonya itu, eh?
“Ck, berisik.” Sasuke mendelik pada Naruto. Naruto membalas
dengan decakan kesalnya. Sialan Sasuke ini pantasnya tinggal di kutub!
“Kau aneh Teme, tak biasanya. Kalau ada masalah ceritakan
padaku.” Naruto berusaha menahan amarahnya karena Sasuke tak kunjung bersuara.
Setitik akal muncul di otaknya.
“Aku tahu… kau… pasti sedang……” Naruto sengaja menggantung
kalimatnya, ia ingin tahu apakah Sasuke penasaran dengan pemikirannya kali ini.
Dan benar saja, Sasuke meliriknya sebentar, yah walaupun sebentar.
“KAU PASTI SEDANG
DATANG BULAN KAN TEME???!!!” teriak Naruto. Suaranya menggelegar sampai membuat
heboh penjuru kelas. Sementara Sasuke langsung menatapnya tajam, tak ingin
memberi ampun ia pun memberikan hadiah pada Naruto yang berhasil membuatnya
malu. Ck, Sasuke datang bulan? Hahaha
PLAKKK
Sasuke memukul kepala Naruto dengan buku tebal yang ada di kolong meja Sasuke.
“Isshh ittai!” keluh Naruto pada Sasuke.
Sasuke memandangnya sinis, sialan sekali anak ini.
“Gomen, habis kau diam-diam saja dari tadi.” Sasuke mendelik.
Bukankah memang dia lebih suka diam? Apa Naruto ini berharap Sasuke menjadi
pemuda yang cerewet sepertinya? Ck, dalam mimpimu Naruto!
“Kau pasti sedang memikirkan Sakura-senpai kan? Kan? Kan?”
sempurna! Sasuke menoleh sempurna kepada Naruto. Naruto memasang senyum
kemenangan pada bibirnya. Sedetik kemudian…
PLUK TEG DEG DOR DRAK
Dan segala macam suara terdengar dalam kelas itu. Sasuke
menghajar Naruto abis-abisan, untungnya dia masih punya akal sehat jadi
ngehajarnya nggak keras-keras.
Naruto pun kapok dan langsung duduk di tempat duduknya tanpa
memerdulikan Sasuke yang memandangnya sinis. Ternyata Sasuke sensitive sekali
ya saat mendengar nama Sakura(?)
.
.
.
Saatnya matahari beristirahat, bulan pun mulai bekerja.
“Uhh Ino!! Menyebalkan sekali sendirian di rumah! Ibuku saja
baru pulang sejam yang lalu! Padahal ia pergi dari pagi dan hanya belanja ke
supermarket! Bayangin lama banget cobaaa!!??” Sakura berceloteh ria kepada
lawan bicaranya di seberang sana.
“Hahaha, sabar dong forehead! Lagian besok kamu masuk
sekolah kan?”
“He’eh.” Jawab Sakura mengiyakan.
“Nah! Bagus! Aku ada kejutan untukmu lho, Sakura!”
“Yang benar? Wah, kalo gak masuk sehari aja dapat kejutan
gimana kalo ga masuk sampai libur selesai yaa?” jawab Sakura yang sedang
memikirkan tentang ‘kejutan’ apa yang akan ia dapatkan dari teman cantiknya
ini.
“Huh, kalau selama itu ya kejutannya batal, lagian
kejutannya cuma berlaku selama ujian.” Jawaban Ino membuat Sakura penasaran.
“Memangnya kau memberiku kejutan apa?”
“Kalau dikasi tahu bukan kejutan namanya! Tebak aja ya,
kalau gak bisa nebak liat aja besok!”
Sakura mendengus, otaknya mengira-ngira.
“Eh, Sakura kita gak seruangan lho. Kamu seruangan sama
Hinata.” Tutur Ino. Sakura hanya manggut-manggut.
“Udah dulu ya, aku mau baca majalah dulu nih. Ada style
fashion terbaru nih. Jaa!” belum sempat Sakura berbicara tapi Ino sudah menutup
teleponnya. Sakura mendengus dan membaringkan dirinya di tempat tidur.
Memangnya Ino itu tidak belajar ya? Kalau Sakura kan sudah belajar dari tadi
siang saat sudah merasa sehat.
Kira-kira kejutan Ino itu apaan ya?
