Dasar-Dasar
Ilmu Nahwu
Kunci dalam
mempelajari bahasa adalah banyaknya kosa kata yang dimiliki (dihafal) dan
menerapkannya di dalam kalimat, dengan demikian ia akan mampu berbahasa dalam
bahasa tersebut, namun hal itu belum menjamin keselamatan ungkapan dari
kefahaman dan ketidak fahaman pendengar atau lawan berbicara yang disebabkan
oleh kesalahan penggunaan suatu kaedah, terutama dalam bahasa arab yang penuh
dengan berbagai macam kaedah yang mana bila salah dalam menggunakannya maka
akan berakibat fatal terhadap arti dan maksud dari ungkapan tersebut. Untuk itu
secara singkat, saya akan menjelaskan sedikit dasar-dasar dari kaedah umum
bahasa arab (Nahwu) yang kiranya dapat membantu dalam mempelajari bahasa arab. Dalam
bebicara dan menyampaikan maksud kepada orang lain, tidak akan terlepas dari
untaian kata-kata yang terangkai dalam suatu kalimat, dalam bahasa arabnya
disebut dengan الكلام
yaitu
kata, baik yang terdiri dari Fiíl (kata kerja) maupun Isim (kata benda).
Kadang kata( الكلمة ) yang digunakan namun makna yang
dimaksudkan adalah Kalimat, misalnya dalam Al Quran: (كلا إنَّها كلمة هو قائلها)Lafadz اللفظ mencakup الكلمة dan الكلام yaitu suara yang terdiri dari beberapa huruf, sedangkan القول yaitu apa-apa yang diucapkan baik itu sempurna maupun tidak
sempurna.
· Macam-macam
kata
Setiap kalimat
tersusun dari beberapa kata yang mempunyai arti yang mana dapat menunjukkan
akan kedudakan dari kata tersebut di dalam kalimat, misalnya dalam bahasa
Indonesia dikenal dengan istilah SPO (subjek, predikat dan objek), begitu pun
halnya dalam bahasa Arab. Kata di dalam bahasa Arab terbagi menjadi tiga,
yaitu:
1.
Isim الاسم (Kata benda)
Isim secara
bahasa adalah nama, yaitu sebutan yang menunjukkan suatu yang dinamakan, apakah
sebutan itu pada jenis atau pada unsurnya. Manusia ناس atau رَجُل
adalah
nama untuk suatu jenis yang dinamakan manusia atau laki-laki, dan Ahmad أحْمد adalah nama untuk individu yang
dinamakan Ahmad. Semua kata ini adalah Isim. Dalam pengertian yang paling
sederhana merujuk padanan dalam bahasa Indonesia, maka Isim adalah nominal.
Sedangkan dalam istilah Nahwu, Isim adalah suatu kata yang menunjukkan makna
tersendiri dan tidak terikat dengan waktu.
Bagaimana kita
bisa mengetahui suatu kata dalam bahasa Arab itu adalah Isim? Sedangkan kita
selagi pertama kali belajar Nahwu tidak mengetahui makna kata tersebut dan
tidak juga mengetahui apakah suatu kata mengandung makna yang terikat dengan
waktu atau tidak. Caranya adalah dengan mengetahui tanda-tanda Isim pada suatu
kata yang membedakannya dari dua jenis kata lainnya. Setiap kata yang
mengandung atau bisa menerima salah satu dari tanda-tanda tersebut, maka kata
tersebut adalah Isim.
o
Tanda-Tanda Isim
Ada beberapa
tanda yang terletak pada suatu kata yang menunjukkan bahwa jenis kata tersebut
adalah Isim. Tanda-tanda Isim tersebut adalah:
A.
Tanda dari segi artinya
Untuk
mengetahui apakah kata tersebut termasuk isim, dapat dilihat dari maknanya,
atau kata tersebut bisa disandarkan kepada kata yang lain baik dia itu subjek
(fail) atau pemulaan kalimat (mubtada). Contohnya عاد المسافرون isim di dini bersandar pada fiíl (kata kerja) yang menunjukkan
ia adalah fail, contoh mubtadaمسافر خالد.
B.
Tanda dari segi Lafadznya
1.
Tanwin التنوين yaitu bunyi nun sukun pada akhir kalimat
yang ditandai dengan harakat ــًـ ــٍـ ــٌـ. Contohnya, خالدٌ atau زيدٍ , dan قانتاتٍ. Maka kata-kata dalam semua contoh ini adalah Isim karena boleh
dimasuki oleh tanwin. Tanwin secara garis besarnya terbagi menjadi beberapa :
1.
Tanwin tamkin تمكين yaitu tanwin yang diikutkan kepada isim
mu’rab, contoh محمدٌ. 2.Tanwin Tankir تنكير yang mengikuti isim ma’rifah (yang pasti) menjadikannya nakirah
(belum pasti) contoh, سيبويهِ (nama ahli nahwu).
3.Tanwin
Muqabalah المقابلة yang diikutkan kepada Jamak muannas salim
(jamak untuk perempuan) contohnya, قانتاتٍ disamakan dengan Nun yang ada pada Jamak Muzakkar Salim (jamak
untuk laki-laki) قانتون.
4.Tanwin
Ta’wid العِوَض (pengganti) yang diikutkan pada sebagian
kata sebagai pengganti terhadap apa yang dihapus dan dihilangkan, baik sebagai
pengganti dari huruf yang dihilangkan, contohnya راعٍ جاء kata rain ditanwinkan sebagai pengganti
huruf YA yang dihilangkan, aslinya adalah راعي. Ataukah pengganti dari kata yang dihapus, misalnya kata-kata
yang terletak setelak Kullu dan Ba’dhu yang terhapus kata yang disandarkan
padanya
كلٍّ منهم asalnya adalah كل واحد منهم.
