Pengaruh Modernisasi Penggunaan Alat Mesin Pertanian Terhadap Hasil Produksi Padi dan Kesejahteraan Petani di Desa Telagawaru

by - July 24, 2018

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah wasyukurillah, segala puji dan syukur terpanjatkkan ke hadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah serta karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan paper Sosiologi Pedesaan ini. Shalawat serta salam tercurahkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju alam terang benderang yakni addinul islam.
Adapun judul dari paper Sosiologi Pedesaan adalah “Pengaruh Modernisasi Penggunaan Alat Mesin Pertanian Terhadap Hasil Produksi Padi dan Kesejahteraan Petani di Desa Telagawaru.Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada Dosen mata kuliah Sosiologi Pedesaan yang selalu membimbing dan mengajar serta semua pihak yang membantu dalam melaksanakan praktikum dan dalam menyusun laporan ini.

Paper ini masih sangat jauh dari kesempurnaan oleh karena itu kritik serta saran yang membangun penulis harapkan untuk penyempurnaan Laporan akhir ini. Sebagai manusia biasa penulis merasa memiliki banyak kesalahan, oleh karenanya penulis mohon maaf sebesar-besarnya untuk kelancaran penyelesaian laporan ini, atas perhatian dari semua pihak yang membantu penulisan ini saya ucapkan terimakasih. Semoga paper  ini dapat dipergunakan sebaik mungkin.


Telagawaru, 11 Juli 2018


Penulis

BAB I. PENDAHULUAN
1.1     Latar Belakang
Sektor pertanian berperan penting terhadap perekonomian Indonesia karena Indonesia termasuk negara wilayah agragris. Bidang pertanian akan menjadi kekuatan besar bila dikelola secara tepat. Modernisasi dalam bidang pertanian akan membawa dampak yang baik bagi produksi pertanian. Jika kondisi pertanian di Indonesia sudah baik maka kebutuhan, peningkatan kesempatan kerja, bahan baku industri dan ekspor produk pertanian ke luar negeri diharapkan dapat terjamin dan berkesinambungan. Proses produksi bisa berlangsung tanpa campur tangan manusia yang dapat dilihat pada tumbuhan liar dimana hal tersebut belum disebut pertanian. Turut sertanya manusia dalam perkembangan tumbuhan dan hewan sehingga menjadikan pertumbuhan tersebut menjadi lebih sesuai dengan kemauan dan kebutuhan disebut dengan pertanian. Contohnya adalah pertanian padi yang harus mengikutkan manusia dalam proses produksinya.
Desa sebagai tempat untuk menetap atau bermukim memegang erat hubungannya dengan pertanian. Untuk masyarakat desa, tanah pertanian sangat penting artinya bagi kehidupan mereka. Masyarakat desa yang tradisional masih menggunakan teknologi yang rendah sedangkan masyarakat desa yang telah maju telah menggunakan mesin (teknologi pertanian modern) dan usaha taninya bersifat komersial.
Kehidupan masyarakat pedesaan sangat berbeda dengan masyarakat kota. Nilai sosial pada masyarakat desa masih sangat kental dan terlihat seperti kegiatan gotong-royong. Penduduk desa menghabiskan waktu senggang dengan berkumpul bersama tetangga. Kepadatan atau jumlah penduduk di desa lebih rendah dibanding dengan kepadatan penduduk di kota. Lahan di desa relatif luas dibandingkan dengan jumlah penduduknya. Lahan yang relatif luas sebagian besar digunakan untuk lahan pertanian. Mata pencaharian di desa cenderung homogen dan agraris. Kemajuan teknologi di wilayah desa kurang berkembang. Hal ini disebabkan masyarakat desa masih menggunakan peralatan tradisional. Seluruh alat dan sistem yang digunakan di desa masih sederhana.
Modernisasi dalam ilmu sosial merujuk pada sebuah bentuk transformasi dari keadaan yang kurang maju atau kurang berkembang ke arah yang lebih baik. Modernisasi merupakan hasil kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Modernisasi di bidang pertanian di Indonesia di tandai dengan perubahan yang mendasar pada pola-pola pertanian, dari cara-cara tradisional menjadi cara-cara yang lebih maju. Perubahan-perubahan tersebut meliputi beberapa hal, antara lain dalam pengelolahan tanah, penggunaan bibit unggul, penggunaan pupuk, pengunaan sarana-sarana produksi pertanian, dan pengaturan waktu panen. Pengenalan terhadap pola yang baru dilakukan dengan pembenahan terhadap kelembagaan-kelembagaan yang berkaitan dengan pertanian, seperti, kelompok Tani, KUD, PPL, Bank Perkreditan, P3A, dan sebagainya. Selanjutnya ditetapkan pola pengembangan dalam bentuk, usaha ekstensifikasi, intensifikasi dan diversifikasi.
Alsintan merupakan suatu teknologi yang mampu meminimalisir semua faktor faktor produksi  dalam melakukan suatu usaha tani, diantaranya adalah segi waktu, tenaga, bertujuan untuk meningkatkan produksi dalam setiap pemanenan padi. Demikian halnya dengan pertanian  padi di Desa Telagawaru yang tentunya sangat memerlukan  alsintan guna membantu petani dalam melakukan usaha taninya.
Akan tetapi dengan hadirnya alsintan ini ada suatu hal yang perlu dicermati pada fenomena ini, karena didalam melakukan proses usaha taninya petani sudah lebih dominan menggunakan tenaga mesin. Maka perlu dikaji nantinya apakah benar dengan adanya alsintan ini mampu membuat produksi padi semakin meningkat, apakah produksi padi ini meningkat secara signifikan atau tidak dan apakah program  ini hanya sebagai suatu program  pemberdayaan yang membuat masyarakat petani menjadi sejahtera.
Berdasarkan uraian ini, maka penulis  tertarik melakukan kajian  dengan judul “Pengaruh Modernisasi Alat Mesin Pertanian Terhadap Hasil Produksi Padi dan Kesejahteraan Petani di Desa Telagawaru.”