Sekelebat pikiran tentang Sasuke pun melayang-layang di
kepalanya. Jangan-jangan kejutannya Sasuke? Tapi gak mungkin lah ya… memangnya
Sasuke menganggap Sakura seperti apa?
.
.
.
Sakura mengerjapkan matanya beberapa kali, sudah bosan ia
memandang buku yang berada di depannya ini. Ia menatap kelas yang masih kosong itu dengan malas,
salahkan ayahnya Haruno Kizashi yang mengantarnya pagi-pagi sekali! Membosankan
sekali harus duduk sendirian.
Sakura membuka tutup bukunya beberapa kali sampai dia
benar-benar bosan, kini ia menidurkan wajahnya di atas meja dengan kedua tangan
menopang wajahnya. Beberapa menit kemudian ia tertidur. Ck, tak ada bosannya
tidur ya?
Tak tahu sudah berapa lama ia tertidur, yang jelas Sakura
bangun disaat kelas mulai ramai. Matanya tertuju pada sebuah tas hitam yang
berada di sebelahnya, ada gantungan kunci yang cukup menarik perhatiannya.
Teman duduknya sudah datang eh? Tapi, mana orangnya?
“Oi.” sebuah suara mengagetkan Sakura yang masih memandangi
gantungan kunci yang terdapat di tas teman duduknya itu, rasanya ia pernah
melihatnya. Familiar sekali.
“Eh?”
“Kenapa tidak memberitahuku kalau sudah bertemu dengan
kejutanmu?” Tanya Ino sok ketus. Pandangannya mengikuti pandangan Sakura kepada
tas disampingnya. Aneh, apa dia sudah ganti tas ya? Pikir Ino.
“Hah? Aku belum bertemu dengan kejutanku Ino. Kau ini
bagaimana sih, bukannya kejutannya ada padamu ya?”Tanya Sakura balik. Enak
saja, mana pernah ia bertemu dengan kejutannya, toh dia baru bangun kan? Tadi
juga dia tak bermimpi. Memangnya kejutannya orang atau barang?
Saat Ino hendak bicara bel pun berbunyi.
“Ah, bel masuk! Jaa forehead!” tutur Ino sembari berlalu
menuju kelasnya, walaupun dengan berat hati karena ada sesuatu yang mengganjal
di pikirannya.
Sakura kembali menidurkan wajahnya di atas meja setelah
mengeluarkan perlengkapan ujiannya.
Tanpa disadari Sakura sudah ada yang duduk di sebelahnya.
“Ohayou minna!” sapa seorang guru yang berhasil menyadarkan
Sakura dan langsung mendongakkan kepalanya, hampir saja ia tertidur lagi.
Pandangan Sakura beralih pada orang yang duduk di
sampingnya. Matanya membulat sempurna.
“KAU?!”
Teriakan Sakura berhasil menarik perhatian seisi kelas.
Termasuk pemuda berambut raven yang sudah bertukar tempat duduk dengan pemuda
lainnya yang sedang duduk bersebelahan dengan Sakura.
Bertukar tempat duduk, eh Sasuke?
Sedetik kemudian semua berhenti memerhatikan mereka –Sakura
dan orang itu– dan sibuk dengan urusan massing-masing kembali.
Dalam hati Sakura berteriak senang. Inikah kejutan yang Ino
maksud? Oh senangnyaaa.
Orang itu menatap Sakura, sebuah senyum terpatri di
wajahnya.
“Hai Cherry.” Sapa pemuda itu. Sakura membalasnya dengan
senyum. Mereka kembali fokus kedepan. Sementara Sasuke?
‘Heran. Heran setengah mati. Apa-apaan itu? Cherry? Orang
itu memanggil Sakura dengan sebutan Cherry? Sakura bukan buaaaahhhh!!!‘ batin
Sasuke berteriak. Seharusnya semuanya berjalan sesuai dengan rencananya. Tapi
kenapa malah menjadi kebalikannya? Sasuke mengerang frustasi. Tumben sekali
tebakannya tidak tepat.
Mau tahu apa yang terjadi?
Singkat cerita, kemarin setelah menghajar Naruto. Sasuke
langsung menemukan ide cemerlang ketika melihat seorang pemuda menghampiri
tempat duduknya sendiri.