Ataupun sebagai
pengganti dari kalimat yang dihilangkan, contoh زرتني قبل سنتين وكنت حينئذٍ أعمل في الجامعة (dua tahun lalu, engkau menziarahiku dan pada saat itu saya
bekerja universitas), kata Hinaizin ditanwinkan karena menggantin kalimat yang
hilang, asalnya adalah حينئذ زرتني.
2.
Dapat dimasuki dan dihubungkan dengan Alif dan Lam, ألـ pada awal kata. Setiap kata yang didahului oleh AL atau boleh
menerima AL, maka kata tersebut adalah Isim. Contohnya, الكاتب = seorang penulis, المؤمن = orang mukmin, المسافر = orang yang bepergian. Semua kata ini adalah Isim ditandai
dengan adanya AL di awal kata.
3.
Dapat dimasuki oleh Jarr الجر. Baik jarr disebabkan oleh adanya huruf
jarr maupun karena Idhafah. Contohnya, الحراس على السطحِ , kata Sathi dibaca kasrah karena dimasuki oleh huruf jar yaitu
Ála. Contoh Idhafah كتاب الطالبِ kata At Thalibi dibaca kasrah (jarr) karena bersandar kepada
buku. Huruf-huruf Jarr adalah مِن = dari (permulaan), إلي = ke, kepada, عَن = dari (lepas, meninggalkan), علي = atas, في = di, di dalam, رُبَّ = barangkali, kadang-kadang [;sedikit atau banyak], الباء = dengan, الكاف = seperti [penyerupaan], اللام = untuk. Dan termasuk juga huruf-huruf sumpah حروف القسم, yaitu; الواو hanya untuk Isim Zhahir,[2] الباء untuk Isim Zhahir dan Dhamir, dan التاء khusus dengan kata الله. Contohnya; واللهِ, بِاللهِِ, تَاللهِ, semuanya bermakna Demi Allah.
4.
Boleh dimasuki oleh Harf Nida (panggilan) contoh, يا زيدُ (Hai Zaid) dimasuki oleh Ya harf nida, contoh lain, يا عبدَاللهِ.
5.
Kata tersebut dapat dirubah bentuknya menjadi bentuk Tashgir التصغير (mengecilkan) contoh, جبل (gunung) menjadi جبيل(gunung kecil), contoh lain, عصفور menjadi عُصَيْفِير.
6.
Kata tersebut dapat dijadikan Musanna (yang menunjukan atas dua) dan jamak.
Contoh, طالبان، طلاب، طالبون، طالبات
o
Tanda-tanda Fi’il / الفِعل
Fi’il secara
bahasa berarti pekerjaan. Dan padanannya dalam bahasa Indonesia adalah kata
kerja. Sedangkan dalam istilah Nahwu, Fi’il adalah kata yang menunjukkan suatu
makna tersendiri dan terikat dengan salah satu dari tiga bentuk waktu; masa
lampau, masa sekarang, dan masa yang akan datang. Contohnya كَتَبَ adalah kata yang menunjukkan makna penulisan dan terikat dengan
masa yang telah lalu, يَكْتُبُ adalah kata yang memnunjukkan makna penulisan dan terikat
dengan masa sekarang, dan أكتُبْ juga adalah kata yang menunjukkan makna
penulisan dan terikat dengan masa yang akan datang. Demikian juga contoh-contoh
lain seperti نَصَرَ ينصُر انصُر = menolong, عَلِم يعلَم اعْلَمْ = mengetahui, جلَس يجلِس اجلِسْ = duduk, ضرَب يضرِب اضرِبْ = memukul, فهِم يفهَم افهَم = mengerti, memahami.
Perubahan
bentuk dari setiap kata-kata dalam Bahasa Arab merupakan pembahasan Ilmu Sharaf
atau dalam istilah yang lebih luas; Morphologi. Sedangkan dalam Ilmu Nahwu,
unsur utama yang diperhatikan adalah kedudukan kata tersebut dalam struktur
kalimat. Meskipun setiap kata dasar dalam bahasa Arab banyak mempunyai varian
bentuk kata sesuai dengan kegunaan dan maknanya masing-masing, yang paling
penting dalam Ilmu Nahwu adalah jenis-jenis semua kata tersebut dikelompokkan
dalam tiga jenis saja, yaitu; Isim, Fi’il, dan Huruf.
Demikian juga,
pembagian fi’il dalam Ilmu Nahwu terbatas pada tiga macam saja, yaitu kata
kerja yang menunjukkan kejadian di masa lalu, kata kerja masa sekarang, dan
kata kerja perintah. Dengan demikian, jenis-jenis Fi’il adalah:
1. Fi’il Madhi الفعل الماضي yaitu kata kerja yang menunjukkan suatu pekerjaan atau kejadian
yang berlangsung pada masa sebelum waktu penuturan. Contoh, خطب , سمِع , انْطَلَقَ , اسْتَعملَ .Tanda-tandanya dari segi arti yaitu menunjukkan suatu
pekerjaan atau kejadian yang berlangsung pada masa sebelum waktu penuturan.
Adapun tanda-tandanya secara Lafdzi yaitu: Pertama: dapat dimasuki oleh Lam لـ . Kedua: Dapat dimasuki oleh Ta Al Faíl, contoh سافرتُ سافرتَ سافرتِ . Ketiga: dapat dimasuki oleh Ta ta’nis sakinah, contoh, استمعتْ سافرتْ جلستْ عادتْ. Hukum fiíl Madhi dalm I’rab adalah Mabni (tidak berubah
harakah akhir hurufnya).