1.2     Permasalahan dan Rumusan Masalah
Masalah yang terdapat di Desa Telagawaru adalah rendahnya pendidikan penduduk sehingga proses pembangunan pertanian sulit dilakukan karena kurangnya pengetahuan petani dalam mengembangkan pertanian, petani juga sulit membuka diri untuk mencoba hal yang baru sehingga teknik bertani modern sulit diterapkan. Alat mesin pertanian juga masih sulit digunakan karena keterbatasan dana sehingga para petani masih menyewa alat mesin pertanian.
Hingga saat ini telah banyak program, kegiatan maupun fasilitas yang diberikan pemerintah kepada petani maupun ke lembaga tertentu yang membutuhkan seperti bantuan pertemuan, pelatihan permodalan, teknologi dan sarana prasarana, meskipun begitu tanggapan dari petani beragam. Berdasarkan pengamatan peneliti di lapangan bahwa setiap adanya pertemuan antara petani dengan penyuluh tentang pengolahan Alsintan, masih banyak petani yang acuh tak acuh dalam menanggapinya, sehingga belum sepenuhnya petani mengetahui arti pentingnya Alsintan terhadap usaha tani.
Salah satu program yang berjalan adalah pemberian alat teknologi pertanian, pemberian teknologi pertanian ini memanglah sangat bagus guna membantu petani dalam mengusahakan usaha taninya. Namun perlu juga dikaji sudah sejauh mana fungsi dari alsintan ini bagi petani, dan apakah sudah berdampak signifikan bagi peningkatan produksi. Sehingga apa yang terkandung dalam aspek pemberdayaan itu nantinya bisa terwujud, yaitu memandirikan masyarakat itu sendiri dan menjadikan masyarakat itu menjadi berdaya.
Berdasarkan permasalahan tersebut untuk memudahkan kajian maka penulis merumuskan pertanyaan-pertanyaan kajian sebagai berikut:
                1.       Bagaimana modernisasi tekonologi alsintan yang terjadi di masyarakat Desa Telagawaru?
                2.       Bagaimana hubungan tekonologi alsintan terhadap produktivitas padi di masyarakat Desa Telagawaru?
                3.       Bagaimana pengaruh modernisasi penggunaan alat mesin pertanian terhadap hasil produksi padi dan kesejahteraan petani di Desa Telagawaru?

1.3     Tujuan Kajian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan kajiannya dapat disusun sebagai berikut:
                1.       Untuk mengetahui modernisasi tekonologi alsintan yang terjadi di masyarakat Desa Telagawaru?
                2.       Untuk mengetahui hubungan tekonologi alsintan terhadap produktivitas padi di masyarakat Desa Telagawaru?
                3.       Untuk mengetahui pengaruh modernisasi penggunaan alat mesin pertanian terhadap hasil produksi padi dan kesejahteraan petani di Desa Telagawaru?

1.4     Manfaat Tulisan
Hasil kajian ini diharapkan dapat berguna baik secara teoretis maupun secara praktis. Ada beberapa hal yang dapat dipandang sebagai manfaat positif dengan mengangkat kajian ini, diantaranya:
                1.       Kegunaan  Akademis (Teoretis)
Kajian ini diharapkan dapat berguna bagi pengembangan pengetahuan ilmiah dalam bidang pertanian, khususnya konsep-konsep tentang pengaruh sosial dan perubahan sosial akibat modernisasi, serta pembangunan pertanian. Disamping itu, kajian ini dapat dijadikan titik tolak untuk kajian selanjutnya yang lebih mendalam terutama tentang modernisasi pembangunan pertanian.
                2.       Kegunaan Praktis (Sosial)
Secara praktis, kajian ini berguna untuk memberikan gambaran kepada masyarakat desa mengenai pengaruh modernisasi alat mesin pertanian terhadap hasil pertanian dan kesejahteraannya juga dapat dijadikan pedoman untuk mengatur cara bertani sesuai dengan perkembangan modernisasi, serta memberikan sumbangan kepada aparat pemerintah setempat agar dapat membantu memecahkan permasalahan pertanian yang terjadi di masyarakat desa.
  
BAB II. METODE KAJIAN
2.1     Cara Pengumpulan Data dan  Informasi
Cara pengumpulan data dan informasi yang penulis gunakan dalam kajian ini adalah data sekunder atau data tersedia dimana penulis memperoleh data tidak secara langsung dari objek kajian melainkan dari data yang sudah dikumpulkan oleh pihak lain dengan berbagai cara atau metode dalam hal ini artikel, e-book, dan referensi dari internet yang berkaitan dengan tema dan judul kajian, serta data pendukung yang diperoleh dari kantor Desa Telagawaru.
2.2     Lokasi Kajian
Kajian ini berlokasi di Desa Telagawaru, Kecamatan Labuapi, Kabupaten Lombok Barat.
2.3     Metode Analisis
Metode analisis yang penulis gunakan dalam kajian ini adalah metode analisis deskriptif dan metode analisis statistika. Analisis data merupakan proses yang bertujuan untuk menyederhanakan suatu data yang sudah diperoleh supaya data yang diperoleh dapat lebih mudah dibaca, dimengerti dan diinterpretasikan.  Analisis data deskriptif merupakan metode analisis yang dipakai untuk menganalisis data dengan mendeskripsikan atau menggambarkan data-data yang sudah dikumpulkan seadanya dalam bentuk tabel, grafik, diagram, dan lainnya tanpa ada maksud membuat generalisasi dari hasil penelitian. Analisis data statistika adalah metode cara-cara mengumpulkan data atau fakta, mengolah, menyajikan, dan menganalisa, penarikan kesimpulan serta pembuatan keputusan yang cukup beralasan berdasarkan fakta dan penganalisaan yang dilakukan.


BAB III. GAMBARAN UMUM DESA
3.1     Keadaan Geografis
Desa Telagawaru merupakan salah satu desa dari dua belas desa yang ada di     Kecamatan Labuapi dengan luas 2249 53 Ha dan terdiri dari empat dusun yaitu dusun Telagawaru, Paokkambut, Bumi Harapan Permai, dan dusun Gubuk Ide. Jarak tempuh dari Desa Telagawaru  ke Ibu Kota Provinsi adalah 5 km sama  halnya dengan jarak tempuh ke Ibu Kota Kabupaten         yaitu 5 km, sementara jarak ke Ibu Kota Kecamatan  adalah 3 km ke arah  selatan.
Batas wilayah Desa Telagawaru  meliputi:
                1.  Sebelah Utara              : Desa Terong Tawah
                2.  Sebelah Selatan           : Desa Banyumulek
                3.  Sebelah Barat              : Desa Karang Bongkot
                4.  Sebelah Timur             : Desa Labuapi
Gambar 1. Peta Desa Telagawaru
(Sumber: Google Maps)
Keadaan iklim di Desa Telagawaru meliputi curah hujan yang mencapai 2000 mm/th dan suhu rata – ratanya adalah  30oC. Desa Telagawaru berada di ketinggian   5 – 50           meter di atas permukaan laut dan  bentang wilayahnya dalam  bentuk datar. Sebagaimana desa-desa lain di wilayah Indonesi, Desa Telagawaru mempunyai Iklim kemarau dan penghujan,  hal tersebut  mempunyai pengaruh langsung terhadap pola tanam yang ada di Desa Telagawaru Kecamatan Labuapi.
Penggunaan tanah di Desa Telagawaru sebagian besar diperuntukan untuk tanah pertanian sawah sedangkan sisanya untuk tanah kering yang merupakan bangunan dan fasilitas-fasilitas lainnya. Desa Telagawaru berdasarkan fakta geografis merupakan desa pertanian (agraris) tetapi sebagian besar pemilik lahan pertanian di Desa Telagawaru merupakan hak milik/dikuasai oleh warga yang berasal dari luar wilyah Desa Telagawaru sehingga  penduduk yang bermata pencaharian sebagai petani sangat minim.

