Sejarah: Kerajaan Kalingga Holing

by - October 19, 2017

  Latar Belakang Berdirinya Kerajaan Kalingga
             Kalingga atau Ho-ling (sebutan dari sumber Tiongkok) adalah sebuah kerajaan bercorak Hindu yang muncul di Jawa Tengah sekitar abad ke-6 masehi. Letak pusat kerajaan ini belumlah jelas, kemungkinan berada di suatu tempat antara Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Jepara sekarang. Sumber sejarah kerajaan ini masih belum jelas dan kabur, kebanyakan diperoleh dari sumber catatan China, tradisi kisah setempat, dan naskah Carita Parahyangan yang disusun berabad-abad kemudian pada abad ke-16 menyinggung secara singkat mengenai Ratu Shima dan kaitannya dengan Kerajaan Galuh. Kalingga telah ada pada abad ke-6 Masehi dan keberadaannya diketahui dari sumber-sumber Tiongkok.
KONDISI GEOGRAFIS
             Letak wilayah Kerajaan Kalingga Holing masih diperdebatkan oleh para sejarawan. Berita Cina dari Dinasti Tang menyebut Kalingga sebagai She-p’o dan letaknya berada di laut selatan. Wilayah kalingga berbatasan dengan P’o-Li (Bali) disebelah timur, To-p’o-Teng (Sumatra) disebelah barat, laut disebelah selatan, dan Chen-la(kamboja) disebelah utara.
             Pada pertengahan musim panas apabila orang mendirikan gnomon setinggi 8 kaki, bayangannya akan jatuh ke selatan dengan panjang 2 kaki 4 inci. Gnomon adalah alat untuk menentukan letak ketinggian matahari yang digunakan pada zaman kuna. Berdasarkan perhitungan tersebut, letak kalingga berada pada posisi 6o 8’LU. Oleh karena itu, Kalingga tidak mungkin berada di Jawa. Akan tetapi, keberadaan berita tersebut dibantah para sejarawan yang mengatakan bahwa penulis berita cina membuat sesuatu kesalahan. Seharusnya waktu yang dicatat adalah pertengahan musim dingin sehingga bayangan dari gnomon jatuh disebelah utara.
                   Oleh karena itu, Posisi Kalingga akan berada pada posisi                608’LS. Dengan demikian Kerajaan kalingga terletak disekitar                 pantai Utara Jawa Tngah.
                   Keberadaan Kerajaan Kalingga di jawa tengah, didukung               para sejarawan belanda N.J Krom, George Ceodes, W.F. Mayer,         W.J.Van der Meulen. Mereka berpendapat bahwa pusat Kalingga            berada di suatu tempat antara kabupaten Pekalongan dan              Kabupaten Jepara sekarang. Secara Geografis wilayah Pesisir              utara Jawa Tengah strategis untuk perkembangan sebuah kerajaan. Sejak awal abad masehi perairan di laut jawa sudah            berkembang menjadi jalur perdagangan yang ramai. Oleh karena             itu, Kalingga dapat membangun Pelabuhan perdagangan di tepi         laut Jawa. Keberadaan Pelabuhan jawa tersebut akan              memudahkan Kalingga berinteraksi dengan dunia luar sehingga       sektor perdagangan maritim dapat berkembang. Sementara itu,         wilayah pedalaman Jawa Tengah yang subur dapat mendukung                kedudukan perekonomian Negara dari sektor agraris.
KEHIDUPAN POLITIK
             Pada abad VII Masehi Kerajaan Kalingga pernah dipimpin seorang ratu yang bernama Sima. Ratu Sima menjalankan pemerintahan dengan tegas, keras, adil, dan bijaksana. Ia melarang rakyatnya untuk menyentuh dan mengambil barang milik mereka yang tercecer di jalan. Bagi siapapum yang melanggar akan mendapatkan hukuman yang berat. Hukum di Kalingga dapat ditegakkan dengan baik. Rakyat taat terhadap peraturan yang dibuat oleh ratu mereka. Oleh karena itu, ketertiban dan ketentraman di Kalingga berjalan baik.
             Menurut naskah Cerita Parahyangan, Ratu Sima memiliki cucu bernama Sanaha yang menikah dengan Raja Brantasenawa dari Kerajaan Galuh. Sanaha memilki anak bernama Sanjaya yang kelak menjadi Raja Kerajaan Mataram Kuno dan mendirikan Dinasti Sanjaya. Sepeninggal Ratu Sima, Kerajaan Kalingga ditaklukan oleh Kerajaan Kalingga ditaklukkan oleh Kerajaan Sriwijaya.
KEHIDUPAN EKONOMI
             Kerajaan Kalingga mengembangkan perekonomian perdagangan dan pertanian. Letaknya yang dekat dengan pesisir utara Jawa Tengah menyababkan Kalingga mudah diakses oleh para pedagang dari luar negri.Kalingga merupakan daerah penghasil kulit penyu, emas, perak, cula badak, dan gading sebagai barang dagang. Sementara wilayah pedalaman yang subur, dimanfaatkan penduduk untuk mengembangkan pertanian. Hasil-hasil pertanian yang diperdagangkan antara lain beras dan minuman. Penduduk Kalingga dikenal pandai membuat minuman berasal dari bunga kelapa dan bunga aren.mMinuman tersebut memiliki rasa manis dan dapat memabukkan. Dari hasil perdagangan dan pertanian tersebut, penduduk Kalinnga hidup makmur.