2. Fi’il
Mudhari’ الفعل المضارع yaitu kata kerja yang menunjukkan pekerjaan atau peristiwa yang
terjadi pada saat dituturkan (sekarang) atau sesudahnya (akan datang). Misalnya
يَصلُحُ . Dinamakan Mudhari’karena menyerupai
isim. Tanda-tanda Mudhari’adalah dapat dimasuki oleh sin السين dan saufa سوف . Juga dapat dimasuki oleh huruf jazm dan
Nashb لم, لا الناهية, لام الأمر , إنْ , أَنْ, لَنْ. Dan kadang bentuknya Mudhari’namun berarti Madhi, apabila
dimasuki oleh Lam, misalnya, لم يحضر (belum/tidak datang). Hukum I’rab fiíl Mudhari’ adalah Mu’rab
(berubah harakah ahir hurufnya) selama tidak dimasuki oleh Nun Taukid نون التوكيد dan Nun Niswah نون النسوة.
3. Fi’il Amar فعل الأمر yaitu kata yang menunjukkan tuntutan tercapainya pekerjaan
tersebut setelah masa pengungkapan. Contohnya, seorang ayah atau kawan dan
lain-lain memerintahkan kepada seseorang untuk belajar, dia mengatakan = تعلَّمْ Belajarlah, atau اقرأ bacalah, atau انْطَلِقْ pergilah. Atau اسْتَغْفِر bertobatlah. Tanda-tanda fiíl amar adalah dapat dimasuki oleh
Nun Taukid نُونَ التَّوكيد adalah huruf Nun pada akhir kata yang berfungsi untuk
menunjukkan kesungguhan dan ketegasan tuntutan. Nun Taukid ada dua macam yaitu
Khafifah (ringan) dan Tsaqilah (berat). Perbedaan keduanya dari segi bentuk
adalah Nun Taukid Khafifah berbaris sukun ـنْ, sedangkan Nun Taukid Tsaqilah bertasydid dan berharakat fathahـنَّ . atau Ya Al Mukhatabah ياء المخاطبة adalah huruf Ya sukun di akhir kalimat sebagai kata ganti orang
kedua perempuan; yang berfungsi untuk menunjukkan bahwa tuntutan ditujukan
kepada perempuan. Contohnya, قُوْمي = (Kamu perempuan), Bangunlah!, dari asal
katanya untuk laki-laki قُمْ, dan اُكْتُبي = (Kamu perempuan), Menulislah!, dari asal kata perintahnya
untuk laki-laki اكتب. Kedua kata aslinya yang untuk laki-laki
adalah Fi’il karena menunjukkan tuntutan dan bisa menerima Ya Mukhathabah. Dan
dua kata yang untuk perempuan adalah Fi’il dengan ditandai dengan masuknya Ya
Mukhathabah dan menunjukkan makna tuntutan. Hukum fiíl amar dalam I’rab adalah
Mabni.
Dari semua
penjelasan di atas tadi, dapat disimpulkan Tanda-tanda Fi’il yang paling utama,
baik Fiíl Madhi, Mudhari’dan Amar secara umum ketika berada dalam struktur
kalimat adalah:
1. Kata
tersebut didahului oleh قد .
2. Tanda Fi’il
yang kedua adalah suatu kata itu didahului Huruf Sin السينُ atau Huruf Saufa سوفَ.
3. Tanda Fi’il
ketiga adalah Ta Ta’nis Sakinah تاءُ التَّأنيث السَّاكنَة yaitu huruf Ta sukun yang masuk pada akhir kata. Tanda ini
hanya untuk Fi’il Madhi saja dan fungsinya adalah untuk menunjukkan bahwa Isim
yang terpaut dengan Predikat ini berbentuk feminin (muannas).
4. Tanda Fi’il
keempat adalah suatu kata yang menunjukkan makna tuntutan dan kata tersebut
bisa menerima Ya Mukhathabah ياء المخاطبة atau Nun Taukid نُونَ التَّوكيد.
o
Huruf / الحرف
Huruf adalah
jenis kata yang berfungsi sebagai kata bantu, yaitu kata yang mengandung makna
yang tidak berdiri sendiri. Maknanya hanya bisa diketahui dengan bersandingan
dengan kata lain, baik Isim atau Fi’il.
Tanda Huruf
adalah tidak menerima tanda-tanda Isim atau tanda-tanda Fi’il, atau dengan
ungkapan lain, Huruf adalah tanpa tanda pengenal. Kalau kita mengenal Jim
dengan titik di bawah dan Kha dengan titik di atas, kita mengenal Ha tanpa
titik. Demikian juga, kita mengenal jenis kata Isim dan Fi’il dengan
tanda-tanda yang telah disebutkan di atas, maka kita mengenal jenis kata Huruf
tanpa tanda dan tidak menerima tanda-tanda Isim atau Fi’il.
Kata yang
termasuk dalam jenis Huruf ini terbagi bermacam-macam sesuai dengan fungsinya
yang mempengaruhi status kata yang dimasukinya, sesuai dengan fungsi maknanya,
dan terbagi menjadi tiga macam, yaitu:
1. Huruf yang
dapat masuk ke Isim maupun Fiíl, dan huruf tersebut tidak mempunyai kedudukan
apa apa dalam I’rab. Contoh, kata Hal هَلْ dalam وَهَلْ أَتَاكَ حديث الغاشية.
2. Huruf yang
dikhususkan pada isim, dan huruf tersebut mempunyai fungsi serta kedudukannya
dalam I’rab. Contoh, huruf Inna إنّ dan Fi في, dalam Al Quran : إنّ الله يحب الذين يقاتلون في سبيله.