3.2     Keadaan Demografis Penduduk
Penduduk adalah semua orang yang berdomisili di wilayah geografis Republik Indonesia selama 6 bulan atau lebih dan atau mereka yang berdomisili kurang dari 6 bulan tetapi bertujuan untuk menetap. Penggolongan jumlah penduduk berdasarkan gender karena gender merupakan indikator perbedaan antara perempuan dan laki-laki yang bersifat bawaan dari tuhan.

Tabel 1. Data Penduduk Desa Telagawaru  Berdasarkan Gender
No.
Indikator
Jumlah Tahun 2017
1.
Jumlah Penduduk
5.572
2.
Jumlah Laki-Laki
2.796
3.
Jumlah Perempuan
2.776
4.
Jumlah Kepala Keluarga
1.689
5.
Jumlah Rumah Tangga Miskin
746

Dari tabel di atas diperoleh jumlah penduduk Desa Telagawaru menurut data di Kantor Desa Telagawaru tahun 2017 adalah 5.572 jiwa terdiri dari 2.796 laki-laki dan 2.776 perempuan sehingga dapat disimpulkan bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih banyak 20 jiwa daripada jumlah penduduk perempuan, serta jumlah Kepala Keluarga (KK) yaitu sebanyak 1.689 jiwa itu berarti sebesar 30,3% penduduk Desa Telagawaru adalah Kepala Keluarga sehingga 60,4% penduduk laki-laki sudah menikah. Sementara jumlah penduduk miskin sebanyak 746 RTM (Rumah Tangga Miskin).

Pendidikan bertujuan meningkatkan kecerdasan dan kesejahteraan penduduk secara maksimal. Dengan demikian, penduduk baik sebagai perorangan maupun sebagai kelompok masyarakat merupakan sasaran kegiatan pembangunan pendidikan. Oleh karena itu, dinamika masyarakat dengan permasalahan yang ada akan sangat mempengaruhi pendidikan secara menyeluruh. 
Tabel 2. Data Penduduk Desa Telagawaru  Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No.
Indikator
Jumlah Tahun 2017
         1.          
Belum Sekolah  (Balita)
560
         2.          
Usia 15-45 Tidak Pernah Sekolah
256
         3.          
Pernah Sekolah  SD Tetapi Tidak Tamat
1856
         4.          
Tamat SD/Sederajat
1132
         5.          
Tamat SLTP 
230
         6.          
Tamat SLTA
348
         7.          
Tamat D1
12
         8.          
Tamat S1
67
         9.          
Tamat S2
4