Mata pencaharian:
Kerajaan Ho-ling mempunyai hasil bumi berupa kulit penyu, emas dan perak, cula badak dan gading. Ada sebuah gua yang selalu mengeluarkan air garam yang disebut sebagai bledug. Penduduk menghasilkan garam dengan memanfaatkan sumber air garam yang disebut sebagai bledug tersebut.
KEHIDUPAN AGAMA
             Kerajaan Kalingga merupakan pusat agama Buddha Hinayana di Jawa. Agama Buddha yang berkembang di Kalingga merupakan ajaran Buddha Hinayana. Pada tahun 664 seorang pendeta Buddha dari Cina bernama Hwi-ning berkunjung ke Kalingga. Ia datang untuk menerjemahkan sebuah naskah terkenal agama Buddha Hinayana dari bahasa sansekerta dalam bahasa Cina. Usaha Hwing-ning dibantu oleh seorang pendeta Buddha dari Jawa bernama Jananabadra.

KEHIDUPAN SOSIAL BUDAYA
             Penduduk Kalingga hidup dengan teratur. Ketertiban dan Ketentraman sosial di Kalingga dapat berjalan dengan baik berkat kepemimpinan Ratu Sima yang tegas dan bijaksana dalam menjalankan hukum dan pemerintahan. Dalam menegakkan hukum Ratu Sima tidak membedakan antara rakyat dan anggota kerabatnya sendiri.
             Berita tentang ketegasan Ratu Sima pernah didengar oleh Raja Ta-Shih. Ta-Shih adalah sebutan cina untuk kaum muslim Arab dan Persia. Raja Ta-Shih kemudian ingin mengunjungi kebenaran berita tersebut. Ia memerintahkan anak buahnya untuk meletakkan satu kantong emas dijalan wilayah kerajaan Ratu Sima. Selama tiga tahun kantong itu dibiarkan tergeletak dijalan dan tidak seorang pun berani menyentuh. Setiap orang yang melewati kantong emas tersebut berusaha menyingkir.
             Pada suatu hari putra mahkota tidak sengaja menginjak kantong itu sehingga isinya berhamburan. Kejadian ini membuat Ratu Sima marah dan memerintahkan hukuman mati untuk putra mahkota. Akan tetapi, para menteri berusaha memohon pengampunan untuk putra mahkota. Ratu Sima menanggapi permohonan itu dengan memerintahkan agar jari kaki putra mahkota yang menyentuh kantong emas dipotong. Peristiwa ini merupakan bukti ketegasan Ratu Sima dalam menegakkan hukum.
Keruntuhan Kerajaan Kalingga
             Keruntuhan kerajaan kalingga disebabkan oleh karena serangan dari Kerajaan Islam Demak. Hal ini bisa dikatakan tidak benar sama sekali. Bukti-bukti sejarah yang ada (yang berupa prasasti-prasasti batu) menjelaskan kepada kita bahwa sebenarnya Majapahit belum runtuh dan masih berdiri untuk jangka waktu yang cukup lama. Prasasti-prasasti batu yang berasal dari tahun 1486 M, masih menyebutkan adanya kekuasaan kerajaan Majapahit dengan rajanya yang berkuasa waktu itu bernama Dyah Ranawijaya yang bergelar Girindrawarddhana ; bahkan ia disebut pula sebagai seorang Sri Paduka Maharaja Sri Wilwatiktapura Janggala Kadiri Prabhunatha.
             Keruntuhan kerajaan Ho-ling terjadi pada tahun 752, karena Kerajaan Ho-ling menjadi wilayah taklukan Sriwijaya dikarenakan kerajaan ini menjadi bagian jaringan perdagangan Hindu, bersama Malayu dan Tarumanagara yang sebelumnya telah ditaklukan Sriwijaya. Ketiga kerajaan tersebut menjadi pesaing kuat jaringan perdagangan Sriwijaya-Buddha


Peninggalan Kerajaan Kalingga
             Prasasti peninggalan kerajaan Ho-ling adalah Prasasti Tukmas. Prasasti ini ditemukan di Desa Dakwu daerah bogan, purwodadi di lereng Gunung Merbabu di Jawa Tengah. Prasasti bertuliskan huruf pallawa dan berbahasa sekerta. Prasasti menyebutkan tentang mata air yang bersih dan jernih. Sungai yang mengalir dari sumber air tersebut disamakan dengan sungai gangga di India. Pada prassasti itu ada gambar-gambar speerti trisula, kendi, kapak, kelasangka, cakra dan bunga teratai yang merupakan lambang keeratan hubungan manusia dengan dewa-dewa hindu.
             Sementara di Desa Sojomerto, Kecamatan Reban, Kabupaten Batang Jawa tengah, ditemukan Prasasti Sojomerto. Prasasti ini beraksara Kawi dan berbahasa Melayu Kuna dan berasal dari sekitar abad ke-7 masehi. Prasasti ini bersifat agama Siwais. Isi prasasti memuat keluarga dari tokoh utamanya, Dapunta Selendra, yaitu ayahnya bernama Santanu, ibunya bernama Bhadrawati, sedangkan istrinya bernama Sampula. Prof. Drs. Boechari berpendapat bahwa tokoh yang bernama Dapunta Selendra, ia adalah cikal-bakal raja-raja keturunan Wangsa Sailendra yang berkuasa Kerajaan mataram Hindu.

(Power Point) Sejarah: Kerajaan Kalingga Holing
Dapat didownload disini
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Cara download:
1. Klik tulisan 'disini' di atas
2. Silang laman yang tidak perlu, tunggu loading sebentar
3. Tekan 'Skip Ad'
4. Download file drive di tanda unduh (panah ke bawah ↓) di pojok kanan atas laman google drive
5. Selesai, tinggal cek di folder download

❤❤❤ 

You May Also Like

1 comment

  1. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete

What do you think about this post?