3. Huruf yang
dikhususkan tehadap Fiíl dimana huruf-huruf tersebut mempunyai kedudukan dan
fungsi dalam I’rab. Contoh, huruf Nashab dan Jazam.
I’RAB
الإعراب dan BINA
البناء
I. Al BINA البناء
Bina adalah suatu keharusan dimana harakah (baris) akhir dari suatu kata tidak akan mengalami perubahan yang disebabkan oleh factor-faktor yang merubah harakah dan kedudukan kata, atau simpelnya, Bina adalah kata yang tidak berubah harakah akhir hurufnya. Contohnya, kata aina أينَ (dimana) dan amsi أمْسِ (kemarin), dimana baris (harakah) akhirnya tidak akan pernah berubah.
I. Al BINA البناء
Bina adalah suatu keharusan dimana harakah (baris) akhir dari suatu kata tidak akan mengalami perubahan yang disebabkan oleh factor-faktor yang merubah harakah dan kedudukan kata, atau simpelnya, Bina adalah kata yang tidak berubah harakah akhir hurufnya. Contohnya, kata aina أينَ (dimana) dan amsi أمْسِ (kemarin), dimana baris (harakah) akhirnya tidak akan pernah berubah.
o
Macam-macam Bina البناء
Tanda-tanda
bina suatu kata dalam I’rab terbagi menjadi empat, yaitu:
1. Sukun السُّكونُ yaitu tidak adanya harakah, yang mana terdapat pada huruf, fiíl
serta isim, contoh mabni dengan sukun dari huruf هلْ , dan dari fiíl, قمْ , dan dari isim, كمْ .
2. Fathah الفَتْحُ , berbaris atas dengan fatha, hal ini pun terdapat pada Isim,
contohnya أينَ , dan Huruf, contohnya سوفَ , juga pada Fi’il, contohnya, قامَ .
3. Kasrah الكَسْرُ berbaris bawah dengan kasrah, terdapat pada Isim, contohnya أمْسِ dan huruf, contohnya huruf Lam Al Jarr لامِ الجر misalnya dalam kalimat المالُ لِزَيْدٍ .
4. Dhammah الضَّمُّ berbaris atas dengan Dhamma, terdapat pada huruf, contohnya منْذُ dan isim yang menunjukkan arah misalnya تحتُ dengan syarat harus Idhafah secara makna tanpa Lafadz.
Bentuk-bentuk
Mabni
Setelah
mengetahui macam-macam tanda bina, seyogyanyalah untuk mengetahui apa-apa saja
dari Isim, Fi’il dan Huruf yang Mabni agar tidak salah dalam menempatkan letak
serta hukumnya dalam suatu kalimat.
A.Huruf الحُرُوفُ
A.Huruf الحُرُوفُ
Semua huruf
adalah Mabni, baik dengan Fatha seperti وَ، كَ، ف، ثمَّ ,maupun Sukun, seperti منْ، في، إلى، هلْ , dan Kasrah seperti لِـ (لتكتبْ درسك، جئت لأشكرَك)، بِـ (كتبت بالقلم) , dan juga Dhamma sperti منذُ.
B.
Af’al الأفعال
Semua Fi’il
adalah Mabni kecuali Fi’il Mudhari’ yang tidak dimasuki oleh salah satu dari
Nun Niswah نون النسوة maupun Nun Taukid نُونَ التَّوكيد .
Bentuk-bentuk Bina Fi’il Madhi
Bentuk-bentuk Bina Fi’il Madhi
Fathah : Jika
tidak berhubungan dengan kata apa pun, contohnya سمعَ , تكلمَ atau Fi’il tersebut bergandengan dengan Ta Ta’nis تاء التأنيث contohnya فهمَتْ , جلستْ atau Fi’il tersebut berhubungan dengan Al Alif Al Itsnain ألف الاثنين yang menunjukan dua orang, contohnya ذهبا، قاما، سعيا.
Sukun: Apabila
fi’il tersebut bergandengan dengan Dhamir yang kedudukannya adalah marfu’
sebagai subjek misalnya Ta mutakallim dan sebagainya, atau fi’il tersebut
bergandengan dengan Nun Niswah, contohnya سمعْتُ، سمعْنا، سمعْتَ، سمعْتِ , سمعْتما، سمعْتُنّ، سمعْنَ. سعيْت، سعيْنا, سعيْتما، سعيْتُنَ.
Dhammah:
Apabila Fi’il tersebut berhubungan dan bergandengan dengan Wau Al Jama’ah (yang
menunjukkan jamak muzakkar salim=laki-laki), contohnya سمعُوا، فهمُوا.
Bentuk-bentuk Bina Fi’il Mudhari’
Bentuk-bentuk Bina Fi’il Mudhari’
Fi’il Mudhari’
Mabni apabila dimasuki oleh salah satu dari Nun Taukid dan Nun Niswah, dan
tanda bina nya adalah, Sukun: Apabila berhubungan dengan Nun Niswah, contohnya يسمعْنَ، يقرأْنَ، يمشيْنَ، يدعوْنَ . Fatha: Apabila berhubungan langsung dengan Nun Taukid yang
disandarkan kepada Mufrad Muzakkar, contohnya, لِتسمعَنْ، لتدعوَنّ.