Tingkat Pendidikan merupakan jumlah tahun mengikuti Pendidikan resmi yang ditempuh penduduk pada bangku sekolah. Pendidikan mempengaruhi perilaku dan sikap masyarakat dalam hal berinovasi untuk meningkatkan produktivitas hidupnya dalam hal bekerja karena seseorang yang berpendidikan cenderung lebih terbuka untuk menerima masukan dan memiliki tingkat kinerja yang baik.
Dari tabel diatas diperoleh data penduduk Desa Telagawaru  berdasarkan tingkat pendidikan yang paling tinggi adalah pernah sekolah SD tetapi tidak tamat yakni sebesar 1856 orang atau sekitar 41,5%, disusul dengan tamat SD/sederajat  sebesar 1132 orang atau sekitar 25,3%, penduduk yang menyelesaikan pendidikan wajib belajar  12 tahun hanya sebanyak 348 atau sebesar 7,7% dari jumlah penduduk usia 15 tahun atau  lebih,  jumlah paling kecil pada tingkatan tamatan S2 yaitu 4 orang dan tidak ada yang mencapai tamatan S3. Hal ini membuktikan bahwa tingkat pendidikan penduduk Desa Telagawaru masih tergolong rendah, karena sebenarnya dalam pembangunan suatu daerah diperlukan sumber daya manusia yang memiliki intelegensi agar bisa mengembangkan daerahnya dengan seoptimal mungkin. Meskipun daerah tersebut memiliki sumber daya alam dan modal yang melimpah, namun jika tidak diimbangi dengan potensi sumber daya manusia yang memadai maka sumber daya yang dimiliki tidak akan pernah berkembang dan bermanfaat secara maksimal bagi daerah tersebut.
Tabel 3. Data Penduduk Desa Telagawaru  Berdasarkan Jenis Pekerjaan
No.
Jenis Pekerjaan
Jumlah Tahun 2017
         1.          
Petani
112
         2.          
Pedagang/Pengusaha
75
         3.          
Buruh Tani
263
         4.          
Buruh lepas
1056
         5.          
Pertukangan
45
         6.          
Peternak
63
         7.          
PNS
82
         8.          
Polri
3
         9.          
TNI
5
       10.        
Karyawan Swasta
32
       11.        
Karyawan BUMN
8
       12.        
Pembantu Rumah Tangga
23
       13.        
TKI/TKW
135
       14.        
Pengemudi/Tukang Ojek
120
       15.        
Belum bekerja
1430
Bekerja adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh seseorang dengan maksud memperoleh pendapatan atau keuntungan, kegiatan tersebut termasuk pola kegiatan pekerja tak dibayar yang membantu dalam suatu usaha/kegiatan ekonomi. Sedangkan jenis pekerjaan adalah macam pekerjaan yang dilakukan oleh seorang atau ditugaskan kepada sesorang yang sedang bekerja atau yang sementara tidak bekerja. Penduduk dikatakan sebagai pekerja apabila memenuhi syarat usia kerja yaitu 15 tahun dan/atau lebih.
Dari data diatas, dapat disimpulkan bahwa 56,8% penduduk Desa Sukarara memiliki pekerjaan, dimana paling banyak bekerja sebagai buruh lepas yaitu sebanyak 1056 orang atau sebesar 31,8 % dan paling sedikit bekerja sebagai Polri sebanyak 3 orang atau sebesar 0.09 %. Untuk lapagan kerja dalam bidang pertanian sebanyak 375 orang atau sebesar 11,3% dimana petani sebanyak 112 orang dan buruh tani sebanyak 263 orang sehingga pekerja sebagai petani masih tergolong kecil karena meskipun Desa Telagawaru berdasarkan fakta geografis merupakan Desa Pertanian (agraris) tetapi yang perlu diketahui bahwa sebagian besar pemilik lahan pertanian di Desa Telagawaru merupakan hak milik/dikuasai oleh warga yang berasal dari luar wilyah Desa Telagawaru sehingga  penduduk yang bermata pencaharian sebagai petani sangat minim.
3.3     Keadaan Sosial Ekonomi dan Sosial Budaya
Lembaga Ekonomi adalah suatu lembaga yang memiliki kegiatan dibidang ekonomi demi terpenuhnya kebutuhan masyarakat, dan juga lembaga yang mengatasi berbagai masalah mengenai produksi, pendistribusian atau pelayanan suatu jasa yang diperlukan oleh masyarakat supaya kebutuhan masyarakat tersebut dapat terpenuhi.
Lembaga ekonomi yang terdapat di Desa Telagawaru adalah KUD, Koperasi Simpan Pinjam, Bumdes, Pegadaian, dua jumlah Pasar, tiga jumlah industri makanan. Lembaga ekonomi dibentuk untuk memperkuat perekonomian warga desa dan dibentuk berdasarkan kebutuhan dan potensi yang ada di Desa Telagawaru, namun pada kenyataannya pengelolaan yang tidak optimal dan professional meyebabkan tidak banyak aktivas dalam lembaga ekonomi ini, dan faktor lainnya juga karena kurangnya dukungan dalam hal fasilitas dari pemerintah daerah.
Lembaga sosial budaya atau lebih biasa dikenal dengan nama lembaga kemasyarakatan adalah salah satu jenis lembaga yang mengatur rangkaian tata cara dan prosedur dalam melakukan hubungan antar manusia saat mereka menjalani kehidupan bermasyarakat dengan tujuan mencapai keteraturan hidup. Lembaga sosial yang terdapat di Desa Telagawaru adalah Remaja Masjid, Organisasi Perempuan, Bimbingan Massal, Organisasi Pemuda, LKMD/Sebutan Lain,  dan Lembaga Adat Dalam Penyelesaian Konflik.
BAB IV. TINJAUAN PUSTAKA
4.1     Modernisasi
Modernisasi dapat diartikan sebagai proses perubahan dari corak kehidupan masyarakat yang tradisional menjadi modern, terutama berkaitan dengan teknologi dan organisasi sosial. Teori modernisasi dibangun diatas asumsi dan konsep konsep evolusi bahwa perubahan sosial merupakan gerakan searah (linier), progresif dan berlangsung perlahan lahan, yang membawa masyarakat dari tahapan yang primitif kepada keadaan yang lebih maju (Martono, 2014).
Menurut J.W. School, dalam (Blackgenesis: 2011) Modernisasi merupakan penerapan pengetahuan ilmiah pada semua kegiatan, bidang kehidupan dan aspek kemasyarakatan. Aspek yang paling menonjol dalam proses modernisasi adalah perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tinggi.
Perubahan-perubahan sosial petani akibat dari modernisasi adalah dengan diperkenalkannya mesin-mesin, seperti mesin penuai dan traktor tangan telah menghilangkan mata pencaharian penduduk yang selama ini mendapatkan upah dari menuai.Kemudian, pemakaian traktor tangan telah menggantikan tenaga kerbau, sehingga sebagaian besar petani tidak lagi berternak kerbau. Untuk kasus ini, hasil kajian Scott tentang petani di Sedaka, Malaysia, diuraikan dengan cermat bagaimana penggunaan teknologi itu telah merubah hubungan sosial di Malaysia. Scott memberikan contoh tentang digunakannya mesin pemanen dan perontok padi, kemudian pemilik tanah memutuskan hubungan dengan pekerja. Putusnya hubungan antara pemilik tanah dan para pekerja membuat perbedaan antara kelas kaya dan miskin semakin nyata. Mesin juga telah merubah orientasi para tuan tanah, dari anggapan usaha sebagai salah satu fungsi sosial menjadi kerja sebagai upaya untuk mendapatkan keuntungan (Scott, 2000).
4.2     Pembangunan Pertanian
Pembangunan pertanian dapat didefinisikan sebagai suatu proses perubahan sosial. Implementasinya tidak hanya ditujukan untuk hanya meningkatkan status dan kesejahtraan petani semata tetapi sekaligus juga dimaksudkan untuk mengembangkan potensi sumber daya manusia baik secara ekonomi, sosial, politik, budaya, lingkungan, maupun melalui perbaikan (improvement), pertumbuhan (growth) dan perubahan (change) (Sudaryanto, 2008).
Pembangunan pertanian merupakan salah satu faktor penting dalam perekonomian suatu negara karena sektor pertanian memberikan sumbangan yang cukup signifikan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Pembangunan pertanian menjadi penting karena kontribusinya terhadap pertumbuhan dan pembangunan ekonomi nasional dalam bentuk kontribusi produk, kontribusi pasar, kontribusi faktor-faktor produksi dan kontribusi devisa (Blank, 2003).
Pembangunan ekonomi diidentikkan sebagai transformasi struktural dari pembangunan yang bertumpu pada aktivitas pertanian menjadi perekonomian berbasis industri dan jasa dengan dukungan sumber tenaga kerja dan bahan pangan murah dari pertanian. Memburuknya kinerja sektor pertanian di negara-negara berkembang dipercaya karena terabaikannya sektor tersebut dalam perumusan prioritas pembangunan dari para pemimpinnya (Rickman, 2007).
Perubahan lingkungan strategis yang sangat cepat, baik domestik maupun internasional, akan membawa pengaruh yang sangat besar terhadap dinamika pembangunan pertanian. Kondisi tersebut memerlukan penyesuaian terhadap arah dan kebijakan serta pelaksanaan program pembangunan pertanian. Dengan demikian, strategi pembangunan pertanian harus lebih menfokuskan pada peningkatan daya saing, mengandalkan modaldan tenaga kerja terampil dan berbasis inovasi teknologi dengan memanfaatkan sumberdaya lokal secara optimal (Suryana, 2006).
4.3     Proses Sosial dan Struktur Sosial di Pedesaan
Proses sosial adalah pengaruh timbal balik antara berbagai bidang kehidupan bersama. Misalnya, segi kehidupan ekonomi dengan kehidupan politik, segi kehidupan politik dengan kehidupan hukum, dan seterusnya. Proses sosial memiliki bentuk utama yaitu berupa interaksi sosial, yang mana terdiri dari dua unsur pokok seperti kontak sosial dan komunikasi (Taneko, 1984).
Struktur sosial suatu pergaulan hidup manusia meliputi berbagai tipe kelompok yang terjadi dari banyak orang dan meliputi pula lembaga-lembaga dimana orang banyak tersebut ambil bagian. Unsur-unsur pokok dari struktur sosial suatu masyarakat meliputi  kelompok-kelompok sosial, lembaga-lembaga sosial atau institusi sosial, kaidah-kaidah atau norma sosial, lapisan-lapisan atau stratifikasi sosial (Taneko, 1984).
Struktur masyarakat di Indonesia ditandai oleh dua ciri yang bersifat unik yaitu secara horisontal dan vertikal. Secara horisontal ditandai oleh kenyataan adanya kesatuan-kesatuan sosial yang berdasarkan perbedaan-perbedaan suku bangsa, agama, adat serta kedaerahan. Secara vertikal, struktur masyarakat Indonesia ditandai dengan adanya perbedaan-perbedaan vertikal antara lapisan atas dan bawah yang cukup tajam (Nasikun,2001).
Dalam suatu negara terdapat tiga unsur kemasyarakatan, yaitu mereka yang kaya sekali, melarat dan berada ditengah tengahnya. Selanjutnya kelas sosial para petani desa posisinya terkadang bisa sangat statis tetapi juga tidak menutup kemungkinan untuk dinamis sehingga ia dapat berubah sesuai dengan fungsi atau peranannya dalam masyarakat (Soekanto, 2003).
4.4     Perubahan Sosial
Setiap manusia selama hidup pasti mengalami perubahan-perubahan. Perubahan dapat berupa pengaruhnya terbatas maupun luas, perubahan yang lambat dan ada perubahan yang berjalan dengan cepat. Perubahan dapat mengenai nilai dan norma sosial, pola-pola perilaku organisasi, susunan lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial dan sebagainya. Perubahan- perubahan yang terjadi pada masyarakat merupakan gejala yang normal. Pengaruhnya bisa menjalar dengan cepat ke bagian-bagian dunia lain berkat adanya komunikasi modern (Soekanto, 2009).
Perubahan sosial sebagai suatu variasi dari cara cara hidup yang telah diterima baik karena perubahan kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk, ideologi maupun karena adanya difusi atau penemuan penemuan baru. Perubahan perubahan pada lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai, sikap, dan pola perilaku diantara kelompok kelompok dalam masyarakat (Alfian, 2001).
Perubahan sosial sebagai perubahan-perubahan sosial yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat. Pandangan serupa dikemukakan oleh Wilbert Moore yang memandang perubahan sosial sebagai perubahan struktur sosial, pola perilaku dan interakasi sosial. Sedangkan Menurut Mac Iver, perubahan sosial merupakan perubahan yang terjadi dalam hubungan sosial atau sebagai perubahan terhadap keseimbangan (Laurer, 1993).

