A SasuSaku's Fanfiction: Do You Still My Prince?
By Fina Sarah Adhari
Naruto
©Masashi
Kishimoto
Sequel fic alay His Cinderella
Aishiteru,
itsu made mo kawaranai.
Ketika pagi datang, matahari terbit dengan segera
menampakkan cahaya terangnya. Namun, tidak dapat menerangkan hati Sakura. Gadis
musim semi itu terbangun dari tidurnya setelah mematikan alarm yang berbunyi
entah yang keberapa kali. Secepat kilat ia menyambar handuk dan masuk ke kamar
mandi untuk membersihkan diri. Setelah itu, ia bergegas menuju kantornya yang
dekat dengan apartemen.
Dia merasa aneh, kesepian.
Hidupnya terasa suram sekali ketika kehilangan Sasuke.
Sasuke… belakangan ini pemuda itu meninggalkannya, tak peduli lagi dengannya,
malah Sasuke seperti cowok playboy brengsek serta bajingan dengan kelakuannya
sekarang. Hal itu membuatnya sangat sedih. Ia terpuruk. Bagaiman tidak? Usianya
sudah 24 tahun, dan sebentar lagi 25 tahun. Namun sasuke tidak juga memperjelas
hubungan mereka. Malah, seperti melupakannya.
Dulu… Sasuke selalu bersamanya.
Dulu… Sasuke selalu mengulang mengucapkan janji semasa
kecilnya.
Dulu… Sasuke selalu bersikap baik.
Dulu… Sasuke tak pernah dekat dengan gadis lain.
Sekarang… Sasuke mengacuhkannya.
Sekarang… Sasuke tak pernah lagi mengingat janji itu.
Sekarang… Sasuke bersikap aneh.
Sekarang… Sasuke dekat dengan gadis-gadis centil seperti
fangirlsnya.
“Aku… merindukanmu yang dulu Sasuke-kun.” Tutur Sakura
lirih.
Pangeranku…
Do You Still My
Prince?
Mata Sakura terbelalak ketika melihat apa yang ada di
depannya. Kenapa setiap pagi ia selalu mendapat pemandangan seperti ini?
Pemandangan yang menyayat hatinya, pemandangan yang membuatnya tak ingin
melanjutkan hidup.
Dia… sudah kehilangan orang tuanya beberapa tahun lalu saat
masih berumur 15 tahun. Dan sekarang, apakah dia harus kehilangan orang yang
disayangi lagi?
Pemuda itu berjalan keluar dari apartemennya diikuti oleh
gadis-gadis yang aneh dan gila mungkin, apa mereka berada di apartemen Sasuke
setiap hari? Setiap waktu? Menyebalkan sekali.
Ditambah lagi dengan Sasuke yang meladeni mereka, membalas
sapaan mereka dengan senyum yang membuat para gadis meleleh seketika. Bisakah
Sasuke mengerti? Sakura… cemburu. Sangat.
Sakura sangat lelah seperti ini, bukankah sasuke sendiri
yang berjanji padanya, dulu? Jika mereka sudah besar mereka akan menikah
seperti Itachi dan Konan dulu? Jangankan menikah, bahkan Sasuke saja belum menyatakan
perasaannya kepada Sakura, Sakura semakin gelisah sekarang, iya takut Sasuke
lupa dengan janjinya, janji yang selalu Sakura ingat.
Dalam perubahan Sasuke yang seperti itu, bukan berarti
Sakura membiarkannya. Dulu, sebelum Sasuke benar-benar jauh darinya seperti
saat ini, Sakura selalu mengingatkan Sasuke, tapi Sasuke malah cuek dan
menyuruh Sakura untuk tidak ikut campur urusannya.
Sakit.
Sakura melihat Sasuke sudah masuk ke dalam mobilnya,
meninggalkan gadis-gadis yang masih saja heboh dibuatnya. Benar-benar
gadis-gadis yang aneh.
Sakura segera berlari ke kantornya dan menuju ruangannya.
Dia berhenti melangkah saat mendengar sebuah suara yang
membuatnya ternganga.
“Iya Sasuke-kun, hm tentu saja nanti sore, kau jemput aku
kan?”
DEG
Rasanya jantungnya berhenti berdetak dan hatinya diiris-iris
mendengar kalimat itu. Ruangan itu… ruangan sahabtnya sendiri! Hinata! Sialan!
