Laporan Akhir Praktikum Agroklimatologi

by - July 08, 2018

BAB I. PENDAHULUAN
Energi matahari merupakan potensi energi terbesar dan terjamin keadannya di muka bumi. energi matahari dapat dirasakan di sekluruh permukaan bumi. Pemanfaatan radiasi matahari sama sekali tidak menimbulkan polusi di atmosfer. Radiasi matahari merupakan unsur yang sangat penting dalam bidang pertanian. Cahaya matahari merupakan sumber energi bagi tanaman hijau yang melalui proses fotosintesis diubah menjadi energi kimia. Radiasi memegang peranan penting sebagai sumber energi dalam proses evaporasi yang menentukan kebutuhan air tanaman.

Suhu adalah derajat panas dinginnya suatu benda. Suhu udara adalah ukuran energi kinetik rata-rata dari pergerakan molekul-molekul udara, sedangkan suhu tanah adalah keadaan panas/dingin suatu tanah yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Suhu tanah berpengaruh terhadap penyerapan air yang diserap oleh akar, karena itulah penurunan suhu mendadak dapat menyebabkan kelayuan tanaman.
Kadar uap air diudara disebut kelembaban udara. Uap air ialah air dalam bentuk gas. Seluruh uap air di atmosfir disebabkan oleh penguapan. Supaya air dapat menguap maka diperlukan sejumlah panas.Untuk tanaman, kelembaban harus seimbang dengan suhu, karena jika kelembaban tinggi maka proses yang terjadi pada tanaman dapat terganggu.
Evaporasi adalah proses perubahan air dari bentuk cair menjadi bentuk gas (uap). Kehilangan air melalui proses evaporasi mempunyai akibat terhadap fisiologi tanaman secara tidak langsung, seperti mempercepat penerimaan kadar air pada lapisan atas dan memodifikasi iklim mikro di sekitar tanaman. Proses evaporasi akan mempermudah proses pengolahan bahan hasil pertanian selanjutnya, serta sangat bermanfaat sebagai perlakuan pengawetan.
Hujan merupakan satu bentuk presipitasi yang berwujud cairan. Hujan terbentuk apabila titik air yang terpisah jatuh ke bumi dari awan. Tidak semua air hujan sampai ke permukaan bumi karena sebagian menguap ketika jatuh melalui udara kering. Hujan yang sampai ke permukaan bumi tanpa pengurangan (karena evaporasi, pengaliran, dan peresapan) disebut curah hujan.
Angin adalah aliran udara yang terjadi di atas permukaan bumi yang disebabkan oleh perbedaan tekanan udara pada dua arah yang berdekatan. Perbedaan tekanan disebabkan oleh suhu udara sebagai akibat perbedaan pemanasan permukaan bumi oleh matahari. Semakin besar tekanan udara maka semakin kencang angin yang ditimbulkan. Angin dapat mempengaruhi hasil pertanian, pertumbuhan dan perkembangan tanaman, serta membantu proses perkembang biakan tumbuhan, serta mempengaruhi curah hujan.
          Metode pengukuran curah hujan adalah metode yang digunakan untuk mengetahui volume curah hujan yang jatuh disuatu tempat berdasarakan topografi daerahnya. Metode pengukuran curah hujan yang umum dilakukan dilakukan dilapangan, antara lain metode aritmatik merupakan metode perhitungan curah hujan wilayah dengan merata-ratakan semua jumlah curah hujan yang ada pada wilayah tertentu, metode polygon thiessen dilakukan dengan mempertimbangkan bobot masing-masing stasiun yang mewakili daerah dengan luasan tertentu di sekitarnya, dan metode isohyets dilakukan dengan menganggap bahwa hujan pada suatu daerah diantara dua garis isohyets adalah merata dan sama dengan nilai rata-rata dari kedua garis isohyets tersebut.
Praktikum lapangan dilakukan untuk memberikan pemahaman secara langsung mengenai fenomena iklim dilapangan sekaligus untuk mengetahui bagaimana mengukur beberapa komponen iklim secara langsung dilapangan. Untuk menambah pengetahuan dan menjalani konsep yang selama ini didapat di dalam ruangan meka perlu dilakukan praktik lapangan untuk memperdalam teori tersebut. Karena materi yang telah diperoleh didalam ruangan tidak hanya cukup pada pengetahuan konsep saja, maka butuh dibenarkan dalam bentuk kajian yakni dalam aplikasi dilapangan.
Oleh karena itu, praktikum dilakukan untuk dapat mengetahui radiasi matahari, suhu udara dan suhu tanah, kelembaban nisbi, evaporasi, curah hujan, dan angin. Banyaknya alat-alat yang digunakan mengharuskan kita untuk mengenal dan memahami cara penggunaan alat tersebut. Dengan mengetahui unsur-unsur cuaca dalam klimatologi dapat ditentukan tempat atau metode yang tapat untuk menanam tumbuhan sehingga tumbuhan tersebut dapat tumbuh dengan optimal sehingga dapat meningkatkan hasil pertanian.
1.2      Tujuan Praktikum
Tujuan-tujuan dari praktikum ini antara lain:
1.    Untuk mengetahui dan mengenal bagian dan fungsi alat-alat agroklimatologi
2.    Untuk mengetahui cara kerja dan interpretasi hasil pengukuran dari alat-alat agroklimatologi

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1      Radiasi Matahari
Matahari adalah sumber energi pada peristiwa yang terjadi di atmosfer yang dianggap penting bagi sumber kehidupan. Energi matahari merupakan penyebab utama perubahan pergerakan atmosfer sehingga dapat dianggap sebagai pengendali iklim dan cuaca yang besar (Trewartha, 2009).
Unsur cuaca dan iklim ialah radiasi matahari, temperatur udara, tekanan udara, kelembaban udara, keawanan, presipitasi, dan beberapa unsur iklim lainnya. Unsur-unsur cuaca dan iklim tidak tetap setiap saat dan setiap tempat, selalu berubah-ubah tergantung pada faktor-faktor fisis di alam yang disebut faktor pengendali cuaca, ada yang bersifat permanen dan ada yang bersifat sementara (Guslim, 2009).
Radiasi matahari adalah suatu istilah yang berlaku untuk banyak proses yang melibatkan pindahan tenaga oleh gejala gelombang elektromagnetik. Gaya radiatif perpindahan kalor dalam dua pengakuan penting dari yang memimpin dan konvektif gaya yaitu tidak memerlukan medium dan pindahan tenaga adalah sebanding kepada massa ke-5 atau ke-4 dari temperatur (Pitts, 2003).
Lama penyinaran adalah periode matahari bersinar cerah. Faktor yang menentukan lama penyinaran adalah penutupan awan, semakin lama penutupan awan maka lama penyinaran berkurang. Untuk menentukan lama penyinaran dapat menggunakan alat ukur radiasi matahari  Campbell Stokes, penggunaannya adalah dengan melihat keadaan kertas pias sampai terbakar (Kartasapoetra, 2004).
Radiasi matahari merupakan unsur yang sangat penting dalam bidang pertanian, cahaya merupakan sumber energi utama bagi tanaman hijau yang melali proses fotosinesis diubah menjadi energi kimia. Radiasi matahari memegang peranan penting sebagai sumber energi dalam proses evaporasi yang menentukan kebutuhan air tanaman (Tjasyono, 2008).