BAB IV. HASIL KAJIAN
5.1     Fenomena Modernisasi di Desa Telagawaru
Fenomena merupakan hal-hal yang dapat disaksikan dengan pancaindra dan dapat diterangkan serta dinilai secara ilmiah. Fenomena sendiri berasal dari bahasa Yunani, phainomenom yang berarti “apa yang terlihat”. Menurut Freddy Rangkuti (2011), fenomena adalah suatu fakta yang kita temui di lapangan. Fenomena bisa dilihat dan ditemui di manapun. Fenomena sosial adalah gejala-gejala atau peristiwa yang terjadi dan diamati dalam kehidupan sosial. Fenomena sosial juga disebut sebagai gejala sosial. Seperti yang telah disebutkan di alinea awal, bahwa fenomena atau gejala sosial dipengaruhi oleh bentuk-bentuk perubahan sosial. Bentuk-bentuk tersebut tidak bisa dihilangkan, namun harus bisa diantisipasi.
Fenomena modernisasi di Desa Telagawaru nampaknya tidak terlalu berpengaruh pada kehidupan, karena nyatanya kebanyakan penduduk desa masih berpendidikan rendah sehingga masyarakat desa Telagawaru belum menerima dampak modernisasi sepenuhnya namun adanya modernisasi dan globalisasi dalam budaya menyebabkan pergeseran nilai dan sikap masyarakat yang semua irasional menjadi rasional, serta dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi masyarakat menjadi lebih mudah dalam beraktivitas dan mendorong untuk berpikir lebih maju. Bentuk modernisasi yang sudah terjadi di Desa Telagawaru adalah antara lain penggunaan teknologi seperti handphone dan laptop meningkat sehingga penggunaan internet juga meningkat, serta kemajuan di bidang transportasi dimana hampir seluruh penduduk desa sudah memiliki alat transportasi seperti motor dan mobil.
Bentuk modernisasi lainnya yang terjadi adalah pola hidup yang konsumtif dikarenakan perkembangan industri yang pesat membuat penyediaan barang kebutuhan masyarakat melimpah, dengan begitu masyarakat mudah tertarik untuk mengonsumsi barang dengan banyak pilihan yang ada apalagi di sekitar Kecamatan Labuapi sudah banyak toko-toko besar penyedia barang kebutuhan sehari-hari. Sikap individualistik juga sudah terjangkit di Desa Telagawaru, padahal beberapa tahun yang lalu sikap kekeluargaan masih melekat, gotong royong tiap bulan, perayaan kemerdekaan Indonesia, olahraga bersama tiap hari, semakin hari semakin luntur karena masyarakat merasa dimudahkan dengan teknologi maju membuat mereka merasa tidak lagi membutuhkan orang lain dalam beraktivitas. Hal lain yang tidak dapat dihindari adalah gaya hidup kebarat-baratan yang mulai menggeser budaya asli adalah anak tidak lagi hormat kepada orang tua dan pergaulan bebas remaja. Apabila dalam suatu komunitas masyarakat hanya ada beberapa individu yang dapat mengikuti arus modernisasi dan globalisasi maka akan memperdalam jurang pemisah antara individu dengan individu lain yang stagnan sehingga menimbulkan kesenjangan sosial.    
Dalam bidang pertanian, modernisasi sudah mulai masuk di Desa Telagawaru terbukti dengan digunakannya alat mesin pertanian masa kini, namun alat mesin pertanian yang digunakan masih terbelakang dan belum begitu canggih seperti traktor, huller, dan power tresher padahal sudah banyak alat mesin pertanian lain yang lebih canggih seperti combine harvester, seeder, transplanter, manure spreader, dryer, dan mini tractor.