Tanpa ba-bi-bu Sasuke langsung menghampirinya dan
menyampaikan ide cemerlang yang sudah menempel pada otak jeniusnya.
Sasuke merasa menang ketika pemuda itu meng’iya’kan rencana
Sasuke untuk bertukar tempat duduk, alasannya karena ia malas duduk dengan
Sakura. Sementara pemuda itu tampak begitu berseri-seri ketika mendengar nama
‘Sakura’. Sasuke pikir Sakura akan sengsara karena duduk dengan pemuda yang
Sasuke anggap sebagai fanboy Sakura, yah barangkali fanboynya ini akan
membuatnya kesal, sama kesalnya dengan perasaannya sendiri.
Soal guru? Sasuke jamin nggak bakal ada guru yang tahu dan
nggak ada juga tuh guru yang mau tahu.
Sasuke pun semakin menyeringai licik ketika berpikir bahwa
Sakura sangat berharap duduk bersamanya. Ck! Tapi rencananya gagal! Kenyataanya
sekarang adalah, Sakura sama sekali
tidak merasa terganggu dengan kehadiran pemuda itu. Bahkan ia terlihat senang.
Dan, cherry? Itu panggilan kesayangan.
Justru Sasuke lah yang sengsara!
Ia harus duduk dengan gadis culun yang terlihat sangat aneh,
yah walaupun dia kakak kelas Sasuke dan terlihat jelas dia tidak tertarik
dengan Sasuke, tapi penampilannya itu loh! Cupu, culun, dandanannya aneh. Err
sangat kontras, cool dan culun? Ck, bukannya itu saling melengkapi ya?
Jangan-jangan itu jodohmu Sasuke! Bukannya jodoh itu saling melengkapi, eh?
Kali ini Sasuke yang ceroboh, ide gilanya harus berakhir
dengan kondisinya yang gila juga. Sementara orang yang mau dicelakai? Tampak
tenang dan senang tuh. Jangan contoh perilaku Sasuke yang satu ini ya
minnasan!!
Sebenarnya, Sasuke hanya tidak tahu apa yang telah terjadi
antara Sakura dan pemuda yang menggantikannya itu. Kenyataan sangat
menggelikan.
Lebih pilih mana, duduk dengan fangirl yang masih punya malu
atau duduk dengan cewek culun dengan dandanan aneh?
Eh, tapi ga masalah juga sih duduk sama gadis culun :v
.
.
.
Bel pulang telah berbunyi, akhirnya selesai juga ujian hari
ini. Seluruh murid pun bersiap-siap untuk pulang, tak terkecuali Sakura da
teman duduknya itu, mereka tampak sangat akrab malah. Setelah lama mengobrol,
pemuda itu berpamitan pulang duluan meninggalkan Sakura yang masih ingin
membaca buku di kelas, biasanya Ayahnya itu lama menjemput, dan Sakura juga
tidak diperbolehkan naik kendaraan umum, jadi sambil menunggu sambil belajar.
Memanfaatkan waktu sebaik-baiknya! Contoh nih! Ckck.
“Forehead!” sapa Ino ketika memasuki ruang kelas Sakura.
“Hai, pig!” Sakura mengangkat kepalanya dan menatap Ino
dengan mata yang berbinar-binar.
“Ada apa denganmu?” Tanya Ino yang sedikit heran dengan mata
berbinar itu.
“Kejutanmu indah sekali, arigatou!” jawab Sakura mantap. Ino
pun tersenyum melihat sikap Sakura yang ceria itu.
“Hontou ni? Ckck, jelas saja. Bagaimana, Sasuke lebih tampan
kalau dilihat dari jarak sejengkal ya?” Sakura mengernyit.
“Sasuke?!” Ino jadi ikutan heran. Kejutannya kan Sasuke!
“Iya, kejutan yang ku maksud adalah kau duduk dengan
Sasuke!”
Sakura menganga. Jadi sebenarnya dia duduk dengan Sasuke?
Tapi kenyataannya?
“Aku tak duduk dengannya! Aku malah duduk dengan dia!”
Sakura menjeda kalimatnya.
“Aku pikir yang kau maksud kejutan adalah dia! kenapa kau
tak memberitahuku kalau dia sekolah di sini juga? Menyebalkan sekali kau pig!”
