Laporan Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah: Konsistensi Tanah KLU & Loteng

by - July 18, 2018


BAB I. PENDAHULUAN
1.1     Latar Belakang
Konsistensi tanah menunjukkan daya kohesi butir-butir tanah atau gaya adhesi butir-butir tanah dengan benda lain. Konsistensi tanah merupakan salah satu sifat fisika tanah yang menggambarkan ketahanan tanah pada saat memperoleh gaya atau tekanan dari luar yang menggambarkan bekerjanya gaya kohesi dan adhesi dengan berbagai kelembaban tanah. Tanah yang mempunyai  konsistensi baik pada umumnya mudah diolah atau tidak melekat pada pengolahan tanah.
Penetapan konsistensi tanah dapat dilakukan dengan tiga kondisi, yaitu basah, lembab, dan kering. Konsistensi basah merupakan penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah datas kapasitas lapang (field cappcity). Konsistensi lembab merupakan konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah sekitar kapasitas lapang. Konsistensi kering merupakan penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air kering udara. Dalam keadaan lembab tanah dibedakan dalam kondisi gembur (mudah diolah) dan teguh (sukar diolah). Dalam keadaan kering dibedakan dalam kondisi lunak dan keras. Dalam keadaan basah dibedakan dari plastis sampai tidak plastis atau lekat sampai tidak lekat.

Konsistensi tanah berkaitan dengan pengolahan lahan, tindakan apa yang sesuai dengan kondisi atau sifat tanah, pemilihan tanaman untuk kondisi berbeda saat musim berbeda. Serta tindakan jika kondisi tanah terlalu basah atau terlalu kering karena pengolahan tanah akan sulit.
Berdasarkan uraian diatas, perlu dilakukan praktikum mengenai konsistensi tanah untuk dapat mengetahui dan menetapkan BC, BG, BL, BBW dan yang terkait dengan konsistensi tanah.
1.2     Tujuan Praktikum
Tujuan diadakannya praktikum ini adalah untuk
a.       Menetapkan Batas Cair Tanah (BC)
b.      Menetapkan Batas Lekat Tanah (BL)
c.       Menetapkan Batas Gulung Tanah (BG)
d.      Menetapakan Batas Berubah Warna (BBW)
e.       Menghitung Indeks Plastisitas Tanah (IP)
f.       Menghitung Jangka Olah Tanah (JO)
g.      Menghitung Persediaan Air Maksimum Dalam Tanah (PAM)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Konsistensi tanah merupakan sifat fisika yang menunjukkan daerah adhesi dan kohesi partikel –partikel tanah pada berbagai tingkatan kelengasan. Sifat-sifat yang ditunjukkan pada konsistensi berupa keliatan (plasticity), keteguhan (friability), dan kelekatan (stickness). Penentuan nilai konsistensi dikelompokkan menjadi dua, yaitu kualitatif dan kuantitatif dengan pendekatan angka Atterberg yaitu batas cair (BC), batas lekat (BL), batas gulung (BG), dan batas berubah warna (BBW). Angka-angka atterberg mempunyai hubungan antara kadar lengas (%) dengan konsistensi tanah, serta pendekatan tambahan yaitu indeks plstisitas (plasticity index) dan jangka olah (Soepraptohardjo, 2007).
Tanah memiliki daya konsistensi yang baik, pada umumnya mudah diolah dan tidak melekat pada alat pengolah tanah. Penetapan konsistensi tanah dapat dilakukan dalam 3 kondisi yaitu  basah, lembab, dan kering. Konsistensi tanah basah merupakan penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air diatas kapasitas lapang. Konsistensi pada kondisi lembab merupakan penetapan konsistensi tanah pada kondisi air tanah sekitar kapasitas lapang. Dan konsistensi tanah kering yang merupakan penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air kering angina (Hardjowigeno, 2014).
Konsistensi tanah dapat ditentukan secara kualitatif dan kuantitatif. Secara kualitatif dilakukan dengan cara memijat dan memirit-mirit atau membuat bulatan atau pun gulungan tanah. Sedangkan secara kuantitatif dilakukan dengan penentuan angka atterberg (Nurhidayati, 2006).
Terdapat beberapa batas konsistensi  diantaranya BC yang merupakan kandungan lengas tanah ada saat tanah yang dapat mengalir tanpa adanya tekanan dibawag standar getaran, BL adalah kandungan lengas pada saat tanah masih kering yang dibasahi secara perlahan dan mulai mendekat pada logam. BG adalah kandungan lengas pada saat keliatan tanah yang mudah terasa dan dapat dibentuk. BBW adalah kandungan lengas tanah pada saat pasta mulai kering karena tanah masih ada air kapiler (Sutanto, 2010).
Jumlah air tertinggi yang bermanfaat bagi tanaman dengan nilai tertinggi BC dan yang terendah adalah BBW. Agar tanah dapat ditumbuhi tanaman, harus mempunyai kadar air yang terletak diantara kedua nilai batas tersebut. Diantara BL dan BG merupakan kadar air dimana tanah mudah diolah ( dicangkul dan dibajak) sehinggal dinamakan jangka olah (JO).  Antara BC dan BG merupakan kadar tanah dimana tanah menunjukkan derajat keteguhan (DT) (Darmawijaya, 2014).

