A SasuSaku Fanfiction: Please Love Me Like I Love You - Chapter 4: Surprise!

by - September 23, 2017


Naruto ©Masashi Kishimoto
SasuSaku’s Pairing
Warning: OOC, alur kecepetan, gaje, typo bertebaran (walaupun sudah diminimalisir), dll.
Note: sudah pernah dipost di fanfiction(dot)net dengan judul sama.
Happy reading minna!^^)/


          Bel sudah berbunyi menandakan waktu untuk mengerjakan soal sudah selesai, sekarang waktunya istirahat dan belajar atau menunggu untuk ujian selanjutnya.
Sementara Sasuke hanya duduk dengan wajah tanpa ekspresi, seperti biasa. Namun ada yang aneh dengan dirinya. Sasuke pun hanya bertanya-tanya pada dirinya sendiri walaupun tak kunjung mendapatkan jawaban.
Naruto yang melihat sahabat karibnya itu pun menghampirinya.
“Oi Teme! Kau tidak ke kantin?” Tanya Naruto setelah duduk di samping Sasuke.
Sasuke tak menjawab seakan ia tak mendengar pemuda di sampingnya ini sedang berbicara, kemudian ia menopang dagu dengan kedua tangannya, seperti hendak berpikir.
           Naruto yang melihat jelas keanehan orang yang ia panggil ‘Teme’ ini pun menghela nafas. Jarang-jarang lho Uchiha Sasuke menopang dagu seperti itu. Untung saja ia memakai dua tangan, nah kalau satu tangan itu kan lebih parah! Macam banci berpose alay gitu lah. Iih
“Kau aneh sekali…” tutur Naruto.
Sasuke tak menggubrisnya, ini membuat Naruto tak tahan sendiri.
“OI TEME! ADA APA DENGANMU HEH?” teriak Naruto tepat di telinga kanan Sasuke.
Sasuke pun mengeluarkan aura hitamnya, bagaimana kalau nanti si tampan Sasuke menjadi tuli hanya karena teriakan teman bodonya itu, eh?
“Ck, berisik.” Sasuke mendelik pada Naruto. Naruto membalas dengan decakan kesalnya. Sialan Sasuke ini pantasnya tinggal di kutub!
“Kau aneh Teme, tak biasanya. Kalau ada masalah ceritakan padaku.” Naruto berusaha menahan amarahnya karena Sasuke tak kunjung bersuara. Setitik akal muncul di otaknya.
“Aku tahu… kau… pasti sedang……” Naruto sengaja menggantung kalimatnya, ia ingin tahu apakah Sasuke penasaran dengan pemikirannya kali ini. Dan benar saja, Sasuke meliriknya sebentar, yah walaupun sebentar.
“KAU  PASTI SEDANG DATANG BULAN KAN TEME???!!!” teriak Naruto. Suaranya menggelegar sampai membuat heboh penjuru kelas. Sementara Sasuke langsung menatapnya tajam, tak ingin memberi ampun ia pun memberikan hadiah pada Naruto yang berhasil membuatnya malu. Ck, Sasuke datang bulan? Hahaha
PLAKKK
Sasuke memukul kepala Naruto dengan buku tebal  yang ada di kolong meja Sasuke.
“Isshh ittai!” keluh Naruto pada Sasuke.
Sasuke memandangnya sinis, sialan sekali anak ini.
“Gomen, habis kau diam-diam saja dari tadi.” Sasuke mendelik. Bukankah memang dia lebih suka diam? Apa Naruto ini berharap Sasuke menjadi pemuda yang cerewet sepertinya? Ck, dalam mimpimu Naruto!
“Kau pasti sedang memikirkan Sakura-senpai kan? Kan? Kan?” sempurna! Sasuke menoleh sempurna kepada Naruto. Naruto memasang senyum kemenangan pada bibirnya. Sedetik kemudian…
PLUK TEG DEG DOR DRAK