Suhu udara adalah ukuran energi kinetik rata-rata dari pergerakan mulekul-mulekul. Suhu suatu benda ialah keadaan yang menentukan kemampuan benda tersebut untuk memindahkan panas ke benda lain atau pun menerima panas dari benda tersebut. Dalam sistem dua benda, benda yang kehilangan panas dikatakan benda yang bersuhu lebih tinggi (Yani, 2009).
Penyebaran suhu udara menurut waktu dapat dikaji dalam dua pola, yaitu pola suhu diurnal (suhu udara setiap jam selama 24 jam) dan pola suhu udara rata-rata harian menurut bulanan dan tahunan. Adapula penyebaran suhu menurut tempat yang ditentukan oleh letak menurut ketinggian dan lintang bumi (Muin, 2008).
Suhu tanah merupakan hasil dari keseluruhan radiasi yang merupakan kombinasi emisi panjang gelombang dan cairan panas dalam tanah. Suhu tanah juga disebut sebagai intensitas panas dalam tanah dalam satuan derajat celcius, Fahrenheit, reamur, dan kelvin (Sari, 2007).
Suhu tanah beranekaragam dengan cara khas pada perhitungan harian dan musiman. Fluktuasi terbesar dipermukaan tanah dan akan berkurang dengan bertambahnya kedalaman tanah. Kelembaban waktu musiman jelas terjadi, karena suhu tanah musiman lambat bentuk fuuktasi suhu pada tanah yang lebih besar. Suhu total untuk semalaman tanaman mungkin terjadi pada tengah hari (Sastrodarsono, 2006).
Alat yang digunakan untuk mengukur suhu adalah termometer.Ada beberapa jenis termometer dengan sesuai kegunaannya, yaitu termometer biasa (digunakan untuk mengukur suhu udara dan suhu tanah sesuai dengan turun naiknya cairan atau perubahan sensor logam yang dapat dibaca. Termometer maksimum bekerja berdasarkan prinsip pemuaian zat-zat seperti termometer biasa, dan termometer minimum biasanya menggunakn alkohol (Kartasapoetra, 2005).
2.3     Kelembaban Nisbi
Kelembaban nisbi udara ialah nilai nisbah antara uap air yang tergantung dan daya gantung maksimum uap air di udara pada suatu suhu dan tekanan tertentu yang dinyatakan dalam persen. Kelembaban udara dalam pengamatan klimatologi dinyatakan sebagi kelembaban nisbi (Kusnadi, 2010).
Kelembaban udara menggambarkankandungan air (uap) gas diudara yang dapat dinyatakan sebagai kelambaban mutlak, kelembaban nisbi (relatif) maupun desifit tekanan uap air. Kelembaban mutlak adalah kandungan uap air (dapat dinyatakan dengan massa uap air atau tekananya) persatu air aktual dengan keadaan jenuhnya atau pada kapasitas udara untuk menampung  uap air yang ditentukan oleh suhu udara (Holton, 2006).
Salah satu bagian dari atmosfir merupakan kelembaban udara atau uap air yang tidak dapat dilihat. Banyaknya uap air yang dikandung udara tergantung temperaturnya. Makin tinggi temperatur,maka makin tinggi /banyak uap air yang dikandung udara (Soekarno, 2010).
Kelembaban udara dalam ruang tertutup dapat diatur sesuai keninginan didasarkan atas prinsip kesetaraan potensi air antara udara dengan bahan padat tertentu. Jika suatu ruang tertutup dimasukkan larutan, maka air dari lautan tersebut akan menguap sampai terjadi keseimbangan antara potensi air dengan potensi air lautan (Lakitan, 2002).
Beberapa prinsip umum yang digunakan dalam pengukuran udara adalah metode pertambahan panjang. Berat pada benda-benda higrokopis, dan juga metode termodinamika. Alat pengukur kelembaban secara umum disebut hygrometer (Handoko, 2006).
Penguapan adalah proses perubahan air dari bentuk cair menjadi bentuk gas (uap). Ada dua macam penguapan, yaitu evaporasi (penguapan air secara langsung dari lautan, danau, sungai, dll) dan transpirasi (penguapan air dari tumbuh-tumbuhan). Gabungan antara evaporasi dan transpirasi disebut evapotranspirasi (Wuryanto, 2000).
Selama proses evaporasi, besarnya suhu dan tekanan sangat berpengaruh. Suhu evaporasi mempengaruhi kecepatan penguapan. Makin tinggi suhu evaporasi maka penguapan semakin cepat. Namun penguapan suhu tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada komponen bahan yang peka terhadap panas. Untuk mengurangi terjadinya perubahan-perubahan tersebut dapat dilakukan dengan evaporasi pada suhu rendah yaitu dengan tekanan vakum (Maryanto, 2004).
Open pan evaporimeter berfungsi untuk mengukur evaporasi atau penguapan pada periode waktu tertentu. alat ini berupa sebuah panci bundar besar terbuat dari besi yang dilapisi bahan anti karat, ditempatkan di atas tanah dengan pondasi yang terbuat dari kayu. Bila air di panci berkurang harus segera ditambah agar besarnya penguapan sesuai dengan waktu pengamatan (Hendayana, 2011).
Pengukuran evaporasi dari air maupun permukaan lahan yang luas akan mengalami banyak kendala. Untuk itu maka dikembangkan beberapa metode pendekatan dengan input data-data yang diperkirakan berpengaruh terhadap besarnya evapotranspirasi (Apriyana, 2000).  
Perpindahan panas dibutuhkan dalam pengeringan benih, karena benih hanya dapat dikeringkan dengan mengevaporasikan uap air dan permukaannya. Syarat pengeringan benih adalah evaporasi uap air dari bagian dalam permukaan benih harus diikuti oleh perpindahan uap air dari bagian dalam permukaan benih. (Denis, 2001).
Curah hujan yaitu jumlah air hujan yang turun di suatu daerah dalam waktu tertentu. Curah hujan yang jatuh di wilayah Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu topografi, arah lereng medan, arah angin yang sejajar dengan garis pantai, dan jarak perjalanan angin di atas medan datar (Handoko, 2003).
Derajat hujan biasanya dinyatakan oleh jumlah curah hujan dalam suatu satuan waktu dan disebut intensitas curah hujan. Biasanya satuan yang digunakan adalah mm/jam. Jadi intensitas curah hujan berarti jumlah presipitasi/curah hujan dalam waktu relative singkat (biasanya dalam waktu 2 jam). Intensitas curah hujan ini diperoleh dari kemiringan kurva yang dicatat oleh alat ukur curah hujan otomatis (Mori, 2006).
Curah hujan dapat diukur dengan alat pengukur curah hujan otomatis atau yang manual. Alat-alat pengukur tersebut harus diletakkan di tempat yang alamiah, sehingga curah hujan yang terukur dapat mewkili wilayah yang luas. Salah satu tipe pengukur hujan manual yang paling banyak dipakai adalah tipe observatorium (obs) atau sering disebut ombrometer. Curah hujan dari pengukuran alat ini dihitung dari volume air hujan dibagi dengan luas mulut penakar (Jumin, 2002).
Alat pegukur curah hujan merupakan alat untuk mengukur curah hujan yang terjadi pada suatu daerah baik pedesaan, kecamatan, atau provinsi mengacu pada WMO (World Meterological Organization). Dengan adanya alat pengukur curah hujan dapat diketahui banyaknya curah hujan yang terjadi setiap disimpan secara real-time dengan menggunakan aplikasi berbasis open source java dan sistem operasi IGOS (Edi Tanoe, 2011).
Alat pengukur hujan otomatis biasanyamemakai prinsip pelampung, timbangan dan jungkitan. Keuntungan menggunakan alat ukur otomatis ini antara lain seperti, waktu hujan dapat diketahui, intensitas setiap terjadinya hujan dapat dihitung, pada beberapa tipe alat, pengukuran tidak harus dilakukan tiap hari karena periode pengamatannya lebih dari sehari, dan beberapa keuntungan lain. (Karthasapoetra, 2005).
Massa udara yang bergerak disebut angin. Angin dapat bergerak secara horizontal maupun vertical dengan kecepatan yang bervariasi dan berfluktuasi secara dinamis. Faktor pendorong bergeraknya massa udara adalah perbedaan tekanan udara antara satu tempat dengan tempat yang lain. Angin selalu bertiup dari tempat tekanan udara tinggi ke tekanan udara yang lebih rendah (Lakitan, 2002).
Faktor pendorong utama angin adalah gaya gradient tekanan. Gradient tekanan adalah perbedaan tekanan per satuan jarak dengan arah horizontal dan tegak lurus isobar. Makin besar gradient tekanan udara maka kecepatan angin ditentukan juga oleh letak geografis, ketinggian tempat, dan waktu (Tjasyono, 2005).
Hubungan antara tekanan udara dan ketinggian tempat ini dimanfaatkan dalam merancang alat pengukur ketinggian tempat yang disebut altimeter. Tekanan udara umumnya menurun 11 mb untuk setiap pertambahan ketinggian 100 m. tekanan udara dipengaruhi suhu, suhu udara di daerah tropis menunjukkan fluktuasi musiman yang sangat kecil sehingga tekanan udaranya lebih konstan (Takeda, 2005).
Arah angin dinyatakan dengan arah darimana angin tersebut datang, sedangkan kecepatan angin biasanya dinyatakan dalam satuan m/s, km/jam, dan mil/jam. Alat yang digunakan untuk mengukur kecepatan angin adalah anemometer yang terbagi dalam beberapa jenis yaitu anemometer mangkuk, baling-baling, dan arus konstan (Soemeinaboedhy, 2006).
Angin yang tidak menguntungkan bagi pertanian adalah angin fohn karena dapat melayukan tanaman sebab angin fohn mengandung uapa air membentuk pegunungan tinggi, makin ke atas, suhu semakin rendah dan terjadilah kondensasi dan terbentuk titik-titik hujan sebelum mencapai puncak pada lereng pertama. Angin terus bergerak menuju puncak, kemudian jatuh pada lereng berikutnya sampai ke lembah, karena sudah menuruni lereng, angin ini bersifat menurun, kering, dan panas (Wahyuningsih, 2004).
2.7     Metode Pengukuran Curah Hujan
Dari beberapa jenis presipitasi, hujan adalah yang paling bisa diukur. Pengukuran dapat dilakukan secara langsung dengan menampung air hujan yang jatuh, namun tidak dapat dilakukan di seluruh wilayah tangkapan air, akan tetapi hanya dapat dilakukan pada titik-titik yang ditetapkan dengan menggunakan alat pengukur hujan (Triatmodjo, 2008).
        Hujan adalah presipitasi yang jatuh ke bumi dalam bentuk air. Hujan dibedakan dari ukuran butir (0,08 – 8 mm) dan kejadiannya. Menurut ukuran diameternya yaitu terdiri dari hujan gerimis (< 2 mm), rintik-rintik (2 – 4 mm), dan deras (> 4 mm) (Syamsu, 2008).
Curah hujan mempunyai peran yang sangat penting. Berdasarkan data curah hujan dapat dilakukan penggolongan iklim menurut perbandingan antara jumlah rata-rata bulan kering dengan jumlah rata-rata bulan basah. Bulan kering terjadi jika curah hujan bulanan kurang dari 60 mm/bulan, sedangkan bulan basah terjadi jika curah hujan bulanan diatas 100 mm/bulan. Diantara bulan kering dan bulan basah tersebut terdapat bulan lembab yang terjadi apabila curah hujan bulanan antara 60-100 mm/bulan (Warsito, 2007).
Curah hujan dapat diukur dengan alat pengukur curah hujan otomatis atau yang manual. Alat-alat pengukur tersebut harus diletakkan pada daerah yang masih alamiah, sehingga curah hujan yang terukur dapat mewakili wilayah yang luas. Salah satu tipe pengukur hujan manal yang paling banyak dipakai adalah tipe observatorium (obs) atau sering disebut ombrometer. Curah hujan dari pengukuran alat ini dihitung dari volume air hujan dibagi dengan luas mulut penakar. Alat tipe observatorium ini merupakan alat baku dengan mulut penakar seluas 100 cm2 dan dipasang dengan ketinggian mulut penakar 12 meter dari permukaan tanah (Jumin, 2002).
Pengelolaan DAS adalah suatu kegiatan yang menggunakan segala sumber daya alam yang ada, sosial-ekonomi secara rasional untuk menghasilkan produksi (barang/jasa) yang optimum tanpa ada batasan waktu (Sustainable) dengan menekan bahaya kerusakan seminimal mungkin dengan hasil akhir kuantitas dan kualitas air yang memenuhi persyaratan (Sinukaban, 2000).
2.8     Praktikum Lapangan
Dalam bidang pertanian, ilmu prakiraan penentuan kondisi iklim atmosfer ini adalah untuk menentukan wilayah pengembangan tanaman. Iklim mempengaruhi dunia pertanian. Presipitasi, evaporasi, suhu, angin, dan kelembaban nisbi adalah unsur iklim yang penting. Dalam dunia pertanian air, udara, dan temperatur menjadi faktor yang penting. Kemampuan menyimpan air oleh tanah itu terbatas. Sebagian air meninggalkan tanah dengan cara transpirasi, evaporasi, dan drainase (Wisnubroto, 2005).
Arah angin biasa dinyatakan dengan arah dari mana angin tersebut datang, sedangkan kecepatan angin biasanya dinyatakan dalam satuan meter/detik, km/jam, dan mil/jam. Alat yang digunakan untuk mengukur kecepatan angin disebut anemometer. Ada beberapa jenis anemometer: anemometer mangkuk, anemometer baling-baling, dan anemometer arus konstan. Namun yang umum digunakan adalah anemometer mangkuk. Kecepatan angin di alam biasanya dapat dikenali dengan tanda-tanda yang diakibatkan oleh tiupan angin tersebut (Soemeinaboedhy, 2006).
Stasiun klimatologi merupakan stasiun meteorologi yang menghasilkan serempak data meteorologis dan data biologis dan data-data yang lain yang dapat menyumbangkan hubungan antara cuaca dan pertumbuhan atau hidup tanaman dan hewan. Stasiun meteorologi mengadakan contoh penginderaan setiap 30 detik dan megirimkan kutipan statistik. Hal ini dapat menghasilkan kira-kira 20 nilai dari hasil rekaman untuk menyimpan akhir disetiap interval keluaran (Fontain, 2002).
Klimatologi yang pengukurannya dilakukan secara kontinyu dan meliputi periode waktu yang lama paling sedikit 10 tahun. Bagi stasiun klimatologi pengamatan utama yang dilakukan meliputi unsur curah hujan, suhu udara, arah dan laju angin, kelembaban, macam dan tinggi dasar awan, banglash horizontal, durasi penyinaran matahari dan suhu tanah. Oleh karena itu persyaratan stasiun klimatologi ialah lokasi, keadaan stasiun, dan lingkungan sekitar yang tidak mengalami perubahan agar pemasangan dan perletakan alat tetap memenuhi persyaratan untuk menghasilkan pengukuran yang dapat mewakili (Colbo, 2009).
Jenis alat-alat klimatologi ditinjau dari cara pembacaannya, alat-alat klimatologi dibagi menjadi dua jenis yaitu bersifat recording dan non recording. Alat yang bersifat recording adalah alat yang dapat mencatat data dengan sendirinya secara terus menerus sejak pemasangan pias hingga pergantian pias berikitnya. Dari data yang diperoleh ditentukan harga minimum dan harga maksimum. Sedangkan alat yang bersifat non recording adalah alat-alat yang harus dibaca pada saat-saat tertentu untuk memperoleh data (Darsiman, 2006).