Bentuk-bentuk
Bina Fi’il Amar
Adapun Bina nya
Fiíl Amar yaitu, Sukun: Apabila huruf terakhirnya bukan huruf Illat (Alif, Wau
dan Ya) dan tidak berhubungan dengan kata apa pun, contoh افهمْ، اسمعْ , atau berhubungan dengan Nun Niswah, contoh أطعْنَ، ادنوْنَ، اسعيْنَ. Fatha: Apabila berhubungan dengan Nun Taukid, contohnya افهمَنْ، اسمعَنّ، ادعوَنْ وادعوَنّ. Khazfu Nun (dihilangkan huruf Nunnya): Apabila berhubungan
dengan Alif Itsnain yang menunjukkan Mutsanna, atau Wau Jamaáh yang menunjukkan
Jamak Muzakkar Salim atau Ya Al Mukhathabah, contohnya, ارعيا، اقنعوا، اقنعي. Khazfu harfu illah (meniadakan huruf Illatnya): Apabila huruf
akhir dari fiíl adalah huruf illah, contohnya, ارعَ، ادعُ، امشِ.
C. Al Asma الأسماءُ
1. Dhamair الضَّمائِرُ (Pronauns) atau kata ganti baik orang pertama tunggal dan sebagainya yang terbagi menjadi
Munfashil (terpisah) yang terbagi menjadi Rafa’dan
nasab (kedudukannya
dalam I’rab) contoh Rafa’ أنا، نحن، أنتَ، أنتما، أنتم، أنتِ، أنتما، أنتنَّ , هوَ، هما، همْ، , هيَ, هما، هنَّ Contoh Nashab : إيّاي، إيانا، إيّاكَ، إياكما، إياكم، إِياكِ، إياكما، إياكنّ، .dan Muttashil (berhubungan) juga terbagi menjadi Rafa’, Nashab,
dan Jarr .Contoh Rafa’(تاء), (نا) قرأتُ, قرأنا. Contoh Nashab, ياء orang yang berbicara, سمعني. كاف (lawan berbicara) misalnya حدثك. Atau هاء (terhadap orang ketiga tunggal) misalnya, أعطيته. Contoh Jarr, Ya (ياء) (orang yg berbicara) misalnya كتبي , Ha هاء (orang ketiga tunggal) misalnya بيتهُ. Kaf كاف (lawan berbicara) misalnya كتابك.
2. Kata Sambung
أسْماءُ المَوْصُولِ seperti الذي (berarti yang untuk sesuatu atau seorang
yang menunjukkan Muzakkar = laki-laki), التي (untuk Muannats atau perempuan), الذينَ (jamak Muzakkar) اللاتي، اللاتِ، اللواتي (jamak muannas).
3. Kata Tanya الاسْتِفْهَامِ , seperti Man=siapa مَنْ (untuk yang berakal), Ma=apa ما (yang tidak berakal) mata=kapan متى (untuk waktu) Aina=di mana أينَ (untuk tempat).
4. Isim yang menunjukkan pada bunyi-bunyian dan
suara, seperti suara bayi dan juga suara binatang, contoh إسَّ وهِسَّ، وهجْ (suara kambing/mengembik), هلا (suara kuda), كِخْ
(suara tangisan
bayi). Dan sebagainya.
5. Isim (kata
benda) yang mengandung arti fi/íl (kata kerja), contohnya, صهْ، مهْ (cukup!), حيَّ (terimalah), أفٍّ (makian), ويْ (makian), هيهاتَ (jauh). Dan lain-lain yang mengandung makna fiíl.
6. Sebagian dari keterangan waktu dan tempat,
contoh إذْ، إذا، الآنَ، حَيْثُ، أمْسِ.
7. Isim yang menunjukkan syarat أسْماءُ الشَّرْط , contoh مَنْ, مهما, متى, حيثما, كيفما, أيْ, أيّانَ.
2. AL I’RAB الإعراب
I,rab adalah
kebalikan dan lawan dari Bina, dimana harakah (baris) akhir dari suatu kata
akan mengalami perubahan yang disebabkan oleh factor-faktor yang merubah
harakah dan kedudukan kata dalam kalimat. Yang mana tanda-tanda I’rab itu
terbagi menjadi dua, ada tanda yang asli dan farí (bukan asli).
Tanda Asli dari
I’rab adalah Dhamma الضمةُ untuk Rafa’, Fatha الفتحةُ untuk Nashab, Kasrah الكسرة untuk Jarr, dan Sukun السكون untuk Jazam. Tanda-tanda ini ada yang dikhususkan untuk Isim
dan Fiíl saja yaitu Rafa’dan Nashab, contohnya dalam kalimat المؤمنُ يتقنُ عمله Rafa’ (dibaca dhamma pada ahir harakatnya) kata Mu’min dan
yutqinu dengan Dhamma, contoh lain dari yang Nashab, إنّ القطارَ لن يغادرَ قبل المساء Nashab Isim Qitara karena dimasuki Inna (huruf Nashab isim dan
rafa’khabarnya) dan Fiíl Yughadir dengan Fatha karena dimasuki oleh haruf
nashab yaitu Lan. Dan dari tanda-tanda I’rab tersebut ada juga yang dikhususkan
terhadap isim yaitu Jarr, contohnya في مسجدِ المدينةِ عالم Kata masjidi dibaca kasrah karena di dahului huruf Jarr dan
kata Madinah di baca kasrah karena Idhafaf. Adapun tanda Jazam dikhususkannya
kepada Fiíl, contohny لم يفزْ بالنجاح كسول kata yafuz di sukunkan karena dimasuki oleh huruf jazam.