Dan segala macam suara terdengar dalam kelas itu. Sasuke menghajar Naruto abis-abisan, untungnya dia masih punya akal sehat jadi ngehajarnya nggak keras-keras.
Naruto pun kapok dan langsung duduk di tempat duduknya tanpa memerdulikan Sasuke yang memandangnya sinis. Ternyata Sasuke sensitive sekali ya saat mendengar nama Sakura(?)
.
.
.
Saatnya matahari beristirahat, bulan pun mulai bekerja.
“Uhh Ino!! Menyebalkan sekali sendirian di rumah! Ibuku saja baru pulang sejam yang lalu! Padahal ia pergi dari pagi dan hanya belanja ke supermarket! Bayangin lama banget cobaaa!!??” Sakura berceloteh ria kepada lawan bicaranya di seberang sana.
“Hahaha, sabar dong forehead! Lagian besok kamu masuk sekolah kan?”
“He’eh.” Jawab Sakura mengiyakan.
“Nah! Bagus! Aku ada kejutan untukmu lho, Sakura!”
“Yang benar? Wah, kalo gak masuk sehari aja dapat kejutan gimana kalo ga masuk sampai libur selesai yaa?” jawab Sakura yang sedang memikirkan tentang ‘kejutan’ apa yang akan ia dapatkan dari teman cantiknya ini.
“Huh, kalau selama itu ya kejutannya batal, lagian kejutannya cuma berlaku selama ujian.” Jawaban Ino membuat Sakura penasaran.
“Memangnya kau memberiku kejutan apa?”
“Kalau dikasi tahu bukan kejutan namanya! Tebak aja ya, kalau gak bisa nebak liat aja besok!”
Sakura mendengus, otaknya mengira-ngira.
“Eh, Sakura kita gak seruangan lho. Kamu seruangan sama Hinata.” Tutur Ino. Sakura hanya manggut-manggut.
“Udah dulu ya, aku mau baca majalah dulu nih. Ada style fashion terbaru nih. Jaa!” belum sempat Sakura berbicara tapi Ino sudah menutup teleponnya. Sakura mendengus dan membaringkan dirinya di tempat tidur. Memangnya Ino itu tidak belajar ya? Kalau Sakura kan sudah belajar dari tadi siang saat sudah merasa sehat.
Kira-kira kejutan Ino itu apaan ya?
Sekelebat pikiran tentang Sasuke pun melayang-layang di kepalanya. Jangan-jangan kejutannya Sasuke? Tapi gak mungkin lah ya… memangnya Sasuke menganggap Sakura seperti apa?
.
.
.
Sakura mengerjapkan matanya beberapa kali, sudah bosan ia memandang buku yang berada di depannya ini. Ia menatap  kelas yang masih kosong itu dengan malas, salahkan ayahnya Haruno Kizashi yang mengantarnya pagi-pagi sekali! Membosankan sekali harus duduk sendirian.
Sakura membuka tutup bukunya beberapa kali sampai dia benar-benar bosan, kini ia menidurkan wajahnya di atas meja dengan kedua tangan menopang wajahnya. Beberapa menit kemudian ia tertidur. Ck, tak ada bosannya tidur ya?
Tak tahu sudah berapa lama ia tertidur, yang jelas Sakura bangun disaat kelas mulai ramai. Matanya tertuju pada sebuah tas hitam yang berada di sebelahnya, ada gantungan kunci yang cukup menarik perhatiannya. Teman duduknya sudah datang eh? Tapi, mana orangnya?
“Oi.” sebuah suara mengagetkan Sakura yang masih memandangi gantungan kunci yang terdapat di tas teman duduknya itu, rasanya ia pernah melihatnya. Familiar sekali.
“Eh?”
“Kenapa tidak memberitahuku kalau sudah bertemu dengan kejutanmu?” Tanya Ino sok ketus. Pandangannya mengikuti pandangan Sakura kepada tas disampingnya. Aneh, apa dia sudah ganti tas ya? Pikir Ino.