5.2     Kondisi dan Perkembangan Pembangunan Pertanian di Desa Telagawaru
Kondisi dan perkembangan pembanguanan pertanian di Desa Telagawaru cukup modern dimana petani padi tetap menggunakan alat mesin pertanian yang agak canggih seperti traktor tangan, power tresher, dan huller. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat penggunaan alat mesin pertanian dikalangan petani pada kajian ini cukup baik dalam melakukan setiap usaha tani per musim tanamnya. Dengan penggunaan Alsintan petani mempercayai bahwa tingkat produksi padi petani semakin meningkat sehingga kesejahteraan petani juga ikut meningkat. Dengan adanya Alsintan tentunya sangat membantu petani dalam melakukan usaha taninya.
Selain penggunaan alat mesin pertanian, di Desa Telagawaru juga mudah ditemui toko-toko yang menjual bibit atau pun benih pada dan tanaman lainnya serta berbagai macam pupuk sehingga mudah bagi petani untuk melakukan proses pertanian, juga terdapat toko-toko yang menjual bunga hias. Sayangnya, meskipun penggunaan alsintan cukup tinggi, petani masih ‘menyewa’ untuk menggunakan alsintan, sehingga petani harus mengeluarkan modal lebih namun akan terbayar jika hasil panen meningkat.
Penggunaan Alsintan di kalangan petani di Desa Telagawaru ini sudah tergolong cukup tinggi. Penggunaan Alsintan ini yang dimulai dari hand tractor sebagai pembajakan sawah hingga pada proses pengeringan gabah padi. Sebuah proses usaha tani tentu dimulai dari proses pengolahan lahan, penanaman, pemanenan hingga pada proses pasca panen. Pembajakan sawah merupakan suatu proses dimana tanah dibalikkan dan digemburkan serta diratakan dan harus di sesuaikan dengan kondisi ketersediaan air didalam areal sawah. Proses pembajakan merupakan tahap yang paling awal yang harus dilakukan oleh petani dalam melakukan usaha tani.
Berikut penjelasan kegunaan alsintan bagi petani sesuai dengan alatnya:
1.    Hand Tractor (Traktor Tangan)
Traktor tangan merupakan traktor pertanian yang hanya mempunyai satu poros roda (beroda dua), memiliki ukuran panjang berkisar 1740 – 2290 mm, lebar 710 – 880 mm dan daya 6 – 10 HP. Traktor ini digerakan oleh motor diesel silinder tunggal. Penggunaan hand tractor dikalangan petani sudah tergolong tinggi pada setiap musim tanamnya, dan petani mengakui bahwa penggunaan hand tractor ini berpengaruh juga terhadap produksi padi, walaupun pengaruhnya tidak secara langsung seperti penggunaan pupuk, namun hand tractor ini mampu meningkatkan tingkat kesuburan tanah melalui pembajakan tanah yang cukup dalam dan lebih lembut dibandingkan dengan manual.
Lahan pertanian yang dijadikan sebagai lahan sawah yang ada di Desa Telagawaru  merupakan lahan datar dan dilengkapai dengan saluran drainase air yang bagus dan teraliri mulai dari hulu sampai ke hilir. Ketersediaan akan air di desa ini memang tercukupi terutama pada lahan pertanian. Pengolahan lahan di Desa Telagawaru sendiri sudah menggunakan teknologi hand tractor sebagai pengolah lahan atau lebih identiknya pengolahan lahan sawah. Hand tractor sendiri merupakan teknologi Alsintan yang diberikan pemerintah kepada petani untuk dapat di kelola demi menunjang akan peningkatan produksi padi. hand tractor diberikan oleh pemerintah dikhususkan bagi kelompok tani.
Dalam melakukan suatu kegiatan usaha tani hal yang pertama sekali diperhatikan adalah proses awal yaitu pengolahan lahan (terkhusus padi sawah), pengolahan lahan yang baik maka akan sangat berpengaruh terhadap hasil yang akan di dapat, dan dalam proses pengolahan lahan juga harus memperhatikan dari segi waktu, biaya dan kecepatan dalam menyelesaikan pekerjaan. Dengan adanya teknologi sekarang ini maka akan sangat membantu petani dalam melakukan usaha taninya terkhusus di dalam meningkatkan produksi pertaniannya. Hand tractor merupakan sebuah tehknologi yang modern terutama dalam usahata tani. Teknologi ini di khususkan didalam pembajakan tanah atau pengolahan lahan. Di Desa Telagawaru sendiri hand tractor sudah sering digunakan oleh petani didalam melakukan usaha taninya, bahkan didalam setiap melakukan pengolahan lahan setiap musim tanamnya selalu menggunakan hand tractor, dikarenakan hand tractor mampu meningkatkan produksi padi dengan hasil dari bajakan sawah yang bagus dan lebih dalam daripada dengan menggunakan cangkul atau cara manual lainnya.
Oleh karena itu, kondisi petani dalam penggunaan hand tractor sebagai media pengolah tanah sangat berdampak kepada hasil pertumbuhan dan yang paling utama adalah hasil produksi padi yang didapat pada setiap musim tanamnya. Semakin tinggi petani menggunakan hand tractor maka hasil yang didapat pun semakin tinggi. Jadi, hand tractor akan mampu meningkatkan produksi padi untuk setiap musim tanamnya.
2.         Perontok Padi (Power Thresher)
Alat dan mesin pertanian (mesin perontok padi) dapat memberi kontribusi yang cukup berarti dalam  rangka meningkatkan keuntungan usaha tani padi sawah. Unsur-unsur yang mendukung peningkatan keuntungan adalah kecepatan proses perontokan dan pembersihan sehingga menghemat waktu. Lebih penting lagi power thresher terbukti dapat mengurangi kehilangan gabah saat perontokan dan mengurangi kerusakan (pecah) butir gabah sehingga petani memperoleh nilai tambah dalam usaha taninya.
Mesin Power Thresher (Mesin Perontok Padi) adalah jenis mesin perontok yang telah terbukti handal dan sangat cocok dengan berbagai jenis lahan persawahan di Indonesia. Biasanya jika petani merontok  buah padi secara manual untuk ukuran dua orang satu hari hanya mencapi 50 kaleng sehari. Sedangkan jika memakai mesin, mereka bisa merontok satu hari. Mengenai bahan bakar, mesin diesel yang dipakai untuk peralatan itu irit. Power Thresher ini dapat dipakai untuk merontokan biji-bijian (padi, jagung dan kedelai) dan dilengkapi dengan pengayak sehingga biji – bijian yang dihasilkan relatif bersih.