Tanda-tanda
Farí dari I’rab yaitu suatu harakat mengganti kedudukan harakat lainnya seperti
kasrah mengganti fatha pada Jamak Muzakkar Salim dan fatha menggantikan kasrah
pada Mamnu’min As sharf. Atau kedudukan harakah digantikan oleh huruf, misalnya
Wau menggantikan dhamma pada jamak muzakkar salim. Dan kesemuanya itu dapat
diperincikan secara garis besarnya (baik harakah yang menggantikan posisi
harakah lainnya maupun huruf yang menggantikan kedudukan dari harakah) di bawah
ini:
A. Harakah yang
menggantikan kedudukan harakah lainnya
1. Jamak
Muannas Salaim (perempuan) جمع المؤنث السالم yaitu yang menunjukkan lebih dari dua (muannats) dengan
menambahkan Alif ألف dan Ta تاء pada akhir katanya. Untuk menjadikan suatu isim mufrad menjadi
jamak muannats salim, maka isim tersebut Pertama: haruslah menunjukkan kepada
nama-nama perempuan, mislanya jamak dari Zainab الزينبا, jamak dari Hindun الهندات , jamak dari Maryam المريمات. Kedua: Isim yang diakhiri dengan tanda-tanda Ta’nits (feminis)
baik Ta , Alif Maqsur dan Mamdud , contohnya فاطمة jamaknya adalah الفاطمات, حمزة jamaknya adalah الحمزات , سماء jamaknya سماوات , كبرى jamaknya كبريات . Ketiga: Isim dalam bentuk Tashgir,
contohnya kata Dirham yang telah di Tashgir menjadi Duraihim maka jamaknya
adalah دُريهمات . Keempat: Isim yang terdiri dari lima
huruf yang belum pernah didengar Jamak Taksirnya (tidak beraturan), misalnya
kata إسطبل (kandang kuda) jamaknya إسطبلات, dan kata حمّام (Wc) jamaknya adalah حمامات . Jamak Muannats Salim ini, apabila kedudukannya Manshub dalam
kalimat maka alamat I’rabnya adalah kasrah menggantikan fatha.
2. Mamnu’Min As
Sharf الممنوع من الصرف Isim yang tidak diikutkan dengan Tanwin atau kasrah, olehnya
itu apabila ia Majrur karena dimasuki oleh salah satu huruf Jarr maka I’rabnya
adalah Majrur dengan Fatha pengganti kasrah. Adapun yang termasuk dalam
Mamnu’Min As Sharf ini adalah, Pertama: nama-nama Ajami seperti إسماعيل، إبراهيم، إسحاق , Kedua: Nama-nama ajam yang terdiri dari dua kata, misalnya حضرموت، بعلبك, Ketiga: Isim yang ditambahkan Alif dan Nun pada akhirnya,
misalnya رضوان، سلمان, Keempat: Isim yang timbangannya menyerupai timbangan Fiíl,
contohnya أحمد، يزيد، يشكر, Kelima: Atu dalam timbangan Fu’al seperti, عُمَر، زُحَل، هُبل، عُصَم, Keenam: Isim yang bertimbangan Fa’laan فَعْلان misalnya غضبان، عطشان ,Ketujuh: Isim yang bertimbangan Afála أفعل misalnya أحمر، أصغر ,Kedelapan: Isim yang di akhir katanya adalah Alif Mamdudah
atau Maqshurah, contohnya حسناء، أصدقاء، أطباء، حبلى، مصطفى ,Kesembilan: Bentuk Muntaha Jumuk, misalnya مساجد، عمائر، دوائر، قناديل. Kata-kata yang termasuk Mamnu’ Min As Sharf ini apabila
dimasuki oleh salah satu huruf Jarr maka hukumnya majrur dengan Fatha pengganti
kasrah, namun apabila ia dimasuki oleh AL atau ia Idhafah (bersandar pada
kalimat lain) maka hukumnya tetap majrur dengan Kasrah, contohnya: في المساجدِ قناديل, karena kata masajid dimasuki oleh AL.
B. Harakah
digantikan oleh Huruf
1. Mutsanna المثنى yaitu yang menunjukkan kepada dua (bernyawa atau tidak
bernyawa), antara tunggal dan jamak. Yang ditambahkan Alif ألف dan Nun نون pada akhir katanya untuk menunjukkan
hukumnya sebagai Marfu’, contohnya رجلان , dan menambahkan Ya ياء dan Nun نون pada akhir katanya yang menunjukkan Jarr
atau Nashab, contohnya رجلين. Adapun untuk mengetahui bentuk-bentuknya
adalah pembahasan dalam Ilmu Sharf.
2. Jamak Muzakkar
Salim جمع المذكر السالم yang menunjukkan tiga atau lebih dengan menambahkan Wau واو dan Nun نون pada kondisi Marfu’ contohnya مسلمون , dan menambahkan Ya ياء dan Nun نون pada kondisi Majrur dan Manshub, contohnya
مسلمين.
3. Asma Sittah الأسماء الستة yaitu أب (bapak), أخ (saudara lk), حم (panan), ذو (yg mempunyai), فو (mulut), هن (sesuatu). Tanda Marfu’nya dengan Wau الواو contohnya حضر أبو علي , Manshub dengan Alif الألف, contoh ورأيتُ أبا علي , dan Majrur dengan Ya الياء contohnya مررتُ بأبي علي. Syarat-syaratnya adalah haruslah tunggal (mufrad) tidak boleh
mutsanna (dua) dan Jamak. Syarat lainnya adalah harus Idhafah, contohnya حضر أبوه. Dan tidak boleh jika bentuknya tashgir, contohnya أّخيُّه صغير.