Sahabat macam apa itu?!
Sakura terisak namun tak ingin berjalan lagi dan memilih
diam di situ, mendengar percakapan Sasuke sang Pangeran dan Hinata… sang selir,
mungkin?
“Tak bisa menjemputku? Yasudah, kita bertemu dimana?”
“…”
“Oh iya, oke deh. Aku udah kasih kan daftarnya Sasuke-kun?... Hm.. Sukses ya!”
“…”
Sakura masih mematung di tempatnya, daftar apa? Sungguh
mengherankan.
Tiba-tiba suara pintu terbuka pun bberhasil membuat mata
Sakura melebar, Hinata keluar dari ruangannya dan menatap sinis Sakura.
Sakura diam. Hey! Sahabat macam apa kau, Hinata?
Sakura segera berlari menuju ruangannya. Menangis.
Cukup sudah. Ia tak kuat lagi. Ia harus bertemu dengan
Sasuke!
Hari ini Sasuke ada janji dengan Hinata, dan sakura tau itu,
hal itu semakin membuat hatinya sakit.
Sasuke memang belakangan ini semakin dekat dengan (sangat)
banyak gadis, yang tentu saja membuat sakura iri dan cemburu. Namun, apa mau
dikata? Mana berani sakura yang memulai membuka suara untuk mengingat janji
masa kecil yang begitu manis?
Malam tiba. Angin dingin menyapu permukaan kulit Sakura.
Nasibnya sedang tidak baik saat ini. Mengingat Sasuke telah janjian dengan
Hinata membuat hatinya semakin teriris. Ia penasaran sekali, Sasuke dan Hinata
mau kemana? Taman? Mall? Disneyland? Atau jangan-jangan… hotel?
Ck!
Sakura mengacak-acak rambutnya frustasi. Kerjaan kantornya
terbengkalai karena perasaan yang amburadul saat ini. Sungguh tidak
professional, bukan?
Tiba-tiba, Sakura merasa haus sekali. Ia pun datang ke mall
yang terletak tak jauh dari apartemen dan jalan yang sedang ia lewati ini.
Sekalian membeli beberapa barang yang ingin ia beli di supermarket yang
terdapat di mall itu.
Irisan jadenya menangkap dua sosok manusia berbeda gender
yang keduanya tentu saja Sakura sayangi. Ia tak sanggup lagi. Kini ia langsung
menghampiri mereka.
…
“Sasuke… Hinata…” gumamnya lirih, air matanya tak dapat
dibendung lagi.
Mereka menatap ke arah Sakura yang sedang berdiri menghadap
mereka.
“Ada apa?” Tanya Sasuke tidak mau berbasa basi.
“Kalian sedang apa?” Sakura semakin memelankan suaranya.
“Seperti yang kau lihat!” kata Hinata ketus. Hey! Mana
Hinata yang lembut itu?!
Sakura diam membisu sementara air matanya tetap mengalir,
bahkan tampak seperti air terjun saking derasnya.
“Do you still my
prince, Sasuke?” gumam Sakura lirih.
Tragis!
Miris!
Tanpa diduga oleh Sakura. Dengan teganya Sasuke dan Hinata
meninggalkannya sendirian dalam kondisi seperti itu!!! Tidak berperikeperasaan!
Jantungnya seakan berhenti berdetak.
Mana Sasuke yang selalu ada untuknya?
Pagi datang lagi, matahari bersinar lagi. Haruskah ia
melewati hari yang suram lagi?
Sakura terduduk lemas di tepi kasur queen sizenya. Tak
sanggup lagi, rasanya ingin mati saja.
Hari ini hari libur kantor. Sakura masih sibuk melamun.
Teleponnya berdering entah untuk keberapakali. Dia tidak peduli, atau lebih
tepatnya tidak mendengar karena masih sibuk dengan lamunannya yang entah apa.
Tiba-tiba…
“krukkk… krukkk…”
Sakura tersadar dari lamunannya. Perutnya… melilit. Lapar.
Ia belum makan dua hari ini, bukan karena ia miskin dan tidak punya uang yang
cukup untuk membeli makanan. Tapi karena… Pangerannya.
Ia langsung ke dapur untuk membuat roti isi. Ia masih belum
menyadari, handphonenya masih bordering tanpa tahu siapa yang menelepon.