3.         Mesin Penggiling Padi (Rice Huller)
Mesin pengupas gabah atau mesin penggiling padi merupakan alat yang dibutuhkan dalam membangun usaha pengolahan gabah menjadi beras. Padi harus diolah terlebih dahulu dengan menggunakan mesin pengupas gabah agar dapat menjadi beras untuk dapat dikonsumsi. Penggunaan mesin penggilingan padi ini membuat proses pengupasan kulit gabah menjadi lebih cepat dengan hasil yang memuaskan sehingga keuntungan yang diperoleh pun menjadi lebih besar. Petani desa biasanya menggiling beras di rice huller keliling yang berguna ntuk menggiling padi atau gabah secara berjalan atau mobile (dapat dipindah-pindah) atau biasanya juga ada rice huller besar di tiap desa.
Mesin ini memiliki banyak manfaat dan sangat praktis dalam meningkatkan produksi beras dibandingkan dengan cara manual. Penggunaan mesin ini dalam proses pengolahan padi tentu menjadi pilihan yang tepat bukan hanya sangat praktis dan cepat, hasil beras yang diperoleh juga utuh dan bersih. Mesin dilengkapi dengan pelat yang berfungsi sebagai wadah penampung gabah yang kulitnya akan dikupas, mesin ini bukan hanya mampu menghasilkan kupasan gabah yang jauh lebih banyak namun juga dapat manjaga kualitas dari beras tersebut hingga terasa lebih enak dan juga pulen.
Mengupas padi menjadi bagian dari rangkaian proses pengolahan tamanan padi menjadi beras,  dimana pada tahapan akhir ini seringkali menjadi bagian yang paling melelahkan dan juga memakan waktu cukup lama. Para petani biasanya melakukan proses pengelupasan kulit gabah secara tradisional yaitu dengan cara menumbuk padi tersebut setelah sebelumnya dikeringkan terlebih dahulu dibawah sinar matahari. Namun, akibat modernisasi semakin banyak petani yang sudah menggunakan mesin untuk membantu mengupas kulit gabah.  Proses penggilingan gabah dengan menggunakan mesin bukannya tanpa alasan, ada banyak pertimbangan yang membuat mesin pengupas gabah dianggap sebagai pilihan yang tepat dalam membantu melancarkan, mengefesiensikan waktu dan tenaga dari proses produksi beras yang pada awalnya terasa melelahkan oleh petani.
Namun, selain berdampak positif, alat mesin pertanian ini juga berdampak negatif seperti hilangnya lapangan pekerjaan akibat pekerjaan manusia yang sudah digantikan mesin dimana biasanya petani membutuhkan bantuan buruh tani untuk membajak sawah dan memanen juga memisahkan beras dengan gabah, kini petani dapat melakukannya sendiri, sehingga buruh tani hanya dibutuhkan ketika tidak ada mesin saja.

5.3     Kondisi dan Perkembangan Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat di Desa Telagawaru
Desa Telagawaru mayoritas masyarakatnya adalah bekerja sebagai buruh lepas. Di lahan desa yang cukup agraris ini pekerjaan sebagai petani bisa dikatakan sangat sedikit, hal itu karena lahan sawah yang ada di Desa Telagawaru kebanyakan dimiliki oleh penduduk dari desa lain sehingga pendapatan petani di Desa Telagawaru bisa dikatakan tergolong rendah, faktor lainnya adalah lahan petani yang tidak terlalu luas dan semakin sempitnya lahan pertanian dikarenakan banyak pembangunan perumahan. Oleh karena itu, petani di desa ini perlu menggunakan alsintan sebagai pembantu para petani dalam mengolah lahan pertanian mereka juga memaksimalkan produksi padi sehingga petani menjadi lebih sejahtera.
Namun, selain berdampak positif, alat mesin pertanian ini juga berdampak negatif seperti hilangnya lapangan pekerjaan akibat pekerjaan manusia yang sudah digantikan mesin dimana biasanya petani membutuhkan bantuan buruh tani untuk membajak sawah dan memanen juga memisahkan beras dengan gabah, kini petani dapat melakukannya sendiri, sehingga buruh tani hanya dibutuhkan ketika tidak ada mesin saja.
Kehidupan sosial di Desa Telagawaru terbilang cukup baik dimana meskipun mulai ada sikap individualistik namun rasa kebersamaan masih erat, masih terjalin rasa kekeluargaan dimana jika ada yang meninggal tetap bahu-membahu mempersiapkan acara dzikir, begitu pula jika ada yang akan berhaji. Masih terlaksana juga arisan-arisan untuk mempererat kekeluargaan. Apalagi jika ada acara keagamaan, selain remaja masjid dan takmir masjid masyarakat juga ikut berpartisipasi penuh dalam kegiatan tersebut. Yang mulai luntur adalah semangat nasionalisme dimana tiap perayaan acara penting Indonesia seperti hari ulang tahun Indonesia, hari pahlawan, dan hari lainnya masyarakat desa sudah tidak begitu antusias lagi.
5.4     Analisis Pengaruh Modernisasi Terhadap Pembangunan Pertanian di Desa Telagawaru
Perubahan yang terjadi akibat pengaruh modernisasi di Desa Telagawaru dalam pembangunan pertanian adalah petani yang dahulu menggunakan alat-alat tradisional dan menggunakan tenaga manual dalam usaha taninya, sekarang sudah berubah menggunakan teknologi alat mesin pertanian yang tentunya dapat membantu mengefisienkan waktu dan tenaga petani juga dapat meningkatkan hasil produktivitas petani dalam melakukan usaha taninya. Contohnya seperti pada penggunaan traktor tangan untuk membajak sawah yang dahulunya menggunakan sapi, juga untuk memisahkan padi dari gabahnya sudah menggunakan power tresher dan rice huller yang dulunya hanya dengan menumbuk dimana sangat memakan waktu dan tenaga.
Teknologi tidak dapat dipisahkan didalam kehidupan manusia. Kehadiran teknologi dapat mempermudah seluruh bidang kehidupan manusia, begitu halnya dengan bidang bercocok tanam. Teknologi dalam pertanian adalah segala sesuatu yang dapat memudahkan pekerjaan dan menghasilkan output yang lebih baik dan teknologi juga mampu meningkatkan produksi yang lebih besar  dibandingkan dengan tenaga manual atau manusia, karena teknologi diciptakan sebagai pengganti tenaga manusia dan sudah dirancang guna meningkatkan produksi pertanian yang maksimal.
Seiring perkembangan zaman yang semakin canggih dan pengetahuan petani yang di dapat  melalui penyuluh pertanian tentunya petani ingin mendapatkan hasil produksi yang maksimal dan tentunya tidak terlalu banyak mengeluarkan biaya untuk melakuakan usaha tani dengan membayar buruh tani tentunya Alsintan sebagai alternatif untuk membantu petani dalam melakukan usaha taninya dan sudah terbukti bahwa dengan menggunakan Alsintan, petani padi sawah mengungkapkan produksi yang meningkat dan sudah tergolong tinggi sebagai bukti dengan teknologi kesejahteraan petani meningkat. Penerapan modernisasi pertanian dapat menghilangkan mata pencaharian buruh tani yang peranannya tergantikan oleh adanya alat mesin pertanian sehingga kesejahteraannya dapat berkurang jika tidak ada tindak lanjut pihak pengambil kebijakan untuk memperhatikan nasib buruh tani tersebut.  Modernisasi pertanian dapat berdampak buruk terhadap hubungan petani dengan buruh tani, tetapi dapat mempererat hubungan antar petani dengan membuat suatu wadah yang menciptakan suasana gotong royong dalam penyediaan peralatan pertanian.
Proses terjadinya perubahan dikarenakan peran pemerintah melalui penyuluh pertanian memberikan pengetahuan tentang pertanian dan memberikan subsidi alat mesin pertanian kepada setiap kelompok tani, yang seiring berjalannya waktu membuat petani yakin bahwa dengan diterapkannya Alsintan oleh petani padi disawah tentunya dapat meningkatkan produksi.
Hal-hal yang dapat mendorong perubahan tersebut adalah dengan dilakukannya pemberdayaan penggunaan Alsintan terhadap petani padi sawah sehingga mampu meningkatkan hasil produksi padi sawah petani, selain itu juga Alsintan mampu membantu petani dari segi waktu, tenaga kerja, biaya, dan bahkan kualitas dari hasil kinerja. Sementara yang menghambat proses perubahan tersebut yaitu petani yang tidak ikut dalam kelompok tani tentunya harus menggunakan alat tradisional ataupun manual untuk melakukan usaha taninya, dikarenakan bantuan Alsintan sendiri didapatkan melalui kelompok tani dan juga lahan petani yang terbatas. Selain itu rendahnya tingkat pendidikan juga dapat menghambat proses perubahan karena petani sulit menerima ilmu baru dari penyuluh sehingga membutuhkan proses yang lama.