BAB III. METODE PRAKTIKUM
3.1      Pelaksanaan Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada setiap hari Selasa, 8 Mei – 5 Juni 2018 pukul 15.00 – 16.30 WITA di lantai 4 Gedung E, Fakultas Pertanian, Universitas Mataram.
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah sunshine recorder type Jordan, termometer suhu ruangan, termometer selubung logam, termohigrograf, pan evaporimeter, ombrometer tipe rekaman/otomatis dan ombrometer tipe observatorium, anemometer, botol semprot, dan alat tulis. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan adalah kertas pias dan air.
3.3      Prosedur Kerja
3.3.1.      Prosedur Kerja Praktikum Ruangan
                              1.  Ditunjukkan alat untuk mengukur radiasi matahari
                              2.  Ditunjukkan bagian-bagian alat
                              3.  Dijelaskan cara penggunaan alat
                              4.  Dijelaskan fungsi-fungsi alat
                              5.  Didengarkan penjelasan asisten praktikum
                              6.  Digambar alat
3.3.2.      Prosedur Kerja Praktikum Lapangan
                              1.  Diperkenalkan alat untuk mengukur arah angin, suhu udara dan kelembaban nisbi, serta intensitas curah hujan
                              2.  Direpresentasikan penentuan arah angin, pembacaan suhu udara dan kelembaban nisbi, serta penetapan curah hujan
                              3.  Dianalisis data


BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1      Radiasi Matahari

Lama penyinaran matahari adalah lamanya matahari bersinar cerah sampai ke permukaan bumi selama periode panjang hari yaitu jangka waktu selama matahari berada di atas horizon. Alat untuk mengukur radiasi matahari adalah sunshine recorder type Jordan. Alat ini diletakkan di tempat terbuka dan dihadapkan ke arah timur matahari terbit dan ke arah barat matahari tenggelam dengan tujuan agar sinar matahari dapat masuk melalui celah sinar dan membakar kertas pias secara sempurna, karena prinsip kerja alat ini adalah pembakaran kertas pias. Alat ini juga diletakkan pada ketinggian tertentu di bidang datar agar memperoleh penyinaran secara sempurna dan menghindari gangguan dari manusia dan makhluk hidup lainnya. Digunakan kertas pias berwarna biru dongker sebagai pencatat lama penyinaran matahari dimana terdapat skala tertentu yang bergaris hitam tebal merupakan skala hitung per jam dan garis hitam tipis merupakan skala htiung per sepuluh menit.

Bagian-bagian dari sunshine recorder type Jordan dan fungsinya antara lain tutup silinder berfungsi sebagai penghadang cahaya matahari agar hanya masuk melalui celah sinar, celah sinar berjumlah dua buah yang berfungsi sebagai jalan masuknya sinar matahari ke dalam silinder Jordan yang akan membakar kertas pias sehingga dapat diukur penyinarannya, pengatur inklinasi berfungsi sebagai pengatur dan petunjuk arah sinar matahari yang datang dan kemiringan alat, lubang sekrup untuk menguatkan alat agar tidak berpindah, dan dasar alat untuk meletakkan alat.
Adapun kelebihan sunshine recorder type Jordan ini adalah melalui nodes yang terlihat pada kertas pias dapat menunjukkan pengukuran pasang sinar yang actual dan menunjukkan seberapa lama matahari menyinari bumi selama 12 jam.. Sedangkan kekurangannya adalah adalah jika dilakukan pengukuran oleh seseorang yang berbeda, maka hasil pengukurannay dapat menunjukkan perbedaan sampai 5% penyinaran bulan (lamanya) serta standar kepekaan terhadap sinar matahari ditentukan oleh ketelitian penyiapan kertas pias penyimpanannya harus rapat dan pengamatan tidak boleh ditunda sehingga pemakaiannya dianggap kurang praktis.
Dalam bidang pertanian, pertumbuhan dan perkembangan tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu iklim, cuaca, dan intensitas cahaya matahari. Faktor-faktor tersebut bisa saja berubah sewaktu-waktu, maka penggunaan alat tersebut sangatlah penting dalam bidang pertanian. Intensitas penyinaran matahari dapat diukur sehingga dapat membantu petani dalam mengetahui tanaman apa yang cocok ditanam pada intensitas matahari tersebut.
4.2     Suhu Udara dan Suhu Tanah

Suhu tanah adalah hasil dari keseluruhan radiasi yang merupakan kombinasi panjang gelombang dan aliran panas dalam tanah. Sedangkan suhu udara merupakan derajat panas dinginnya udara dimana suhu tertinggi dipermukaan bumi adalah di daerah tropis.

Alat pengukur suhu udara dalam ruangan adalah termometer suhu ruangan yang terdiri dari papan kayu (sebagai tempat menempelnya pipa kaca dan skala), pipa kaca/ pipa kapiler (tabung berisi zat cair dan tempat terjadinya pemuaian zat cair /raksa), skala (garis-garis berisi angka untuk menunjukkan derajat suhu udara diruangan itu), zat cair pengisi termometer /raksa (sebagai komponen untuk mengindikasi derajat suhu. Ketika suhu tinggi,  raksa memuai. Ketika suhu rendah, raksa menyusut). Termometer suhuruangan terdiri dari skala Fahrenheit dan celcius.
Alat pengukur suhu tanah adalah termometer selubung logam memiliki bagian-bagian yang sama dengan termometer suhu ruangan yaitu pipa kapiler, skala, dan zat cair, serta logam pelindung termometer ketika ditancapkan ke tanah. Terdapat juga lubang-lubang dimana suhu akan terbaca saat uap-uap tanah dari daerah tempat menancapkan termometer masuk lewat lubang tersebut.
Kekurangat dari alat pengukur suhu ruangan adalah termometer ini tidak bisa mengukur suhu yang sangat rendah dan zat yang digunakan merupakan raksa yang harganya cukup mahal dan beracun. Sedangkan kelebihannya adalah dapat digabung dengan berbagai alat serta mudah digunakan. Adapun kekurangan dari alat pengukur suhu tanah termometer selubung logam adalah pembacaan suhunya agak sulit karena letaknya terlalu rendah, sedangkan kelebihannya adalah dapat mencegah penyerapan panas agar seminimum mungkin.
Prinsip kerja alat termometer suhu ruangan hanya digantung di dinding dan akan membaaca suhu berdasarkan tekanan di ruangan tersebut dan di tunjukkan pada skala. Sedangkan prinsip kerja termometer selubung logam adalah ditancapkan dengan kedalaman 5- 15 cm uap udra di tanah tersebut akan masuk dari lubang dibagian bawah termometer menunjukkan suhu yang akan muncul di termometer.
Prinsip kerja thermometer tanah hampir sama dengan thermometer biasa, hanya bentuk dan panjangnya yang membedakan. Pengukuran suhu tanah lebih teliti dari suhu udara. Perubahannya lambat sesuai dengan sifat kerapatan tanah yang lebih besar daripada udara.
Setiap tanaman memiliki kebutuhan suhu yang berbeda-beda dalam pertumbuhannya, sehingga diperlukan pengukur suhu udara dan suhu tanah sebagai salah satu alat yang bermanfaat untuk mengukur suhu yang lebih akurat dan tepat sesuai dengan kebutuhan tanaman yang akan meningkatkan produksi pertanian.
Alat yang digunakan untuk mengukur kelembaban nisbi yaitu termohigrograf yang menggunakan prinsip sensor rambut untuk mengukur kelembaban udara. Rambut yang digunakan ialah rambut ekor kuda atau rambut manusia karena dapat bertahan lama dan tidak mudah putus. Rambut tersebut akan memanjang dan memendek menurun kandungan air yang ada di udara. Adapun sensor lain yang digunakan ialah bimetal unsure sensor suhu udara. Bagian-bagian dari termohigrograf antara lain sangkar penutup sebagai pelindung alat, pena sebagai pencatat hasil pengukuran, kertas pias sebagai media pencatat, lempeng dwi logam sebagai sensor, silinder kertas grafik sebagai tempat peletakan kertas pias, dan rambut sebagai sensor pengukur kelembababan. Kedua sensor dihubungkan secara mekanis ke jarum penunjuk yang merupakan pena penlis di atas kertas pias yang berputar menurut waktu. Alat ini biasanya diletakkan pada ketinggian 150 cm. Alat ini dapat mencatat secara otomatis dan pengambilan data dilakukan seminggu sekali.Termohigrograf adalah alat yang digunakan untuk mengukur suhu dan kelembaban udara. Alat ini dipasang didalam sangkar agar tidak terkena sinar matahari atu hujan dan angin secara langsung.
Prinsip kerja alat ini adalah perbedaan muai logam putih dan logam hitam. Cara kerjanya yaitu pengukur suhu (termograf) dan pengukur kelembaban (higrograf). Jika suhu atau kelembaban meningkat, maka logam memuai dan menggerakkan tuaspen mencatat suhu dan kelembaban di kertas grafik.
Kekurangan termohigrograf adalah kurangnya ketelitian (kesalahan >5%), oleh karena itu perlu dilakukan kalibrasi terhadap psikometer standar. Selain itu, pada suhu rendah reaksi terhadap perubahan kelembaban agak lambat, demikian pula pada keadaan kelembaban sangat tinggi atau sangat renda. Alat ini kurang baik digunakan pada kelembaban nisbi kurang dari 25%. Namun, kelebihan alat ini adalah dapat mengukur suhu dan kelembaban sekaligus, serta dapat merekam kelembaban nibi secara terus menerus dan juga dapat dibawa dan dipindahkan kemanapun karena ukuran alat yang tidak terlalu besar.
Alat ini dibutuhkan dalam bidang pertanian karena kelembaban berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Kelembaban udara berpengaruh terhadap laju penguapan transpirasi meningkat dan penyerapan air dan zat-zat mineral juga meningkat dan nutrisi tanaman tersedia. Sebaliknya, jika kelembaban tinggi, laju transpirasi rendah dan penyerapan zat-zat nutrisi juga rendah sehingga pertumbuhannya tenaman terhambat.
   Evaporimeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur jumlah evaporasi yang terjadi selama 24 jam. Evaporimeter termasuk jenis alat konvensional yaitu alat yang harus dibaca pada saat waktu tertentu untuk memperoleh data. Alat ini tidak dapat mencatat sendiri, pan eveporimeter merekam penguapan yang terjadi dengan cara membaca angka yang ditunjukkan sesuai tinggi permukaan air dalam panci, satuan dasar untuk evaporimeter adalah millimeter (mm).