BAB III. METODE PRAKTIKUM
3.1.    Waktu dan Tempat Praktikum  
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin, 7 Mei 2018 pukul 08.50 – 09.40 WITA di Laboratorium Fisika Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Mataram.
3.2.   Alat dan Bahan Praktikum
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah satu set alat casagrande, timbangan analitik, cawan, oven, botol pemancar, kaca, papan kayu, dan spatula. Sedangkan bahan yang digunakan adalah contoh tanah kering udara wilayah Kabupaten Lombok Utara dan Lombok Tengah, aquades (H2O), dan kertas label.
3.3.   Prosedur Kerja
3.3.1.      Menetapkan Batas Cair Tanah ( BC )
1.      Disiapkan 100 gram contoh tanah dimasukkan kedalam gelas beaker 500 ml diberikan air secukupnya dan diaduk merata sampai membentuk pasta ketebalan 1  cm.
2.      Dipindahkan sebagian pasta tanah didalam cawan dan diratakan sehingga ketebalan 1 cm.
3.      Dibelah pasta tanah pada cawan casagrande menjadi dua bagian menggunakan pengalur (colet). Pembelahan dimulai dari sisi atas cawan.
4.      Diputar engkol pemutar cawan pada casagrande dengan kecepatan dua putaran perdetik sampai alur pada cawan menyatu sepanjang 1,27 cm
5.      Dicatat jumlah ketukan yang didapat untuk mencapai keadaab (4 butir), kemudian diambil contoh tanah sekitar alur yang telah menyatu untuk ditetapkan kadae lengasnya secara gravimetrik menggunakan oven pada suhu 105 selama 4-8 jam.
6.      Penetapan kadar lengas tersebut dilakukan pada jumlah ketukan selama 15-40 ketukan untuk membentuk alur sepanjang 1,27 cm.
7.      Batas cair diproleh dengan menentukan kadar lengas tanah pada 25 ketukan.
3.3.2.      Menetapkan Batas Lekat Tanah (BL)
1.      Disiapkan contoh tanah 100 gram kemudian dimasukkan kedalam gelas beaker. Dibasahi dan diaduk merata menggunakan spatula atau pengaduk.
2.      Diambil pasta tanah tersebut dan di gumpalkan pada tangan kemudian ditusuk spatula yang telah disediakan. Penusukan dilakukan hingga 2,5 cm dengan 1 cm/ detik. Kemudian pengaduk ditarik.
3.      Diperiksa permukaan spatula
-          Bila bersih, berarti batas lekat belum tercapai  (lengas berada dibawah BL).
-          Bila seluruh tusukan bersih (tanah menempel) berarti lengas tanah berada diatas batas lekat.
-          Bila 1,3 atau 0,8 dari ujung penusuk dilekati tanah, maka berarti lekat telah tercapai.
4.      Diambil contoh tanah tersebut untuk ditetapkan kadar lengasnya menggunakan oven pada suhu 105 – 110.
3.3.3.      Menetapkan Batas Gulung Tanah ( BG )
1.      Disiapkan contoh tanah 100 gram, dimasukkan kedalam gelas beaker ditambah air sambil diaduk hingga merata.
2.       Diuli bola tanah atau digulung diatas permukaan kaca datar, pengulian dilakukan dengan kecepatan 80-90 gerak setengah putaran permenit sampai terbentuk pita – pita tanah berdiameter 0,3 cm.
3.       Diambil pita-pita tanah yang telah memenuhi kriteria tersebut untuk menetapkan kadar lengasnya dengan oven pada suhu 105-110.
3.3.4.      Menentukan Batas Berubah Warna  (BBW )
1.      Disiapkan contoh tanah, dimasukkan ke dalam gelas beaker, ditambah air sambil diaduk hingga merata
2.      Diambil pasta tanah dan diletakkan pada permukaan papan
3.      Diratakan pasta tanah sampai tipis pada permukaan papan menggunakan pengaduk. Ketebalannya diatur sehingga tipis di bagian tepi
4.      Disimpan ditempat yang bebas dari sinar matahari langsung dan kering dinginkan.
5.      Setelah perubahan warna mencapai lebar > 0,5 cm, bagian tang berubah warna diambil bersama-sama dengan bagian yang ada di sampingnya dengan bagian yang lebih gelap.



BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Pengamatan Konsistensi Tanah
Tabel 7. Hasil Pengamatan Konsistensi Tanah
Sifat Tanah
Sampel Tanah
gram
%Kadar Lengas
Angka Atterberg
Harkat Angka Atterberg
a
b
c
BC
KLU
3,81
12,34
10,11
35,39
35
Sedang
Loteng
4,80
9,84
7,63
78,09
78
Sangat Tinggi
BL
KLU
4
17
13,19
41,46


Loteng
5
23
16,7
53,85


BG
KLU
4
13
10,87
31


Loteng
4
13,72
10,43
51,16


BBW
KLU
8,75
17,52
15,72
26,54


Loteng
8,76
11,92
11,19
30,29


IP
KLU
BC – BG = 4,39
4,39
4
Sangat Rendah
Loteng
BC – BG = 26,93
26, 93
27
Tinggi
JO
KLU
BL – BG = 10,46
10,46
10
Rendah
Loteng
BL – BG = 2,68
2,68
3
Sangat Rendah
PAM
KLU
BC – BBW = 8,85
8,85
9
Rendah
Loteng
BC – BBW = 47,8
47,8
48
Sangat Tinggi
Konsistensi tanah menunjukkan adanya daya kohesi dan daya adhesi pada tanah dengan berbagai kelembaban yang dapat ditentukan secara kualitatif dan kuantitatif. Tanah yang mempunyai konsistensi yang baik umumnya mudah diolah dan tidak melekat pada alat pengolah tanah.
Pada praktikum ini ditentukan konsistensi tanah menggunakan contoh tanah kebupaten Lombok Utara dan Lombok Tengah dengan cara kuantitatif. Diperoleh hasil kadar lengas batas cair (BC) tanah Loteng lebih besar daripada tanah KLU yaitu 78,09% dengan harkat angka atterberg tinggi dimana batas cair adalah kandungan lengas tanah saat tanah dapat mengalir tanpa ada tekanan di bawah standar. Batas lekat (BL) tanah Loteng lebih tinggi daripada tanah KLU dengan kadar lengas sebesar 53,85% dan harkat angka atterberg tinggi dimana batas lekat adalah kandungan lengas tanah saat masih kering dan perlahan dibasahi. Kadar lengas batas gulung (BG) tanah Loteng lebih tinggi daripada tanah KLU yaitu sebesar 51,16% dengan harkat angka atterberg tinggi dimana batas gulung adalah kandungan lengas tanah saat keliatan tanah mudah terasa dan dapat dibentuk. Batas berubah warna (BBW) tanah Loteng lebih besar daripada tanah KLU dengan kadar lengas sebesar 30,29% dan harkat angka atterberg rendah, sama seperti tanah KLU dimana batas berubah warna adalah kandungan lengas tanah saat pasta mulai kering karena tanah masih kapiler, berarti tanah KLU lebih cepat kering.
Indeks plastisitas (IP) tanah Loteng lebih besar daripada tanah KLU dengan kadar lengas sebesar 26,93% dan harkat angka atterberg tinggi dimana indeks plastisitas adalah perbedaan kadar air pada batas cair dan batas gulung. Kadar lengas jangka olah (JO) tanah KLU lebih besar daripada tanah Loteng yaitu 10,46% dengan harkat angka atterberg rendah, sehingga dapat dikatakan tanah KLU lebih mudah diolah. Persedian air maksimum (PAM) tanah Loteng lebih besar daripada tanah KLU dengan kadar lengas sebesar 47,8% dan harkat angka atterberg tinggi. Dengan kandungan air yang tinggi ini tanah dapat melekat pada alat pengolah tanah seperti bajak atau cangkul.