BAB VI. KESIMPULAN
6.1     Kesimpulan
Berdasarkan hasil kajian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat ditarik sebuah kesimpulan sebagai berikut:
1.    Modernisasi pertanian merupakan tuntutan jaman yang tidak biasa dielakan lagi guna peningkatan produksi pertanian secara kualitas dan kuantitas. Modernisasi teknologi berupa alat mesin pertanian di Desa Telagawaru cukup tinggi dimana petani sudah menggunakan alat mesin pertanian seperti hand tractor (traktor tangan), power tresher (perontok padi), dan rice huller (penggiling padi)
2. Teknologi alat mesin pertanian menurut masyarakat Desa Telagawaru mampu meningkatkan hasil produksi padi sawah petani, selain itu juga alsintan mampu membantu petani dari segi waktu dan tenaga kerja.
3.  Modernisasi penggunaan alat mesin pertanian di Desa Telagawaru sangat berpengaruh terhadap hasil produksi padi dimana jika menggunakan alat mesin pertanian hasil produksi akan meningkat dan kesejahteraan petani pun meningkat. Terdapat perbandingan produktivitas padi antara petani yang menggunakan Alsintan dengan petani yang tidak menggunakan Alsintan dimana produksi petani yang menggunakan Alsintan lebih banyak dibandingkan dengan petani yang tidak menggunakan Alsintan.

6.2     Saran
Modernisasi dalam bidang pertanian di Indonesia memiliki dampak yang positif dan negatif. Perlu adanya penanggulangan yang lebih baik untuk mengatasinya. Berdasarkan hasil kajian maka penulis menyarankan bahwa petani yang belum menggunakan Alsintan di desa tersebut serta petani yang ada didesa-desa lain yang belum menerapkan teknologi Alat dan Mesin Pertanian (Alsintan) supaya dianjurkan dan didorong untuk menggunakan teknologi Alsintan karena berdasarkan hasil kajian dapat meningkatkan produksi padi.

DAFTAR PUSTAKA
Alfian.  2001. Transformasi Sosial Dan Budaya Pembangunan Nasional. Jakarta:
Universitas Indonesia Press.
Martono, Nanang. 2014. Sosisologi Perubahan Sosial. Jakarta: Rajawali Pers.
Nasikun. 2001. Sistem Sosial Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Rickman. 2007. Composting Rice Residue. International Rice Research Institute
    (IRRI). http://www.knowldegebank.irri.org [11 Juli 2018]
Rikky, Triya. 2011. Modernisasi Pertanian. http://triyadirikky06.blogspot.com/2011/
Lauer, Robert. 1993. Perspektif Tentang Perubahan Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.
Scott,William R. 2000. Financial Accounting Theory. USA: Prentice-Hall.
Sinaga, Nindy. 2015. Modernisasi dalam Bidang Pertanian Desa di Indonesa. https:/
Shon. 2010. Sosiologi Pedesaan. https://h0404055.wordpress.com/2010/04/02/
sosiologi-pedesaan/ [11 Juli 2018]
Soekanto, Soerjono.  2012. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.
Sudaryanto.  2008. Pembangunan Pertanian. Jakarta: Penebar Swadaya.
Sulaiman, Abdu. 2015. Macam-Macam Teknik Analisis Data. http://abdusulaiman.  
  [11 Juli 2018]
Suryana.  2006. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. Jakarta: PT. Raja Grafindo.
Taneko.  1984. Struktur Dan Proses Sosial Suatu Pengantar. Bandung: PT. Citra
  Aditya Bakti.
Wahyudi, Diki. 2012. Alat Perontok Padi Tresher. http://putrablk.blogspot.com/20
[11 Juli 2018]

[11 Juli 2018]
2017. Bantuan Alsintan Pacu Petani Kedu Tingkatkan Luas Tanam. http://ppmkp.


 (Microsoft Word) Paper Sosiologi Pedesaan: Pengaruh Modernisasi Penggunaan Alat Mesin Pertanian Terhadap Hasil Produksi Padi dan Kesejahteraan Petani di Desa Telagawaru
Dapat dilihat dan didownload disini
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Cara download:
1. Klik tulisan 'disini' di atas
2. Silang laman yang tidak perlu, tunggu loading sebentar
3. Tekan 'Skip Ad'
4. Download file drive di tanda unduh (panah ke bawah ↓) di pojok kanan atas laman google drive
5. Selesai, tinggal cek di folder download

❤❤❤ 

You May Also Like

1 comment

  1. Layanan Pendanaan Le_Meridian melampaui dan melampaui persyaratan mereka untuk membantu saya dengan pinjaman saya yang saya gunakan memperluas bisnis farmasi saya, Mereka adalah permata yang ramah, profesional, dan mutlak untuk bekerja dengan. Saya akan merekomendasikan siapa pun yang mencari pinjaman untuk dihubungi. Email..lfdsloans @ lemeridianfds.com Atau lfdsloans@outlook.com.WhatsApp ... 19893943740.

    ReplyDelete

What do you think about this post?