Bagian dasar alat terbuat dari kayu agar alat tetap kering selama musim hujan. Kayu tersebut di cat agar tahan terhadap cuaca dan rayap. Bagian atasnya di cat putih untuk mengurangi penyerapan radiasi matahari.
Pengukuran tinggi permukaan dilakukan dengan menggunakan batang micrometer (hook gauge) yang teliti serta dapat di geser turun atau naik dengan memutar sekrupnya. Hook gauge ini terletak menggantung di tabung perendam, sebagai indeks tinggi permukaan air adalah ujung batang yang dibuat tajam. Skala yang tertera mamapu menunjukkan perubahan tinggi permukaan sampai sepersepuluh milimeter. Nilai evaporasi diketahui dari selisih tinggi permukaan dari dua kalipengukuran setelah nilai curah tajam diperhitungkan. Setelah diukur panci harus ditambah air sehingga permukaan tidak turun melewati batas 2,5 cm.
Keuntungan penggunaan hook gauge di pan evaporimeter ini adalah pengukuran lebih cepat dan mudah. Kelemahannya apabila pengamat tidak mengembalikan permukaan air dengan cermat sesuai dengan ketentuannya, maka proses penguapan berlangsung pada volume air yang tidak tepat. Kelemahan panci pada alat ini adalah jika terjadi hujan lebat, air akan tumpah dari bak sehigga besarnya penguapan tidak dapat diukur, selain itu juga rentan terhadap gangguan debu , binatang, dan lumut, serta percikan hujan yang menyebabkan ketelitiannya berkurang.
Kadar penguapan tidak dapat diukur secara langsung. Oleh karena itu maka prinsip kerja evaporimeter menggunakan perubahan tinggi dalam panci, yang mengukur kadar penguapan yang terjadi selama 24 jam dan pengamatan dilakukan satu kali sehari. Makin luas permukaan panci, makin representative atau makin mendekati penguapan yang sebenarnya terjadi pada permukaan danau, waduk, dll.
Manfaat mengetahui evaporasi dalam bidang pertanian yaitu dapat meningkatkan pemahaman tentang tanaman apa yang cocok untuk ditanam apabila di daerah tersebut terjadi evaporasi.

4.5     Curah Hujan

   Hujan merupakan satu bentuk presipitasi yang berwujud cairan yang jatuh kepermukaan tanah selama periode tertentu. Curah hujan adalah jumlah iar yang jatuh di permukaan tanah datar sehingga periode tertentu yang diukur dengan satuan tinggi (mm) di atas permukaan horizontal bila tidak terjadi evaporasi, run off, dan infiltrasi. Unsur-unsur hujan yang harus diperhatikan dalam mempelajari curah hujan ialah jumlah curah hujan, hari hujan, dan intensitas atau kekuatan tetesan hujan.

Curah hujan adalah jumlah hujan yang turun pada waktu tertentu di suatu daerah tertentu. Salah satu alat untuk mengukur curah hujan adalah ombrometer. Alat ini harus diletakan di daerah yang alamiah, sehingga curah hujan yang terukur dapat mewakili wilayah yang luas, serta diletakkan pada ketinggian yang cukup tinggi agar hujan langsung masuk ke penampungan/corong alat.
Cara kerja alat ini adalah ketika hujan turun, air hujan masuk melalui corong, terkumpul dalam tabung tempat penampungan, dan disaring agar air yang masuk tidak mengandung sedimen tanah atau lumpur. Setelah air masuk, jungkat-jungkit akan bergerak, mengisi tampungan air di kiri dan di kanan secara bergiliran, ini kemudian menggrakkan magnet, pergerakan magnet inilah yang mencatat data jumlah air hujan yang langsung terhubung ke komputer secara otomatis.
Kelebihan penakar hujan ini adalah dapat menakar curah hujan secara otomatis. Selain dapat mengukur banyaknya curah hujan, alat ini juga bisa mengukur intensitas curah hujan sehingga melalui alat ini dapat diperkirakan tingkat erosivitas dan dalam penelitian intersepsi hujan. Kekurangan alat ini adalah adanya kemungkinan terjadinya kesalahan pembacaan oleh alat tersebut karena adanya masalah pada alat. Selain itu, letak alat yang tinggi juga cukup merepotkan bagi penggunanya untuk memasang dan melepas alat.
Alat ini memiliki pengaruh yang besar dalam bidang pertanian, dengan alat ini kita dapat mengetahui curah hujan dan dapat memprediksi curah hujan tahun berikutnya, sehingga kita dapat menentukan waktu yang tepat untuk menanam dan memanen. Jadi kegagalan panen bisa dicegah seminimial mungkin. Selain itu, curah hujan juga mempengaruhi pertumbuhan tanaman, kesuksesan proses produksi dan panen. Dengan mengetahui curah hujan, petani dapat memilih tanaman yang cocok ketika curah hujan tinggi dan tanaman yang cocok ketika curah ujan rendah.
          Angin adalah massa udara yang bergerak karena adanya perbedaan tekanan yang disebabkan oleh perbedaan suhu di suatu daerah. Angin memiliki arah dan kecepatan, arah dan kecepatan angin dapat diukur dengan alat yang disebut anemometer. Anemometer terdiri bagian-bagian yaitu anemometer cup dan wind vane, pressure tube dan pressure plate anemometer. Bagian wind vane berfungsi untuk mengetahui arah angin, sedangkan bagian baling-baling berbentuk mangkok (cup) berfungsi menghitung kecepatan angin.

Cara kerja anemometer adalah dengan adanya hembusan angin yang mengenai baling-baling pada perangkat tersebut. Putaran dari baling-baling akan dikonversikan menjadi sebuah besaran dalam bahasa matematika. Baling-baling pada anemometer berfungsi sebagai reseptor, setelah baling-baling berputar, maka hal ii akan menggerakkan sebah alat yang akan mengukur kecepatan angin. Kecepatan angin dinyatakan dalam satuan meter per dtik atau kilometer per jam.
Anemometer harus dipasang ditempat yang bebas dari halangan dan harus mewakili suatu ketinggian tertentu dari permukaan tanah. Untuk kepentingan agroklimatologi dipasang dengan ketinggian sensor (mangkok) 2 meter di atas permukaan tanah. Hal ini dimaksudkan agar hasil pengukuran maksimal dan akurat.
Kelebihan anemometer ini adalah kita dapat mengetahui kecepatan angin pada ketinggian yang berbeda sesuai dengan kebutuhan serta dapat mengukur arah serta kecepatan angin sekaligus. Kekurangannya adalah alat ini harus benar-benar terjaga/terlindungi dari sesuatu yang dapat menghalangi datangnya angin, jadi agak sulit menemukan tempat yang benar-benar bebas dari gangguan untuk dijadikan tempat pemasangan alat.
Anemometer ini memiliki peran yang penting dalam bidang pertanian, dengan anemometer kita dapat mengetahui arah dan kecepatan angin sekaligus, sehingga kita dapat mencegah kerusakan tanaman akibat angin kencang, kita juga dapat melakukan penyerbukan tanaman dalam waktu tertentu (waktu yang tepat) serta mencegah penyebaran penyakit pada tanaman. 