Ino hanya diam dengan tatapan penuh tanya. Sebenarnya siapa
yang disebut dengan dia oleh Sakura?
.
.
.
.
.
“Akhirnya aku bertemu denganmu, Cherry.”
.
.
“Cherry?”
Sapaan itu datang dari seorang pemuda yang kita tidak
ketahui, entah siapa. Yang jelas dia adalah teman duduk Sakura selama ujian
ini.
“Hm?” sahut Sakura mengalihkan pandangan pada pemuda di
sebelahnya.
“Kau sudah selesai?”
“Sudah, kau?”
“Aku juga sudah… soalnya tidak begitu susah.”
“Yaaa Aku tahu kau pintar, walaupun Aku lebih pintar sih.”
“Hahaha, takku sangka kau lebih tua dariku.”
“Heh? Kau yang lebih tua! Tapi aku lebih dulu masuk sekolah
dasar, kau tidak ingat? Aku kan pintar.” Tutur Sakura percaya diri.
“Hahah, ya Aku tahu. Walaupun kita dulu sering main bersama
tapi sepertinya kau tak pernah memanggil nama asliku ya.” Pemuda itu tertawa
garing.
“Hmm hahaha maaf ya tapi Aku lebih suka memanggilmu…” Sakura
tampak berfikir, mencoba mengingat-ingat nama apa yang ia gunakan untuk
memanggil pemuda yang merupakan teman kecilnya ini.
“Heh? Kau lupa ya?” Tanya pemuda itu, Sakura tampak
mengangguk kecil.
“Kau tidak ingat gantungan kunci yang kau berikan? Kau
memanggilku… Naki. Apa kau ingat sekarang?” Tanya pemuda itu antusias.
“Ahh! Aku ingat, Obana Taiki. Bunga kecil yang memiliki
sinar besar itulah sebabnya Aku
memberikan gantungan kunci itu! Hahaha, Aku jadi geli lucu sekali yah, cowok
kok dikasi bunga hahaha.” Sakura tertawa terbahak-bahak mengingat itu.
“Lalu siapa nama asliku? Aku ingin kau memanggilku dengan
nama asliku, yaah walaupun Aku masih memanggilmu Cherry—nama kecil Sakura.”
“Eh jujur saja aku sudah lupa nama aslimu, Aku aku tak
menyangka itu kau, saking terkejutnya Aku jadi lupa menanyakan namamu.”
“Hahaha… namaku—“
“Kringgg Kringgg!!!”
Ahh sepertinya kita harus menunda untuk tahu siapa dia.
.
.
.
Hari demi hari berlalu, ujian sudah selesai, Sakura serta
murid-murid yang lain juga sudah melewati ujian susulan. Beberapa hari ini
Sasuke terlihat sangat berbeda, dia merasa senang tapi juga kesal. Rasanya
semuanya bercampur menjadi satu kesatuan yang membuat Sasuke frustasi.
“Kau… kenapa Teme?” Naruto jadi ikut-ikutan frustasi melihat
Sasuke yang semakin hari semakin aneh tingkahnya.
“Hn.” Naruto mendecak kesal.
“Haaahhhh Temeee!!! Ceritakan padaku apa yang terjadi padamu
belakangan iniiiiiiiiiiii?????????” teriak Naruto frustasi.
Sontak seluruh penghuni kelas menatap mereka–Naruto
dan Sasuke– penuh tanda tanya.
“Hn.”
“Oiiiiii jangan jawab hn saja dong Teme!! Aku jadi
semakin penasaran apa yang membuatmu jadi seperti ini heh?”
“Baiklah, nanti kuceritakan.” Oh tidak! Masalah
besar!!! Sasuke akan menceritakan masalahnya kepada Naruto??? Oh pilihan yang
tidak tepat, Sasuke.
“Nanti kapan Teme?? Sekarang sajaaa……..!!!”
“Tidak, aku bilang nanti ya nanti. Lagipula di sini
banyak orang.”
“Baiklah.” Naruto mengangguk.
.
.
.
.
.
Di pojok perpustakaan terlihat Sakura sedang membaca
novelnya dan tiba-tiba seorang pemuda menghampirinya.
“Sakura.” Sapa pemuda itu.
Sakura mengalihkan pandangan dari novelnya “Hai.”
Sapa Sakura balik.