“Hah? Aku belum bertemu dengan kejutanku Ino. Kau ini bagaimana sih, bukannya kejutannya ada padamu ya?”Tanya Sakura balik. Enak saja, mana pernah ia bertemu dengan kejutannya, toh dia baru bangun kan? Tadi juga dia tak bermimpi. Memangnya kejutannya orang atau barang?
Saat Ino hendak bicara bel pun berbunyi.
“Ah, bel masuk! Jaa forehead!” tutur Ino sembari berlalu menuju kelasnya, walaupun dengan berat hati karena ada sesuatu yang mengganjal di pikirannya.
Sakura kembali menidurkan wajahnya di atas meja setelah mengeluarkan perlengkapan ujiannya.
Tanpa disadari Sakura sudah ada yang duduk di sebelahnya.
“Ohayou minna!” sapa seorang guru yang berhasil menyadarkan Sakura dan langsung mendongakkan kepalanya, hampir saja ia tertidur lagi.
Pandangan Sakura beralih pada orang yang duduk di sampingnya. Matanya membulat sempurna.
“KAU?!”
Teriakan Sakura berhasil menarik perhatian seisi kelas. Termasuk pemuda berambut raven yang sudah bertukar tempat duduk dengan pemuda lainnya yang sedang duduk bersebelahan dengan Sakura.
Bertukar tempat duduk, eh Sasuke?
Sedetik kemudian semua berhenti memerhatikan mereka –Sakura dan orang itu– dan sibuk dengan urusan massing-masing kembali.
Dalam hati Sakura berteriak senang. Inikah kejutan yang Ino maksud? Oh senangnyaaa.
Orang itu menatap Sakura, sebuah senyum terpatri di wajahnya.
“Hai Cherry.” Sapa pemuda itu. Sakura membalasnya dengan senyum. Mereka kembali fokus kedepan. Sementara Sasuke?
‘Heran. Heran setengah mati. Apa-apaan itu? Cherry? Orang itu memanggil Sakura dengan sebutan Cherry? Sakura bukan buaaaahhhh!!!‘ batin Sasuke berteriak. Seharusnya semuanya berjalan sesuai dengan rencananya. Tapi kenapa malah menjadi kebalikannya? Sasuke mengerang frustasi. Tumben sekali tebakannya tidak tepat.
Mau tahu apa yang terjadi?
Singkat cerita, kemarin setelah menghajar Naruto. Sasuke langsung menemukan ide cemerlang ketika melihat seorang pemuda menghampiri tempat duduknya sendiri.
Tanpa ba-bi-bu Sasuke langsung menghampirinya dan menyampaikan ide cemerlang yang sudah menempel pada otak jeniusnya.
Sasuke merasa menang ketika pemuda itu meng’iya’kan rencana Sasuke untuk bertukar tempat duduk, alasannya karena ia malas duduk dengan Sakura. Sementara pemuda itu tampak begitu berseri-seri ketika mendengar nama ‘Sakura’. Sasuke pikir Sakura akan sengsara karena duduk dengan pemuda yang Sasuke anggap sebagai fanboy Sakura, yah barangkali fanboynya ini akan membuatnya kesal, sama kesalnya dengan perasaannya sendiri.
Soal guru? Sasuke jamin nggak bakal ada guru yang tahu dan nggak ada juga tuh guru yang mau tahu.
Sasuke pun semakin menyeringai licik ketika berpikir bahwa Sakura sangat berharap duduk bersamanya. Ck! Tapi rencananya gagal! Kenyataanya sekarang adalah,  Sakura sama sekali tidak merasa terganggu dengan kehadiran pemuda itu. Bahkan ia terlihat senang. Dan, cherry? Itu panggilan kesayangan.
Justru Sasuke lah yang sengsara!
Ia harus duduk dengan gadis culun yang terlihat sangat aneh, yah walaupun dia kakak kelas Sasuke dan terlihat jelas dia tidak tertarik dengan Sasuke, tapi penampilannya itu loh! Cupu, culun, dandanannya aneh. Err sangat kontras, cool dan culun? Ck, bukannya itu saling melengkapi ya? Jangan-jangan itu jodohmu Sasuke! Bukannya jodoh itu saling melengkapi, eh?
Kali ini Sasuke yang ceroboh, ide gilanya harus berakhir dengan kondisinya yang gila juga. Sementara orang yang mau dicelakai? Tampak tenang dan senang tuh. Jangan contoh perilaku Sasuke yang satu ini ya minnasan!!
Sebenarnya, Sasuke hanya tidak tahu apa yang telah terjadi antara Sakura dan pemuda yang menggantikannya itu. Kenyataan sangat menggelikan.
Lebih pilih mana, duduk dengan fangirl yang masih punya malu atau duduk dengan cewek culun dengan dandanan aneh?
Eh, tapi ga masalah juga sih duduk sama gadis culun :v
.
.
.
Bel pulang telah berbunyi, akhirnya selesai juga ujian hari ini. Seluruh murid pun bersiap-siap untuk pulang, tak terkecuali Sakura da teman duduknya itu, mereka tampak sangat akrab malah. Setelah lama mengobrol, pemuda itu berpamitan pulang duluan meninggalkan Sakura yang masih ingin membaca buku di kelas, biasanya Ayahnya itu lama menjemput, dan Sakura juga tidak diperbolehkan naik kendaraan umum, jadi sambil menunggu sambil belajar. Memanfaatkan waktu sebaik-baiknya! Contoh nih! Ckck.
“Forehead!” sapa Ino ketika memasuki ruang kelas Sakura.
“Hai, pig!” Sakura mengangkat kepalanya dan menatap Ino dengan mata yang berbinar-binar.
“Ada apa denganmu?” Tanya Ino yang sedikit heran dengan mata berbinar itu.
“Kejutanmu indah sekali, arigatou!” jawab Sakura mantap. Ino pun tersenyum melihat sikap Sakura yang ceria itu.
“Hontou ni? Ckck, jelas saja. Bagaimana, Sasuke lebih tampan kalau dilihat dari jarak sejengkal ya?” Sakura mengernyit.
“Sasuke?!” Ino jadi ikutan heran. Kejutannya kan Sasuke!
“Iya, kejutan yang ku maksud adalah kau duduk dengan Sasuke!”
Sakura menganga. Jadi sebenarnya dia duduk dengan Sasuke? Tapi kenyataannya?
“Aku tak duduk dengannya! Aku malah duduk dengan dia!” Sakura menjeda kalimatnya.
“Aku pikir yang kau maksud kejutan adalah dia! kenapa kau tak memberitahuku kalau dia sekolah di sini juga? Menyebalkan sekali kau pig!”
Ino hanya diam dengan tatapan penuh tanya. Sebenarnya siapa yang disebut dengan dia oleh Sakura?
.
.
.
.
.
“Akhirnya aku bertemu denganmu, Cherry.”
.
.