4.7     Metode Pengukuran Curah Hujan
Tabel 7. Hasil Pengamatan Curah Hujan
Kelompok
Curah Hujan (mm)
13
180
14
160
16
130

Analisis data :
Kelompok 13 = 18 ml
                       = 180 mm
Kelompok 14 = 16 ml
                       = 160 mm
Kelompok 16 = 12 ml
                       = 120 mm

Praktikum lapangan sesungguhnya merupakan bentuk penelitian dilapangan, bedanya dengan penelitian didalam ruangan hanya pada masalah yang diangkatnya. Pada praktikum lapangan permasalahan yang diangkat hanya untuk menunjukan teori yang sudah ada agar dapat dipahami betul oleh praktikan. Praktikum lapangan ini dilakukan untuk memberikan pemahaman secara langsung mengenai bagaimana cara penggunaan alat-alat yang digunakan untuk mengamati unsur cuaca. Dengan praktikum lapangan kita dapat lebih mendalami teori yang telah didapat saat praktikum dilaboratorium dan mengetahui penggunaan alat tersebut secara langsung.
Pada praktikum lapangan ini dilakukan tiga pengukuran unsur cuaca yaitu pengukuran curah hujan, pengukuran arah angin, dan suhu. Pengukuran curah hujan dilakukan dengan menggunakan alat penakar curah hujan tipe observatium tipe kolektor (manual). Pada praktikum lapangan ini dilakukan tiga kali pengukuran curah hujan dengan hasil 180 mm, 160 mm, dan 120 mm. Untuk 1 mm curah hujan sama dengan 1 liter air per meter2. Perbedaan hasil pengukuran ini dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor, seperti garis lintang, ketinggian tempat, dan lama hujan terjadi. Dengan curah hujan 180 mm, 160 mm, dan 120 mm maka daerah tersebut dapat digolongkan kedalam daerah dengan intensitas curah hujan yang sedang. Kondisi lingkungan pada daerah ini baik dan banyak ditemukan tanaman karena daerahnya yang memiliki intensitas curah hujan sedang. Daerah ini memiliki aerasi yang baik sehingga tanah pada daerah ini menjadi subur dan sangat baik untuk ditanami tumbuhan.
Intensitas curah hujan adalah besarnya jumlah hujan yang turun yang dinyatakan dalam tinggi curah hujan atau volume hujan tiap satuan waktu. Curah hujan disetiap wilayah berbeda-beda, dipengaruhi oleh garis lintang dan ketinggian tempat. Semakin rendah garis lintang semakin tinggi potensi curah hujan yang diterima, karena didaerah lintang rendah suhunya lebih besar dari pada suhu didaerah lintang tinggi. Semakin rendah ketinggian tempat potensi curah hujan yang diterima akan semakin banyak, karena semakin rendah suatu daerah suhunya akan semakin tinggi.
Faktor yang mempengaruhi keseragaman curah hujan ialah garis lintang, tinggi tempat, jarak tempat dari laut, deretan pegunungan, perbedaan suhu antara daratan dan lautan, luas daratan, dan arah angin juga faktor geografis. Curah hujan di wilayah Indonesia bagian barat lebih tinggi dibandingkan di wilayah Indonesia bagian Timur seperti Jawa, Bali, NTB, NTT. Hal ini disebabkan karena pada wilayah bagian timur Indonesia ini dihubungkan melalui selat- selat sempit. Selain itu faktor angin menyebabkan hujan turun dari arah barat ke timur. Curah hujan yang rendah ini lah yang menyebabkan wilayah timur Indonesia seperti pada pulau Sumbawa dan NTT memiliki vegetasi yang sedikit seperti stepa dan padang rumput lainnya. Lahan di wilayah ini juga memiliki tipe lahan tadah hujan dengan irigasi yang kurang baik.

4.8     Praktikum Lapangan
Tabel 8. Hasil Pengamatan Curah Hujan
Kelompok
Curah Hujan (mm)
13
180
14
160
16
120

Analisis data:
Kelompok 13 = 18 ml
                     = 180 mm
Kelompok 14 = 16 ml
                     = 160 mm
Kelompok 16 = 12 ml
                     = 120 mm

Praktikum lapangan sesungguhnya merupakan bentuk penelitian dilapangan, bedanya dengan penelitian di dalam ruangan hanya pada masalah yang diangkatnya. Pada praktikum lapangan permasalahan yang diangkat hanya untuk menunjukan teori yang sudah ada agar dapat dipahami betul oleh praktikan. Praktikum lapangan ini dilakukan untuk memberikan pemahaman secara langsung mengenai bagaimana cara penggunaan alat-alat yang digunakan untuk mengamati unsur cuaca. Dengan praktikum lapangan kita dapat lebih mendalami teori yang telah didapat saat praktikum di laboratorium dan mengetahui penggunaan alat tersebut secara langsung.
Pada praktikum lapangan ini dilakukan tiga pengukuran unsur cuaca yaitu pengukuran curah hujan, pengukuran arah angin, dan suhu. Pengukuran curah hujan dilakukan dengan menggunakan alat penakar curah hujan tipe observatium tipe kolektor (manual). Pada praktikum lapangan ini dilakukan tiga kali pengukuran curah hujan dengan hasil 180 mm, 160 mm, dan 120 mm. Untuk 1 mm curah hujan sama dengan 1 liter air per meter2. Perbedaan hasil pengukuran ini dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor, seperti garis lintang, ketinggian tempat, dan lama hujan terjadi. Dengan curah hujan 180 mm, 160 mm, dan 120 mm maka daerah tersebut dapat digolongkan kedalam daerah dengan intensitas curah hujan yang sedang. Kondisi lingkungan pada daerah ini baik dan banyak ditemukan tanaman karena daerahnya yang memiliki intensitas curah hujan sedang. Daerah ini memiliki aerasi yang baik sehingga tanah pada daerah ini menjadi subur dan sangat baik untuk ditanami tumbuhan.
Intensitas curah hujan adalah besarnya jumlah hujan yang turun yang dinyatakan dalam tinggi curah hujan atau volume hujan tiap satuan waktu. Curah hujan disetiap wilayah berbeda-beda, dipengaruhi oleh garis lintang dan ketinggian tempat. Semakin rendah garis lintang semakin tinggi potensi curah hujan yang diterima, karena didaerah lintang rendah suhunya lebih besar dari pada suhu didaerah lintang tinggi. Semakin rendah ketinggian tempat potensi curah hujan yang diterima akan semakin banyak, karena semakin rendah suatu daerah suhunya akan semakin tinggi.

Tabel 9. Hasil Pengamatan Arah Angin
Posisi Awal
Arah Angin
Derajat Perpindahan
Selatan ke Utara
Barat Daya ke Timur Laut
45°