“Kau tak pernah melihatku sebelumnya ya?” Tanya
pemuda itu membuka obrolan.
“Iya.”
“Aku sering melihatmu, tapi tak berani menyapamu. Waktu kau
merazia di kelasku dulu aku sedang izin ke toilet, aku melihatmu saat keluar
dari kelasku. Jadi, sekarang kau menyukai Sasuke ya?”
“Eh? Kau tahu?” Tanya Sakura kaget.
“Hm, tentu saja. Siapa yang tidak tahu fakta yang
menggemparkan sekolah itu.” Jawab pemuda itu sinis.
“Sekolah gempar?” Sakura sudah tidak focus dengan novelnya.
“Kau tidak tahu?”
“Tidak.”
“Semua orang membicarakanmu, bukankah kau yang
menyebarkannya sendiri di facebook dan twitter mu?”
“Eh? Hehe, benar juga ya.” Sakura menggaruk kepalanya yang
tidak gatal.
“Apa kau benar-benar segila itu dengan Sasuke?” pemuda itu
menatap Sakura penuh arti.
Sakura menunduk “Aku tidak tahu, Naki.”
.
.
.
Di lain tempat, Ino dan Hinata sedang bergosip di sebuah
café tempat tongkrongan mereka saat weekend, yah selalu Ino ngoceh dan Hinata
manggut-manggut sok ngerti.
“Heh, Sakura kok lama banget sih?” Tanya Ino yang sudah
berhenti ngegosip.
“kan dia ingin meminjam beberapa novel di perpustakaan, selama ujian dia merasa benar-benar bosan
tanpa novel.” Jawab Hinata sambil mengaduk-aduk softdrink pesanannya.
“Hei, maaf lama
menunggu.” sosok Sakura pun datang menghampiri mereka.
“Kau lama sekali forehead!” delik Ino.
“Ehehe gomen ne, soalnya teman lamaku tiba-tiba datang
menemuiku ke perpustakaan tadi.”
“T-teman lama?” Hinata mengeluarkan tampang kepo andalannya.
“Iya, namanya Naki, dia ikut ke sini kok tapi dia masih beli
beberapa alat melukis di toko depan café ini.” Sakura pun duduk di sebelah kiri
Hinata.
“Me-lukis?!” Ino mengernyit.
“Ah, itu dia!” ujar Sakura sambil menunjuk teman lamanya itu
tanpa menjawab pertanyaan Ino.
Pandangan Ino dan Hinata pun langsung menuju arah tunjukan
tangan Sakura, dan betapa terkejutnya Ino melihat pangeran yang
dinanti-nantinya itu ternyata teman lama Sakura.
“E-eh? Sai?” Ujar Ino ketika Naki sudah berdiri di depan
mereka.
“Apa kita kenal?” ujar Naki dengan senyum yang aneh.
“E-eh? Hehehe—”
“Tidak, tapi sekarang iya.” Ujar Sakura memotong tertawaan/?
Ino.
“Sai, yang ini Ino, dia suka padamu dan kurasa kalian cocok,
dan ini Hinata, tolong carikan dia cowok.” Lanjut Sakura lagi, kali ini dengan
cengiran yang menggelikan. Hei! Apa-apaan yang dia katakan itu?!
“Oh, hai Ino, Hinata.”
Sapa Sai kemudian duduk di samping Ino —karena mejanya segi empat, Ino duduk
berhadapan dengan Hinata, Sakura duduk di sebelah Hinata, jadi Sai duduk di
sebelah Ino.
“Ehm, Sakura? Tadi… kau bilang Naki kan? Bukan Sai? Lalu
kenapa Sai yang ada di sini?” Tanya Ino yang sudah mulai kepo.
“Naki itu panggilan kesayangan, aku panggil dia Naki, dia
panggil aku Cherry.” Ujar Sakura dengan semangat.
“P-panggilan kesayangan?” Tanya Hinata tak luput dengan
wajahnya yang tampak terkejut itu.
“Iya panggilan kesayangan, tapi hanya antara teman kok, tak
lebih.” Jawab Sai ikut nimbrung.
“Tenang aja Hinata, aku gak mungkin ambil Sai dari Ino,
hihihi.” Ujar Sakura. Ino yang mendengarnya hanya diam dengan rona merah tipis
di pipinya.
To be continued.
0 comment
What do you think about this post?