Sejarah: Peradaban Lembah Sindu
1. Letak Geografis dan Sejarah awal Sungai Shindu
Di sebelah Utara berbatasan dengan China yang dibatasi Gunung Himalaya
Selatan berbatasan dengan Srilanka yang dibatasi oleh Samudera Indonesia
Barat berbatasan dengan Pakistan
Timur berbatasan dengan Myanmar dan Bangladesh
Selatan berbatasan dengan Srilanka yang dibatasi oleh Samudera Indonesia
Barat berbatasan dengan Pakistan
Timur berbatasan dengan Myanmar dan Bangladesh
Mohenjo-daro terletak di Sindh, Pakistan di sebuah bubungan zaman
Pleistosen di tengah-tengah dataran banjir Sungai Sindhu. Bubungan tersebut
kini terkubur oleh pembanjiran dataran tersebut, tetapi sangat penting pada
zaman Peradaban Lembah Indus. Bubungan tersebut memungkinkan kota Mohenjo-daro
berdiri di atas dataran sekelilingnya. Situs tersebut terletak di tengah-tengah
jurang di antara lembah Sungai Sindhu di barat dan Ghaggar-Hakra di timur.
Sungai Sindhu masih mengalir ke timur situs itu, tetapi dasar sungai
Ghaggar-Hakra kini sudah kering.
2. Perkembangan Peradaban Sungai Shindu di Bidang Ekonomi
Mata pencaharian bangsa Dravida adalah bercocok tanam, yang dibuktikan
dengan ditemukannya cangkul, kapak, dan patung Dewi Ibu yang dianggap lambang
kesuburan. Hasil pertanian berupa gandum dan kapas. Sudah ada saluran irigasi
untuk mencegah banjir serta untuk pengairan sawah-sawah rakyat. Dalam
perdagangan terlihat adanya hubungan dengan Sumeria di Lembah Eufrat dan
Tigris, yang diperdagangkan adalah keramik dan permata.
3. Perkembangan
Peradaban Sungai Shindu di Bidang Religi/Kepercayaan
Sudah mengenal sistim kepercayaan menyembah banyak dewa (politeisme)
serta segala sesuatu yang dianggap keramat. Contohnya adalah pohon pipal dan
beringin yang oleh umat Buddha dianggap pohon suci, binatang yang dipuja adalah
gajah dan buaya.
4. Perkembangan Peradaban Sungai Shindu di Bidang Kesenian,
Arsitektur, dan Kesusastraan
Hasil kebudayaan bangsa Dravida.
Meliputi :
Meliputi :
a. Ilmu ukur, terbukti adanya (perencanaan kota, bangunan rumah tertib, jalan lurus lebar)
b. Arsitektur, adanya rumah terbuat dari batu bata dengan atap datar, ada yang bertingkat/modern.
c. Seni tari, terbukti adanya patung perunggu berbentuk anak perempuan yang sedang menari.
Mohenjo-daro memiliki bangunan yang luar biasa, karena memiliki tata
letak terencana yang berbasis grid jalanan yang tersusun menurut pola yang
sempurna. Pada puncak kejayaannya, kota ini diduduki sekitar 35.000 orang.
Bangunan-bangunan di kota ini begitu maju, dengan struktur-struktur yang
terdiri dari batu-bata buatan lumpur dan kayu bakar terjemur matahari yang
merata ukurannya.
Bangunan-bangunan publik di kota ini adalah
lambang masyarakat yang sangat terencana. Bangunan yang bergelar Lumbung Besar
di Mohenjo-daro menurut interpretasi Sir Mortimer Wheeler pada tahun 1950
dirancang dengan ruang-ruang untuk menyambut gerobak yang mengirim hasil
tanaman dari desa, dan juga ada saluran-saluran pendistribusian udara untuk
mengeringkannya.
tidak memiliki kuil tapi
memiliki tempat pemandian umum. Di dekat lumbung tersebut ada sebuah bangunan
publik yang pernah berfungsi sebagai permandian umum besar, dengan tangga yang
turun ke arah kolam berlapis bata di dalam lapangan berderetan tiang.
Tata kota, sanitasi, serta
kebersihan dan kesehatan dari perencanaan kota dapat dibuktikan dengan adanya:
1) bangunan rumah dibuat tinggi berdasarkan petunjuk kesehatan,
2) bangunan rumah dibuat seragam dari batu bata,
3) bangunan tidak ada yang menjorok ke depan, dan
4) saluran air dibangun sesuai dengan syarat kesehatan
Di dalam kota, air dari sumur disalurkan ke rumah-rumah. Beberapa rumah
ini dilengkapi kamar yang terlihat ditetapkan untuk mandi. Air buangan
disalurkan ke selokan tertutup yang membarisi jalan-jalan utama. Pintu masuk
rumah hanya menghadap lapangan dalam dan lorong-lorong kecil. Ada berbagai
bangunan yang hanya setinggi satu dua tingkat.
..
Mohenjo-daro adalah sebuah kota yang cukup terlindungi. Walau tak ada
tembok, namun terdapat menara di sebelah barat pemukiman utama, dan benteng
pertahanan di selatan. Perbentengan tersebut, dan struktur kota-kota lain di
Lembah Indus seperti Harappa, menimbulkan pertanyaan apakah Mohenjo-daro memang
pusat administrasi. Harappa dan Mohenjo-daro memiliki arsitektur yang mirip,
dan tidak berbenteng kuat seperti situs-situs lain di Lembah Indus. Jelas
sekali dari tata ruang di semua situs-situs Indus, bahwa ada suatu pusat
politik atau administrasi, hanya saja tidak jelas lagi sejauh mana jangkauan
dan fungsi pusat administrasi tersebut.
5. Perkembangan Peradaban Sungai Shindu di Bidang Politik
Pada abad 16 SM, bangsa Arya (pengembara) datang ke
India secara bergelombang dan menetap di dataran rendah Sungai Gangga dan
Sungai Yamuna.
Akibat kedatangan bangsa Arya maka penduduk asli
menjadi golongan manusia yang paling rendah yaitu kasta Syudra. Pembagian kasta
oleh bangsa Arya dimaksudkan supaya tidak terjadi percampuran antara penduduk
asli dan bangsa Arya.
Kebudayaan Indus runtuh pada tahun 1000 SM disebabkan
oleh:
1) adanya bencana banjir dari Sungai Indus (Sindhu);
2) karena diserang bangsa Arya.
1) adanya bencana banjir dari Sungai Indus (Sindhu);
2) karena diserang bangsa Arya.
Dapat dilihat dan didownload disini
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Cara download:
1. Klik tulisan 'disini' di atas
2. Silang laman yang tidak perlu, tunggu loading sebentar
3. Tekan 'Skip Ad'
4. Download file drive di tanda unduh (panah ke bawah ↓) di pojok kanan atas laman google drive
5. Selesai, tinggal cek di folder download
❤❤❤
0 comment
What do you think about this post?