Arah angin adalah petunjuk pergerakan angin. Arah angin adalah dari mana angin tersebut bertiup dan dinyatakan dengan sedut kompas. Satuan yang digunakan untuk besaran arah angin biasanya adalah derajat. 360 derajat untuk arah angin dari utara. 90 derajat untuk arah angin dari timur. 180 derajat untuk arah angin dari selatan. 270 derajat untuk arah angin dari barat. Beberapa contoh angin yang diberi nama sesuai dengan arah datangnya angin yaitu angin darat adalah angin yang datang dari arah darat dan angin laut adalah angin yang datang dari laut.
Untuk mengetahui arah angin digunakan alat anemometer. Pengukuran dapat dilakukan dengan cara memegang anemometer secara vertikal atau menaruhnya diatas penyangga. Berdasarkan hasil pengukuran arah angin diperoleh hasil arah angin bertiup dari barat ketimur. Hal ini dapat diketahui dengan melihat bagian wind vane pada anemometer membentuk sudut 45° saat angin bertiup. Pada saat praktikum arah wind vane dimulai dari selatan dan untuk mengetahui sudut yang dibentuk digunakan kompas.
Arah mata angin berubah karena adanya sistem tekanan tinggi dan sitem tekanan rendah disekitarnya. Arah mata angin pada wilayah dengan tekanan yang sangat tinggi dan berbatasan dengan wilayah dengan tekanan yang sangat rendah, maka arah mata anginnya akan jauh lebih kuat. Angin bertiup dari arah yang berbeda-beda karena adanya perputaran bumi yang mempunyai pola arah mata angin. Angin mempunyai pola arah mata angin searah jarum jam pada belahan bumi bagian utara dan berlawanan dengan arah jarum jam pada belahan bumi bagian selatan.
Secara luas angin akan mempengaruhi unsur cuaca seperti suhu, kelembaban udara, pergerakan awan, dan membawa uap air. Ditinjau dari segi keuntungannya angin sangat membantu dalam penyerbukan tanaman. Angin akan membawa serangga penyerbuk lebih aktif membantu terjadinya persarian bunga dan pembenihan alamiah. Dari segi kerugiannya angin yang kencang dapat menimbulkan bahaya dalam penyerbukan, karena angin bijinya tidak bisa menjadi murni sehingga tanaman perlu diisolasi dan juga dapat menyebarkan hama penyakit. Angin juga mempengaruhi peningkatan jumlah luka pada tanaman inang dan dapat pula mempercepat pengeringan permukaan tanaman yang basah.

Tabel 10. Hasil Pengamatan Suhu dan Kelembaban Udara
Kelompok
Suhu (°C)
Dry
Wet
16
31
30

Analisis data :
Suhu udara pagi hari = 28°C
Suhu udara siang hari = 30°C
Suhu udara sore hari = 31°C
Suhu udara = 2 x suhu udara pagi + 1 x suhu udara siang + 1 x suhu udara sore
                                                               4
       = 2 x 28°C + 1 x 30°C + 1 x 31°C
                                 4
       = 29°C
Kelembaban nisbi (RH)  = Td – Tw
= 31 – 30
                                       = 1

          Suhu udara adalah derajat panas dan dinginnya udara di atmosfer. Berdasarkan penyebarannya dimuka bumi suhu udara dapat dibedakan menjadi dua yakni sebaran secara horizontal dan vertikal. Suhu udara dipermukaan bumi adalah relative, tergantung pada faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti misalnya lamanya penyinaran matahari. Hal itu dapat berdampak langsung akan adanya perubahan suhu di udara. Suhu udara bervariasi menurut tempat dari waktu ke waktu dipermukaan bumi. Menurut tempat suhu udara bervariasi secara vertikal dan horizontal dan menurut waktu dari jam ke jam dalam sehari.
Pengamatan ini dilakukan dengan menggunakan termometer bola basah dan bola kering. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan didapat hasil pengukuran saat dry atau kering adalah 31°C dan pada saat wet atau basah 30°C. Berdasarkan perhitungan suhu udara didapat hasil 29°C yang artinya suhu udara tidak cukup tinggi sehingga proses penguapan akan lambat dan kelembaban nisbi akan terbentuk dalam waktu yang lama. Pada pagi hari diketahui suhu pada daerah tersebut 28°C, pada siang hari 30°C, dan pada sore hari 31°C. Saat pagi hari kondisi wet atau basah lebih besar dibandingkan dry atau keringnya, saat siang wet lebih kecil dibanding dry, dan saat sore wet lebih besar dibanding dry.
Termometer bola basah dan bola kering adalah termometer yang digunakan untuk mengetahui temperatur suatu tempat. Temperatur bola basah adalah suhu yang didapat bila udara didinginkan pada tekanan konstan sampai jenuh oleh penguapan air yang panas laten untuk penguapan air berasal dari udara tersebut. Termometer bola basah yang aktual mengindikasikan suatu temperatur yang mendekati temperatur bola basah yang sebenarnya. Temperatur bola kering adalah temperatur udara yang diukur menggunakan termometer yang tekanan udara bebas namun terjaga dari sinar matahari dan embun. Suhu bola kering adalah temperatur yang diukur menggunakan termometer biasa yang terkena aliran udara. Berbeda dengan temperatur bola basah, temperatur bola kering tidak menunjukan jumlah air dalam udara.
Suhu udara didaerah satu dengan daerah lainnya berbeda-beda. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perbedaan suhu udara yaitu sudut datangnya sinar matahari, semakin besar sudut datangnya sinar matahari maka semakin tegak datangnya sinar sehingga suhu yang diterima bumi semakin tinggi dan begitu pula sebaliknya. Tinggi rendahnya tempat, semakin tinggi kedudukan suatu tempat temperatur udara ditempat tersebut akan semakin rendah, begitu pula sebaliknya. Angin dan arus laut mempunyai pengaruh terhadap temperatur udara, misalnya angin dan arus dari daerah yang dingin akan menyebabkan daerah yang dilalui angin tersebut juga akan menjadi dingin. Lamanya penyinaran, semakin lama penyinaran matahari maka suhunya akan cukup tinggi. Awan, jika suatu daerah terjadi awan (mendung) maka panas yang diterima bumi relatif sedikit hal ini disebabkan sinar matahari tertutup oleh awan.

BAB V. PENUTUP
5.1      Kesimpulan
Berdasarkan praktikum Agroklimatologi  yang telah dilakukan, maka kesimpulaan dari praktikum ini yaitu:
1.    Radiasi matahari dapat diukur dengan alat sunshine recorder type Jordan dengan bagian-bagian: celah sinar tempat masuknya sinar matahari, Silinder Jordan sebagai tempat diletakkanya kertas pias, pengatur inklinasi (kemiringan) pengatur kemiringan alat, skala angka  sebagai pembaca skala angka penyinaran, dasar alat sebagai penopang tegak berdirinya alat serta kertas pias sebagai pembaca cahaya matahari yang memiliki dua lubang penentuan skala dan pembakaranya yang menunjukan sinar yang masuk.. Alat untuk mengukur suhu udara adalah termometer suhu ruangan berskala Celcius dan Fahrenheit untuk mengukur suhu suatu daerah di atas permukaan bumi sedangkan termometer tanah selubung logam merupakan alat pengukur suhu dalam tanah dilengkapi dengan pipa kapiler dan skala. Termohigrograf adalah alat untuk mengukur kelembaban nisbi dilengkapi dengan sangkar untuk melindungi alat, rambut akan memanjang dan memendek menurun kandungan air yang ada di udara, kertas pias sebagai grafik, drum arloji, tuas, penjepit kertas, dan pena. Alat untuk mengukur evaporasi adalah evaporimeter yang bagiannya adalah panci evaporasi, kerangka kayu untuk mengurangi penguapan, dan hook gauge. Alat untuk mengukur curah hujan adalah ombrometer tipe rekaman dilengkapi dengan corong pengukur, tabung saring, tabung penampung, jungkat-jungkit, sensor, wadah air dan ombrometer tipe obervatorium dilengkapi dengan mulut penakar, tabung kolektor, dan keran. Alat untuk mengukur arah dan kecepatan angin adalah anemometer dilengkapi dengan wind cup sebagai pengukur kecepatan angin, wind vane sebagai sebagai penunjuk arah mata angin atau arah angin, speedometer sebagai skala pembacaan kecepatan angin yang berhembus.
2.      Sunshine recorder type Jordan dengan prinsip kerja pembakaran kertas pias. termometer suhu ruangan berskala celcius dan Fahrenheit. Alat untuk mengukur suhu tanah adalah termometer selubung logam prinsip pemuaian zat cair seperti raksa atau alkohol. Termohigrograf adalah alat untuk mengukur kelembaban nisbi dengan merekam kelembaban udara secara terus menerus, namun kurang efektif digunakan di daerah dengan kelembaban nisbi kurang dari 25% dengan prinsip kerja berdasarkan pemuaian dan penyusutan beberapa helai rambut sebagai akibat tinggi rendahnya kelembaban suatu daerah. Prinsip kerja evaporimeter adalah perbedaan katinggian antara awal pengukuran dan akhir pengukuran akibat penguapan air. Dalam bidang pertanian, mengetahui evaporasi dapat juga mengetahui tanaman yang cocok dibudidayakan pada daerah dengan evaporasi tertentu. Prinsip kerja ombrometer tipe rekaman adalah jungkat-jungkit, sedangkan prinsip kerja ombrometer tipe observatorium adalah penampung curah hujan. Prinsip kerja anemometer adalah pergerakan baling-baling. Dalam praktikum metode pengukuran curah hujan alat yang digunakan adalah Ombrometer tipe Observatorium. Dari hasil praktikum diperoleh data curah hujan dari 120 mm/hari sampai 180 mm/hari dan tergolong dalam curah hujan sedang. Dalam praktikum menginterpretasikan alat penentuan arah angin diperoleh perpindahan angin yang semula dari arah selatan ke utara berubah menjadi dari arah Barat Daya ke Timur Laut dengan perpindahan sebesar 45°. Pada penentuan suhu udara dan kelembaban udara diperoleh suhu udara sebesar 31°C dan kelembaban udara sebasar 30°C. Sedangkan pada pengukuran curah hujan diperoleh data curah hujan dari 120 mm/hari sampai 180 mm/hari dan tergolong dalam curah hujan sedang.