“Cherry?”
Sapaan itu datang dari seorang pemuda yang kita tidak ketahui, entah siapa. Yang jelas dia adalah teman duduk Sakura selama ujian ini.
“Hm?” sahut Sakura mengalihkan pandangan pada pemuda di sebelahnya.
“Kau sudah selesai?”
“Sudah, kau?”
“Aku juga sudah… soalnya tidak begitu susah.”
“Yaaa Aku tahu kau pintar, walaupun Aku lebih pintar sih.”
“Hahaha, takku sangka kau lebih tua dariku.”
“Heh? Kau yang lebih tua! Tapi aku lebih dulu masuk sekolah dasar, kau tidak ingat? Aku kan pintar.” Tutur Sakura percaya diri.
“Hahah, ya Aku tahu. Walaupun kita dulu sering main bersama tapi sepertinya kau tak pernah memanggil nama asliku ya.” Pemuda itu tertawa garing.
“Hmm hahaha maaf ya tapi Aku lebih suka memanggilmu…” Sakura tampak berfikir, mencoba mengingat-ingat nama apa yang ia gunakan untuk memanggil pemuda yang merupakan teman kecilnya ini.
“Heh? Kau lupa ya?” Tanya pemuda itu, Sakura tampak mengangguk kecil.
“Kau tidak ingat gantungan kunci yang kau berikan? Kau memanggilku… Naki. Apa kau ingat sekarang?” Tanya pemuda itu antusias.
“Ahh! Aku ingat, Obana Taiki. Bunga kecil yang memiliki sinar  besar itulah sebabnya Aku memberikan gantungan kunci itu! Hahaha, Aku jadi geli lucu sekali yah, cowok kok dikasi bunga hahaha.” Sakura tertawa terbahak-bahak mengingat itu.
“Lalu siapa nama asliku? Aku ingin kau memanggilku dengan nama asliku, yaah walaupun Aku masih memanggilmu Cherry—nama kecil Sakura.”
“Eh jujur saja aku sudah lupa nama aslimu, Aku aku tak menyangka itu kau, saking terkejutnya Aku jadi lupa menanyakan namamu.”
“Hahaha… namaku—“
“Kringgg Kringgg!!!”
Ahh sepertinya kita harus menunda untuk tahu siapa dia.
.
.
.
Hari demi hari berlalu, ujian sudah selesai, Sakura serta murid-murid yang lain juga sudah melewati ujian susulan. Beberapa hari ini Sasuke terlihat sangat berbeda, dia merasa senang tapi juga kesal. Rasanya semuanya bercampur menjadi satu kesatuan yang membuat Sasuke frustasi.
“Kau… kenapa Teme?” Naruto jadi ikut-ikutan frustasi melihat Sasuke yang semakin hari semakin aneh tingkahnya.
“Hn.” Naruto mendecak kesal.
“Haaahhhh Temeee!!! Ceritakan padaku apa yang terjadi padamu belakangan iniiiiiiiiiiii?????????” teriak Naruto frustasi.
Sontak seluruh penghuni kelas menatap mereka–Naruto dan Sasuke– penuh tanda tanya.
“Hn.”
“Oiiiiii jangan jawab hn saja dong Teme!! Aku jadi semakin penasaran apa yang membuatmu jadi seperti ini heh?”
“Baiklah, nanti kuceritakan.” Oh tidak! Masalah besar!!! Sasuke akan menceritakan masalahnya kepada Naruto??? Oh pilihan yang tidak tepat, Sasuke.
“Nanti kapan Teme?? Sekarang sajaaa……..!!!”
“Tidak, aku bilang nanti ya nanti. Lagipula di sini banyak orang.”
“Baiklah.” Naruto mengangguk.
.
.
.
.
.
Di pojok perpustakaan terlihat Sakura sedang membaca novelnya dan tiba-tiba seorang pemuda menghampirinya.
“Sakura.” Sapa pemuda itu.
Sakura mengalihkan pandangan dari novelnya “Hai.” Sapa Sakura balik.
“Kau tak pernah melihatku sebelumnya ya?” Tanya pemuda itu membuka obrolan.
“Iya.”