C. I’rab dengan
menghapus atau menghilangkan huruf
1. Al Af’al Al
Khmasa الأفعال الخمسة yaitu setiap Fi’il yang berhubungan dengan Alif Itsnain
(mutsanna), atau Ya Al Mukhatabah, atau Wau Jama’ah. Dinamakan Af’al Khamsa
karena bentuknya ada lima yaitu, تفعلان، يفعلان، تفعلين, يفعلون، تفعلون. Hukum I’rab Fi’il yang lima ini adalah menghilangkan huruf Nun
nya apabila Ia Mnshub atau Majzum, contohnya هذه الدار يريد التاجران أن يشتريا dihilangkan Nun pada kata Yasytariyani karena manshub dengan
huruf nashb. Atau majzum karena dimasuki oleh huruf jazm seperti contoh di
bawah ini لا تشتريا هذه الأرض.
2. Mudhari’
Mu’tal Akhir, yaitu fi’il mudhari’ yang huruf akhirnya adalah huruf Illat
(alif, wau dan ya). Apabila ia berada pada posisi Majzum maka hukumnya adalah
majzum dengan menghapus huruf illatnya, contohnya يدعو dan يخشى apabila dimasuki oleh huruf jazm لم يدعُ أحدا dihilangkan huruf wau nya خالد لم يخشَ أعداءه. Dihilangkan huruf ya nya.
Macam-macam I’rab
Macam-macam I’rab
I’rab terbagi
menjadi tiga macam, yaitu I’rab Dhahir (nampak) إعراب ظاهر, I’rab Muqaddar (tersembunyi) إعراب مقدر dan I’rab Mahalli إعراب محلي (berdasarkan tempat dan kedudukan dalam kalimat).
I’rab Dhahir إعراب ظاهر adalah nampak dan terlihatnya tanda-tanda I’rab seperti kasrah,
dhamma dan fatha pada akhir suatu kata, contohnya في المساجدِ dimana terlihat dengan jelas kasrah pada kata masajidi. I’rab
Muqaddar yaitu tidak nampaknya tanda-tanda I’rab dengan jelas pada akhir kata
disebabkan oleh beratnya lidah untuk menyebutkannya atau terdapat uzur dalam
penyebutan atau karena maksud menempatkannya pada suatu posisi dengan harakat
yang sesuai ataupun karena dimasuki oleh huruf jarr tambahan (zaid). Dan semua
itu terdapat pada:
a. Isim
Manquush الاسم المنقوص yaitu isim yang diakhiri dengan huruf Ya dan huruf sebelumnya
kasrah, contoh القاضي muqaddar atas dhamma dan kasrah karena
berat penyebutannya.
b. Isim Maqshur
الاسم المقصور yaitu isim yang diakhiri dengan Alif dan huruf sebelumnya
adalah fatha, contohnya الفتَى dalam kalimat حضر الفتى atau ومررتُ بفتىً I’rabnya adalah dengan menyembunyikan semua harakatnya karena
ada uzur.
c. Isim yang
disandarkan kepadanya Ya Mutakallim, contohnya كتابي semua harakatnya disembunyikan karena kedudukannya dengan
harakat yang sesuai.
d. Isim yang
dijarr dengan huruf jarr tambahan, contohnya ما حضر من أحدٍ.
e. Fi’il
Mudhari’ yang huruf akhirnya adalah huruf illat, baik huruf akhirnya adalah Ya
dan sebelumnya kasrah misalnya يمشي، يبني , ataukah huruf akhirnya adalah Wau sebelumnya dhamma,
contohnya يدعو، يغزو, maupun huruf akhirnya Alif dan fatha sebelumnya, misalnya يرعى، يخشى, maka tanda I’rabnya adalah muqaddar karena ada uzur yang
menghalangnya.
I’rab Mahalli إعراب محلي yang berdasarkan tempat dan kedudukan suatu isim dalam kalimat,
dan kebanyakan terdapat pada semua isim yang mabni, contoh dari kata penunjuk هذا كريم , contoh dari kata penghubung أكرمت الذي نجح.
Nakirah (النكرة) dan Ma’rifat (المعرفة)
Nakirah (النكرة) dan Ma’rifat (المعرفة)
Nakirah (النكرة) adalah yang tidak dimaksudkan kepada sesuatu yang tertentu
atau dengan kata lain nakirah adalah sesuatu yang belum tentu dan pasti, contohnya
kata manusia (إنسان) dan laki-laki (رجل) apabila kedua kata tersebut belum jelas ketentuannya, manusia
yang manakah atau lelaki yang mana. Sedangkan Ma’rifat (المعرفة) adalah susatu yang pasti dan dimaksudkan kepada susuatu yang
tertentu, yang terbagi menjadi tujuh bagian yaitu Dhamir, álam, kata penunjuk,
kata penghubung, kata yang ber alif lam (أل), bersandar pada ma’rifah , munada (panggilan=dimasuki oleh
huruf nida).
Dhamir (ضمائر) adalah kata yang menunjukkan kepada mutakallim (orang
pertama tunggal) atau mukhatab (lawan berbicara) dan ghaib (orang ketiga). Yang
terbagi menjadi dhamir Munfashil (terpisah) yaitu dhamir yang boleh dimulai
dengannya pada awal kalimat atau terletak setalh Illa (kecuali). Dan dhamir
muttashil (bersambung) yaitu dhamir yang bersambungan dengan kata lain, contoh
dhamir munfashil, saya (أنا), kamu laki-laki (أنتَ), kami/kita (نحن), dia laki-laki (هو), dia perempuan (هي), mereka (هم) kesemuanya adalah dhamir muttashil yang
menempati kedudukan rafa’/marfu’dalam kalimat, adapaun yang menempati nashab
yaitu saya (إيّاي), kamu (إيّاكَ), mereka (إياهم) dst. Contoh dhamir muttashil, Ta yang
menunjukkan saya (تاء= قرأتُ), Na menunjukkan kita (=قرأنا نا) dan seterusnya.