Sakura mendengarnya, tapi dia cuek saja. Malas sekali
mengambil hanndphonenya.
Tiba-tiba terdengar deringan lagi, tapi kali ini suara bel
yang diiringi dengan ketukan pada pintu kamarnya.
“Berisik.” Gerutu Sakura.
Tapi ia masih belum beranjak dari meja makannya.
Lagi, bel dan ketukan secara bersamaan.
Sakura muak sekali mendengarnya. Dengan berat hati ia menuju
pintu yang menjadi korban orang yang datang pagi-pagi sekali ini.
DEG
Mata jadenya melebar melihat sosok di depannya yang sedang
menunduk.
“Sasuke?!”
Pemuda itu mendongakkan kepalanya menatap Sakura penuh
damba.
“Ada apa?!” pekik Sakura.
Sasuke masih memandangnya.
“I’m here my Cinderella.” Tutur Sasuke lembut.
He? Apa-apaan Sasuke ini?! Sakura diam.
Tanpa diduga, Sasuke mengelus pipi chubby Sakura. Sakura tak
mampu bergerak.
“Bicaralah… Cinderellaku.” Tutur Sasuke lagi, kini tangan
kekarnya mengelus rambut pink Sakura.
Sedetik kemudian Sakura tersadar dan langsung melepas tangan
Sasuke.
“Apa yang kau lakukan?!”
pekik Sakura.
Bukannya menjawab Sasuke malah kembali mengelus rambut halus
Sakura lagi.
“Shiawase desu.”
“Ck, tentu saja kau bahagia dekat dengan banyak gadis!
Bahkan sahabatku sendiri!!” raut wajahnya berubah suram.
“Kau cemburu, kan?” Sasuke menatap Sakura lembut.
Cemburu? Tentu saja!!!
“Ya, aku tahu kau cemburu.”
Sakura tak menjawab. Mereka masih betah di ambang pintu.
Hening.
“Lebih baik kau pergi saja!!!” pekik Sakura lagi, kali ini
ia mendorong pemuda tampan itu sehingga ia hamper jatuh kalausaja ia tak bisa
menjaga keseimbangan tubuhnya sendiri.
“Aku di sini… untukmu Sakura.” Tutur pemuda itu lembut.
Sakura tak membalas.
Kemarin dia pergi meninggalkannya. Sekarang dia kembali
untuknya. Apa maksudnya?!
Sasuke langsung mendekap Sakura saat gadis itu menutup mata
untuk merilekskan pikiran.
“Sas…” bibirnya dikunci oleh sang Pangeran.
Pelukan mereka semakin erat. Sakura, merindukannya. Membalas
pelukannya untuk melepas kerinduan. Menumpahkan semua air mata kesedihannya.
“Kau jahat!” teriak Sakura di sela pelukan.
Sasuke melonggarkan pelukannya.
“Aku tidak jahat. –“
“Apanya yang tidak jahat! Kau meninggalkanku dan –“
Sasuke menyilangkan jarinya pada bibir Sakura.
“Ssttt… dengarkan aku, sayang…. Aku mencintaimu,
menyayangimu. Sangat—“
“Do you still my prince?!” potong Sakura.
“Of course, my Cinderella!” Sakura tersenyum.
Namun, pangerannya ini masih punya hutang penjelasan
kepadanya.
“Aku menjauhimu, karena ingin melihat reaksimu jika aku
meninggalkanmu… ternyata hidupmu tragis juga ketika aku pergi… Soal gadis-gadis
centil itu aku hanya memanfaatkan keberadaan mereka untuk membuatmu cemburu…
maafkan aku kalau terlalu melampaui batas dan membuatmu terpuruk. Kalau soal
Hinata… dia memang paling penting dalam misi ini…… berterimakasihlah kau
kepadanya, cincin ini yang dipilihkan untukmu, katanya ukuran jarimu dan
jarinya beda tipis, jadi aku memercayainya. Soal model cincin ini, katanya kau
akan menyukainya… aku sih percaya padanya, buktinya kau tak mendengarkanku
berbicara karena memandang cincin yang indah ini…”
“I’m here with you, I’m still your Prince. Aishiteru, itsu
made mo kawaranai… So, will you marry me my Cinderella?”
Owari
Fina Sarah Adhari
Ig: finasaadha
Twitter: finasaraha_13
0 comment
What do you think about this post?