Konsistensi tanah perlu diketahui dalam bidang pertanian karena dapat mempermudah dalam pengolahan tanah yang memiliki konsistensi yang berbeda-beda. Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa konsistensi tanah KLU lebih baik daripada tanah Loteng karena tanah KLU lebih mudah diolah dan tidak melekat pada alat pengolah tanah.


BAB V. KESIMPULAN 
 1.    Batas cair (BC) tanah Loteng sebesar 78,09% (sangat tinggi) lebih besar dari tanah KLU sebesar 35,39% (sedang)
2.    Batas lekat (BL) tanah Loteng sebesar 53,85% (tinggi) lebih besar dari tanah KLU sebesar 41,46% (sedang)
3.    Batas gulung (BG) tanah Loteng sebesar 51,16% (tinggi) lebih besar dari tanah KLU sebesar 31% (sedang)
4.    Batas berubah warna (BBW) tanah Loteng sebesar 30,29% (rendah) lebih besar dari tanah KLU sebesar 26,54% (rendah)
5.    Indeks plastisitas (IP) tanah Loteng sebesar 26,93% (tinggi) lebih besar dari tanah KLU sebesar 4,39% (sangat rendah)
6.    Jangka olah (JO) tanah KLU sebesar 10,46% (rendah) lebih besar dari tanah Loteng sebesar 2,68% (sangat rendah)
7.    Persediaan air maksimum (PAM) tanah Loteng sebesar 47,8% (sangat tinggi) lebih besar dibanding tanah KLU sebesar 8,85% (rendah)
DAFTAR PUSTAKA
Darmawijaya. 2014. Dasar – Dasar Ilmu Tanah. Rajawali Press. Jakarta.
Hardjowigeno, Sarwono. 2010. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta.
Nurhidayati. 2006. Penuntun Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Fakultas
Pertanian Unisma. Malang.
Soepraptohardjo, M. 2007. Jenis Tanah dan Potensinya. Pusat Pendidikan
            Interpretasi Citra Pengindraan Jauh Dan Survey Terpadu, Yogyakarta.
Sutanto, Rachman. 2010. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Komisius. Jakarta.


(Microsoft Word) Laporan Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah: Konsistensi Tanah KLU & Loteng
Dapat dilihat dan didownload disini
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Cara download:
1. Klik tulisan 'disini' di atas
2. Silang laman yang tidak perlu, tunggu loading sebentar
3. Tekan 'Skip Ad'
4. Download file drive di tanda unduh (panah ke bawah ↓) di pojok kanan atas laman google drive
5. Selesai, tinggal cek di folder download

❤❤❤ 
@finasaadha

You May Also Like

0 comment

What do you think about this post?