A SasuSaku Fanfiction: I you
I YOU
By Fina Sarah Adhari
Naruto ©Masashi
Kishimoto
SasuSaku’s Pairing
Warning: cuma
300an words, garing banget
How can you
smile without i
Aku baru saja masuk kelas, kulihat dia terlihat murung,
bukan-bukan, bukan murung, tetapi innocent, flat face seperti biasa, padahal
dia sedang mendengar lagu dengan earphonenya, tak tampak sedikit pun ia
menikmati lagunya.
“Ohayou, Sasukekun!” ujarku sambil tersenyum kepadanya,
kebiasaanku.
“Hn, ohayou Sakura.” Balasnya dengan senyuman tipis, selalu
begitu. Aku pun duduk di kursiku yang tak jauh darinya.
“Sasukekun, ohayou!” tiba-tiba ada suara gadis berteriak,
itu Karin. Dia sangat menyukai bahkan menggilai Sasuke sejak masuk SMP sampai
sekarang ini, sudah empat tahun.
Tidak mendapatkan respon apa pun dari Sasuke, Karin
mendatangi Sasuke dan memegang bahu Sasuke. Kulihat Sasuke langsung beranjak
dari kursinya dan meninggalkan Karin, saat sampai di pintu Sasuke berhenti.
“Sakura, ayo keluar bersamaku.” Ujar Sasuke padaku, dia
melihatku, menatap mataku, dan tak lupa bibirnya menyunggingkan senyum.
Sejak saat itu aku sadar, bagaimana mungkin dia bisa
tersenyum tanpaku?
How can you be
fine without i
Aku menghela nafas kasar saat pintu yang kuketuk sejak tiga
puluh menit lalu akhirnya terbuka dan menampakkan wajah kusut super berantakan
milik sang empunya rumah, aku langsung masuk dan melihat keadaan rumah yang
sangat amat berantakan.
“Kau kenapa Sasuke-kun? Apa ada masalah?” tanyaku pada
pemilik muka datar ini.
“Hn.” Jawabnya seperti biasa.
“Katakan saja padaku! Mungkin aku bisa membantumu?” kataku,
kulihat mukanya mengeras. Ada apa sebenarnya?
“Kau tidak akan bisa membantu apa pun.” Katanya, terdengar
sangat menyakitkan sampai di hatiku.
Aku hanya diam, kemudian kusapu sofa yang penuh dengan
sampah itu menggunakan tanganku kemudian mendudukinya, kutatap Sasuke yang
terlihat depresi, aku bukan hanya ingin tahu tentang masalahnya, tapi aku benar
sangat ingin membantu, jika aku tak dapat membantu sungguh tak bergunanya aku
ini untuknya.
Aku tak tahu sudah berapa kali aku menghela nafas agar dia
peka kalau aku ingin dia segera bersuara, tapi sepertinya taka da tanda-tanda
kehidupan disana, dia sangat tahan dengan keheningan ini, dan membuatku kesal.
“Baiklah, kalau kau tak mau cerita, aku pulang saja, aku
sangat tak berguna untukmu.” Kataku dan segera beranjak menuju pintu.
“Berhenti—” Ia menghentikanku.
“—Aku ingin kau menemaniku disini.” Aku agak tersipu
mendengarnya tapi aku kesal karena dia tak mau cerita apa masalahnya.
“Aku ingin kau ceritakan apa masalahmu.” Kataku setelah
berbalik menghadapnya.
“Ibuku meninggal.” Matanya menatapku. Aku langsung berlari
memeluknya, sungguh, aku pun sangat-sangat sedih mendengar itu. Sasuke sangat
dekat dengan Ibunya, dan ia tiba-tiba kehilangan ibunya seperti ini.
Aku pun menangis dalam kungkungannya, tak lama setelah itu
aku merasakan kepalaku basah, itu pasti air matanya, itu yang aku inginkan, dia
harus mengeluarkan kesedihannya lewat air mata ini.
Air mata kami mengalir, menangis bersama, menikmati
kesedihan ini, saling berpelukan, memberi kehangatan dan ketenangan untuk
beberapa waktu.
Aku merasa sudah cukup untuk menangis, kita tak boleh bersedih
terlalu lama.
“Sasuke-kun, s-sudah ya, kita tak b-boleh terlalu lama
bersedih, bibi Mikoto pasti berada di surga, dan ia akan sangat senang kalau
kau tetap menjadi dirimu dan terus menjadi lebih baik seperti biasa. Ia ingin
kau tetap bahagia Sasuke-kun, ada Aku disini, aku akan menemanimu, mari
mengunjungi(pemakaman)nya setiap kau rindu.” Kataku menatapnya dalam.
Ia pun tersenyum tipis dan memelukku lagi.
Kau harus baik-baik saja Sasuke-ku, kau akan baik-baik saja.
I is very
important,
But I can never
get success without u
Aku benar-benar kesulitan menyelesaikan skripsiku, aku jadi
takut harus mengulang lagi tahun depan.
“Ada apa Sakura?” ah sepertinya dia menangkap raut
gelisahku.
“tidak ada apa-apa kok Sasuke-kun.” Jawabku, tentu saja aku
bohong.
“Jangan membohongiku, kau terlihat gelisah, kenapa?” tuhkan
dia tahu.
“Masak sih? Mungkin karena aku sedang datang bulan.” Eh, aku
tak bohong lho.
“bukan karena skripsi?”
“huh?” aku kaget, kok dia jadi peka gitu sih, ahahaha.
“Hmm, sebenarnya sih karena itu, hehehe.” Jawabku malu-malu,
dia tersenyum tipis.
“Sini kubantu.”
See? Ah sebenarnya dia tidak pernah membiarkanku kesulitan.
.
.
.
“Sasukekun bagaimana ini, aku takut?” huh, sekarang saatnya
wawancara dan aku sungguh takut dan gugup!
“Tenang saja, kau sudah menguasai apa yang kau tulis.” Benar
juga, walaupun itu penilaian Sasuke, tapi itu sangat membantu. Jangan lupakan
jasanya selama ini, dia selalu membantuku untuk lulus dan wisuda.
Dan yatta, aku bisa menjawab pertanyaan dengan baik. Dan tak
lama lagi aku wisuda.
.
Aku pun menyadari, walaupun aku sangat penting baginya. Tapi
aku juga membutuhkannya, karena dialah aku bisa sukses.
END
0 comment
What do you think about this post?