“Aku sering melihatmu, tapi tak berani menyapamu. Waktu kau merazia di kelasku dulu aku sedang izin ke toilet, aku melihatmu saat keluar dari kelasku. Jadi, sekarang kau menyukai Sasuke ya?”
“Eh? Kau tahu?” Tanya Sakura kaget.
“Hm, tentu saja. Siapa yang tidak tahu fakta yang menggemparkan sekolah itu.” Jawab pemuda itu sinis.
“Sekolah gempar?” Sakura sudah tidak focus dengan novelnya.
“Kau tidak tahu?”
“Tidak.”
“Semua orang membicarakanmu, bukankah kau yang menyebarkannya sendiri di facebook dan twitter mu?”
“Eh? Hehe, benar juga ya.” Sakura menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
“Apa kau benar-benar segila itu dengan Sasuke?” pemuda itu menatap Sakura penuh arti.
Sakura menunduk “Aku tidak tahu, Naki.”
.
.
.
Di lain tempat, Ino dan Hinata sedang bergosip di sebuah café tempat tongkrongan mereka saat weekend, yah selalu Ino ngoceh dan Hinata manggut-manggut sok ngerti.
“Heh, Sakura kok lama banget sih?” Tanya Ino yang sudah berhenti ngegosip.
“kan dia ingin meminjam beberapa novel di perpustakaan,  selama ujian dia merasa benar-benar bosan tanpa novel.” Jawab Hinata sambil mengaduk-aduk softdrink pesanannya.
 “Hei, maaf lama menunggu.” sosok Sakura pun datang menghampiri mereka.
“Kau lama sekali forehead!” delik Ino.
“Ehehe gomen ne, soalnya teman lamaku tiba-tiba datang menemuiku ke perpustakaan tadi.”
“T-teman lama?” Hinata mengeluarkan tampang kepo andalannya.
“Iya, namanya Naki, dia ikut ke sini kok tapi dia masih beli beberapa alat melukis di toko depan café ini.” Sakura pun duduk di sebelah kiri Hinata.
“Me-lukis?!” Ino mengernyit.
“Ah, itu dia!” ujar Sakura sambil menunjuk teman lamanya itu tanpa menjawab pertanyaan Ino.
Pandangan Ino dan Hinata pun langsung menuju arah tunjukan tangan Sakura, dan betapa terkejutnya Ino melihat pangeran yang dinanti-nantinya itu ternyata teman lama Sakura.
“E-eh? Sai?” Ujar Ino ketika Naki sudah berdiri di depan mereka.
“Apa kita kenal?” ujar Naki dengan senyum yang aneh.
“E-eh? Hehehe—”
“Tidak, tapi sekarang iya.” Ujar Sakura memotong tertawaan/? Ino.
“Sai, yang ini Ino, dia suka padamu dan kurasa kalian cocok, dan ini Hinata, tolong carikan dia cowok.” Lanjut Sakura lagi, kali ini dengan cengiran yang menggelikan. Hei! Apa-apaan yang dia katakan itu?!
 “Oh, hai Ino, Hinata.” Sapa Sai kemudian duduk di samping Ino —karena mejanya segi empat, Ino duduk berhadapan dengan Hinata, Sakura duduk di sebelah Hinata, jadi Sai duduk di sebelah Ino.
“Ehm, Sakura? Tadi… kau bilang Naki kan? Bukan Sai? Lalu kenapa Sai yang ada di sini?” Tanya Ino yang sudah mulai kepo.
“Naki itu panggilan kesayangan, aku panggil dia Naki, dia panggil aku Cherry.” Ujar Sakura dengan semangat.
“P-panggilan kesayangan?” Tanya Hinata tak luput dengan wajahnya yang tampak terkejut itu.
“Iya panggilan kesayangan, tapi hanya antara teman kok, tak lebih.” Jawab Sai ikut nimbrung.

“Tenang aja Hinata, aku gak mungkin ambil Sai dari Ino, hihihi.” Ujar Sakura. Ino yang mendengarnya hanya diam dengan rona merah tipis di pipinya.

To be continued.






Fina Sarah Adhari
Twitter: finasaraha_13

You May Also Like

0 comment

What do you think about this post?