Al ‘alam (العلم) adalah kata yang menunjukkan sesuatu pada zatnya yang meliputi Kunyah (gelar) yaitu kata yang dimulai dengan ibn, abu atau umm, contohnya (أبو بكر), (ابن الوردي), (أم المؤمنين). Laqab (gelar) yang menunjukkan kebaikan atau memuji dan keburukan atau penghinaan, contohnya (الفاروق =yang dapat membdakan baik dan buruk) dan (الأعشى =yang cacat matanya). Ataupun nama-nama orang selain kuniyah dan laqab, baik yang tunggal maupun yang tersusun dari dua kata, contohnya (أحمد), (هند), (مكة), dan (عبدالله).
Kata penunjuk (اسم الإشارة) yaitu kata yang menunjukkan pada sesuatu yang tertentu baik dekat ataupun jauh, contoh (هذا =ini lk), (هذ ه =ini pr), (ذلك =itu lk) dan (تلك =itu pr).
Al ‘alam (العلم) adalah kata yang menunjukkan sesuatu pada zatnya yang meliputi Kunyah (gelar) yaitu kata yang dimulai dengan ibn, abu atau umm, contohnya (أبو بكر), (ابن الوردي), (أم المؤمنين). Laqab (gelar) yang menunjukkan kebaikan atau memuji dan keburukan atau penghinaan, contohnya (الفاروق =yang dapat membdakan baik dan buruk) dan (الأعشى =yang cacat matanya). Ataupun nama-nama orang selain kuniyah dan laqab, baik yang tunggal maupun yang tersusun dari dua kata, contohnya (أحمد), (هند), (مكة), dan (عبدالله).
Kata penunjuk (اسم الإشارة) yaitu kata yang menunjukkan pada sesuatu yang tertentu baik dekat ataupun jauh, contoh (هذا =ini lk), (هذ ه =ini pr), (ذلك =itu lk) dan (تلك =itu pr).
Kata penyambung
(الاسم الموصول) yaitu kata yang menunjukkan pada susuatu yang tertentu
yang berhubungan, contohnya (الذي =yang lk) dan (التي =yang pr).
Alif Lam (أل) yaitu isim nakirah yang dimasuki oleh alif dan lam, dan
menjadikan sesuatu itu menjadi tertentu (ma’rifat), contohnya kata buku (كتاب) yang belum diketahui buku yang mana maka ditambahkan alif dan
lam guna menunjukkan buku tertentu menjadi (الكتاب).
Isim yang disandarkan pada isim ma’rifah yaitu isim nakirah didhafkan (disandarkan) pada isim ma’rifat yang menyebabkan isim tersebut menjadi ma’rifat, contohnya (هذا كتاب عليٍّ =ini bukunya Ali), kata kitab dalam contoh ini adalah nakirah namun karena diidafhkan pada isim ma’rifat yaitu Ali maka kata kitab dengan sendirinya menjadi ma’rifat.
Munada (لمنادى) yaitu memanggil dengan maksud menentukannya sehingga ia menjadi ma’rifat, contohnya (يا بائعُ) dan (يا عبدَاللهِ).
I’rab Fi’il Mudhari’
Isim yang disandarkan pada isim ma’rifah yaitu isim nakirah didhafkan (disandarkan) pada isim ma’rifat yang menyebabkan isim tersebut menjadi ma’rifat, contohnya (هذا كتاب عليٍّ =ini bukunya Ali), kata kitab dalam contoh ini adalah nakirah namun karena diidafhkan pada isim ma’rifat yaitu Ali maka kata kitab dengan sendirinya menjadi ma’rifat.
Munada (لمنادى) yaitu memanggil dengan maksud menentukannya sehingga ia menjadi ma’rifat, contohnya (يا بائعُ) dan (يا عبدَاللهِ).
I’rab Fi’il Mudhari’
I’rab Fi’il
Mudhari’ ada tiga yaitu Nashab, Jazam dan Rafa’. Dinashabkan Mudhari’ apabila
dimasuki oleh salah satu dari huruf Nashab yaitu, An أنْ contohnya وَمَا كَانَ لِنَفْسٍ أَنْ تَمُوتَ , Lan لن, contohnya قُل لَّن يُصِيبَنَا إِلاَّ مَا كَتَبَ اللّهُ , Izan إذن contohnya أريد أن أزورك. إذن أُكرمَك , Kay كي, contohnya فَرَدَدْنَاهُ إِلَى أُمِّهِ كَيْ تَقَرَّ عَيْنُهَا. Fi’il Mudhari’ juga dinashabkan dengan An yang tersembunyi
setelah Lam لِتَغْفِرَ لَهُمْ, atau Hatta حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ, atau Fa sababiah لم تعملْ فتكسبَ, atau Athaf kepada isim sebelumnya.
Fi’il Mudhari’
itu Majzum apabila didahului oleh salah satu dari pada huruf jazam, yaitu Lam لم dan Lamma لمّا,contohnya لم يسافرْ زيد، لما يعُدْ عليٌّ. Lam لام الأمر yang menunjukan perintah, contoh لتحكمْ بين الناس بالعدلِ. La لا الناهية yang menunjukkan larangan, contohnya لاَ تُبْطِلُواْ صَدَقَاتِكُم بِالْمَنِّ وَالأذَى. Dan Fi’il Mudhari’ juga majzum apabila di masuki oleh salah
satu dari huruh Syarth.
Apabila Fi’il
Mudhari’ kosong dari huruf Nashab dan Jazam maka I’rabnya tetaplah Rafa’/
marfu’.
0 comment
What do you think about this post?