5.2     Saran
Dalam bidang pertanian semua hal yang telah dipraktikan saling berkaitan erat karena radiasi matahari dapat menentukan suhu udara di suatu wilayah begitu juga dengan kelembaban nisbi yang dipengaruhi oleh suhu udara, semakin rendah suhu udara maka kelembaban semakin tinggi. Sedangkan evaporasi berperan penting dalam proses pertumbuhan dimana pada saat itu tanaman yang langsung mempengaruhi penguapan. Angin membawa titik-titik hujan yang terkondensasi.
Bagi tanaman semua hal itu bermanfaat untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman, karena dapat menyediakan segala komponen yang dibutuhkan tanaman berupa sinar matahari sebagai energi untuk melakukan fotosintesis, air, dan unsur hara.
Jika semua proses fotosintesis terjadi dan komponen pendukung lengkap, maka petani mendapatkan keuntungan hasil produksi yang besar dari hasil panen usahatani. Jika sebaliknya yang terjadi maka petani mengalami kerugian. Dengan mengetahui radiasi matahar, suhu udara, dan suhu tanah, kelembaban nisbi, evaporasi, curah hujan, dan angin petani dapat mengetahui jenis tanaman yang cocok untuk ditanam dan waktu yang tepat untuk melakukan penanaman sehingga hasil produksi meningkat.
Perlu adanya penyuluhan terutama bagi para petani mengenai alat-alat yang digunakan untuk mengukur radiasi matahari, suhu udara dan suhu tanah, kelembaban nisbi, evaporasi, curah hujan, dan angin. Dengan mengetahui fungsi dan cara penggunaan alat-alat ini akan mempermudah petani untuk menentukan tanaman apa yang cocok ditanam dan mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman.

5.3     Pesan dan Kesan
Pesan saya semoga kedepannya praktikum dapat dilakukan dengan lebih baik lagi, pengenalan alat-alat yang digunakan juga juga dapat lebih diperjelas agar para praktikan semakin memahami cara kerja alat tersebut. Kedepannya saya berharap agar asisten praktikum juga dapat berganti pada setiap acara. Kesan saya praktikum agroklimatologi ini sangat menarik. Saya mendapat banyak ilmu dan menjadi mengetahui alat-alat apa yang digunakan untuk mengukur unsur-unsur cuaca dan bagaimana cara penggunaannya.


DAFTAR PUSTAKA
Apriyana, Y. 2000. Perubahan Suhu Udara dan Evapotranspirasi di Indonesia.
 Akademika Pressindo: Bogor.
Colbo, M. 2009. Klimatologi.  Gagas Media: Jakarta.
Darsiman, B. 2006. Agroklimatologi. Fakultas Pertanian USU: Medan. 
Denis, Adam. 2001. Teknologi Penanganan Pasca Panen. Rineka Cipta: Jakarta.
Edi Tanoe. 2011. Alat Pengukur Hujan. Rajawali Press: Jakarta.
Fontain, A. 2002. Meteorology. Gramedia Pustaka: Jakarta.
Guslim. 2009. Agroklimatologi. Universitas Sumatera Utara Press: Medan.
Handoko. 2003. Klimatologi Dasar. IPB Press: Bogor.
Handoko. 2006. Agroklimatologi. UPT Mataram University Press: Mataram.
Hendayana, R. 2011. Metode Analisis Data Hasil Pengkajian. Balai Besar
  Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian: Bogor.
Holton. 2006. Pengaruh Iklim Tethadap Tanah dan Tanaman. Bina Aksara:
Jakarta.
Jumin, Hasan. 2002. Dasar-Dasar Agronomi. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta.
Kartasapoetra. 2004. Pengaruh Iklim Terhadap Tanah dan Tanaman. Bumi
            Aksara: Jakarta.
Kartasapoetra, A.G. 2005. Klimatologi Pengaruh Cuaca Iklim Terhadap Tanah
dan Tanaman. Bumi Aksara: Jakarta.
Kusnadi, Rahmat. 2010. Kelembaban Udara. Akademika Pressindo: Jakarta.
Lakitan, B. 2002. Dasar-Dasar Klimatologi. Raja Grafindo Persada: Jakarta.
Maryanto. 2004. Petunjuk Praktikum Teknologi Pengolahan. Fakultas Teknologi
 Pertanian Universitas Jember: Jember.
Mori, Koyotaka. 2006. Hidrologi untuk Pengairan. Pradnya Paramita: Jakarta.
Muin, N.S. 2008. Penuntun Praktikum Agroklimatologi. Universitas Bengkulu:
 Bengkulu.
Pitts, D. R. 2003. Theory And Problems Of Heat Transfer. McGraw: New York.
Sastrodarsono. 2006. Dasar – Dasar Metrologi Pertanian.  PT Seorengan: Jakarta.
Sari, Kemala. 2007. Aplikasi Suhu dan Aliran Panas Tanah. Universitas Sumatera
            Utara: Medan.
Sinukaban, N. 2000. Peran Sawah sebagai Filter Sedimen. Graha Media:
 Lampung.
Soekirno. 2010. Agroklimatologi. Universitas Gadjah Mada Press: Yogyakarta.
Soemeinaboedhy, I Nyoman. 2006. Agroklimatologi. Universitas Mataram:
              Mataram.
Syamsu. 2008. Penuntun Praktikum Agroklimatologi. Universitas Bengkulu:
              Bengkulu.
Takeda, Kensaku. 2005. Hidrologi Pertanian. Pratya Utama: Bogor.
Tjasyono, Brayon. 2008. Klimatologi. ITB Press: Bandung.
Trewartha G. T. 2009. Pengantar Iklim. UGM Press. Yogyakarta.
Triatmodjo, Bambang. 2008, Hidrologi Terapan. Beta Offset: Yogyakarta.
Wahyuningsih, U. 2004. Geografi. Pabalen: Jakarta.
Warsito, Budi. 2007. Prediksi Curah Hujan dengan Feedforward Neural Network.
Universitas Semarang: Semarang.
Winarno, F.G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
Wisnubroto, S. 2005. Meteorologi Pertanian Indonesia. Mitra Gama Widya:
 Jakarta
Wuryatno, I. 2000. Klimatologi Dasar. UNS Press: Surakarta.
Yani, 2009. Pengukuran Suhu dan Transfer Suhu. Institut Pertanian Bogor: Bogor.


(Microsoft Word) Laporan Akhir Praktikum Agroklimatologi
Dapat dilihat dan didownload disini

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Cara download:
1. Klik tulisan 'disini' di atas
2. Silang laman yang tidak perlu, tunggu loading sebentar
3. Tekan 'Skip Ad'
4. Download file drive di tanda unduh (panah ke bawah ↓) di pojok kanan atas laman google drive
5. Selesai, tinggal cek di folder download

❤❤❤ 

You May Also Like

0 comment

What do you think about this post?