Tauhid Islam
TAUHID
Tauhid ialah meyakini bahwa Allah SWT
itu Esa, tiada sekutu bagiNya. Maksudnya ialah meyakini bahwa Allah SWT adalah
satu-satunya Rabb (Pencipta, Pemilik, dan Pemelihara) segala sesuatu. Dialah satu-satunya
yang berhak disembah, segala sesembahan selain Dia adalah batil. Dia memiliki
segala sifat kesempurnaan serta bersih dari segala cacat dan kekurangan.
1. Tauhid yang diserukan oleh para Rasul dan
termaktub di dalam kitab-kitab suci
a.
Tauhid dalam tataran pengetahuan (ma’rifat) dan penetapan (itsbat)
Disebut dengan tauhid rububiyah wal asma’ wash shifat. Yakni,
mengesakan Allah dalam hal nama, sifat dan tindakanNya.
“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia dan Dialah Yang Maha
Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. Asy-Syura: 11)
b.
Tauhid dalam tataran tujuan (Qasd) dan Permintaan (Thalab)
Disebut dengan tauhid uluhiyah wal ibadah. Yakni,
menjadikan Allah sebagai satu-satunya tujuan ibadah, dalam segala bentuknya,
contohnya berdoa, shalat, takut (khauf), berharap (raja’), dll.
“Dan barang siapa menyembah tuhan yang lain di samping Allah, padahal
tidak ada satu dalil pun bagiNya tentang hal itu maka sesungguhnya
perhitungannya di sisi Tuhannya. Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tiada
beruntung.” (QS. Al- Mukminun: 117)
Tauhid ini banyak diingkari oleh
makhluk, karena itu Allah SWT mengutus para Rasul kepada umat manusia dan
menurunkan kitab-kitab suci agar mereka menyuruh manusia menyembah Allah semata
dan tidak menyembah selain Dia.
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk
menyerukan), ‘Sembahlah Allah (saja) dan jauhilah thagut itu.” (QS.
An-Nahl: 36)
2. Hakikat Tauhid
Manusia harus melihat bahwa
segala sesuatu itu berasal dari Allah SWT. entah itu nasib baik dan buruk,
untung dan rugi, dan lainnya adalah berasal dari Allah SWT semata , bukan dari
selainNya.
Buah dari hakikat tauhid adalah
tawakkal (berserah diri) kepada Allah SWT semata. Tidak mengeluh dan mencaci
maki makhluk, melainkan bersikap ridha terhadap ketentuan Allah SWT.
3. Keagungan Kalimat Tauhid (Laa Ilaaha illa
Allah)
Dari
Abdullah bin Amr bin Ash ra. bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya tatkala Nabiyullah Nuh as.
dijemput kematiannya, dia berkata kepada putranya: ‘Sesungguhnya aku
menyampaikan wasiat (pesan) padamu: Aku menyuruhmu (untuk melakukan) dua hal;
dan melarangmu (melakukan) dua hal. Aku menyuruhmu (untuk berpegang) kepada ‘Laa
Ilaaha illa Allah’ (tiada tuhan yang berhak disembah selain Allah). Karena seandainya
tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi diletakkan di salam satu piring
timbangan dan ‘Laa Ilaaha illa Allah’ diletakkan dalam satu piring lainnya,
niscaya mereka akan dikalahkan oleh ‘Laa Ilaaha illa Allah.’ Dan seandainya
tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi itu adalah lingkaran misteri, niscaya
akan dipecahkan oleh ‘Laa Ilaaha illa Allah’ dan ‘Subhanallah wa
bihamdih.’ Karena sesungguhnya (‘Laa Ilaaha illa Allah’) itu adalah shalatnya
segala sesuatu dan dengan itu (pula) segenap makhluk mendapatkan rizkinya. Dan aku
melarangmu (berbuat) syirik dan sombong…” (Hadis shahih. HR. Ahmad
(no.6583); HR. Al-Bukhari dalam Kitab Al-Adab
Al-Mufrod (no.558); Shahih Al-Adab
Al-Mufrod (no.426); As-Silsilah
As-Shahihah karya Syaikh AL-Albani (no.134)
4. Konsekuensi Kalimat Tauhid (kalimat
syahadat)
a.
Orang tersebut harus mewujudkan segala
persyaratan syahadat, yaitu:
·
‘ilmu (mengetahui) : orang yang bersaksi dengan Laa Ilaaha illa Allah harus memahami
dengan hatinya apa yang diikrarkan oleh lisannya.
·
Yaqin (yakin) : orang yang mengikrarkannya harus
meyakini kandungan syahadat itu.
·
Qabul (menerima) : menerima kandungan dan
konsekuensi syahadat
·
Inqiyad (tunduk dan patuh dengan kandungan makna
syahadat)
·
Siddiq (jujur) : mengucapkan kalimat tauhid dan
hatinya juga membenarkan.
·
Ikhlas : membersihkan amal dari segala debu
syirik, dengan jalan tidak mengucapkannya karena menginginkan isi dunia.
·
Mahabbah (kecintaan) : mencintai kalimat tauhid
serta isinya, juga mencintai orang-orang yang mengamalkan konsekuensinya.
b.
Menegakkan kalimat Laa Ilaaha illa Allah, meninggalkan ibadah kepada selain Allah
c.
Menegakkan konsekuensi Muhammad SAW., yakni
menaati, membenarkan sunnah Nabi SAW., meninggalkan apa yang dilarang dan
mengamalkan apa yang dituntunkan.
d.
Menghindarkan diri dari segala sesuatu yang
dapat membatalkan syahadat, seperti syirik dan percaya pada tukang sihir atau
dukun ramal.
5. Macam-macam Tauhid
a.
Tauhid Rububiyah: “Yaitu kepercayaan bahwasanya Allah Swt adalah pencipta, pengatur, dan
pemelihara seluruh alam semesta dengan ilmuNya dan kekuasaanNya sebagaimana
yang dikehendakiNya.” ( penjelasan Syaikh bin Abdul Aziz bin Abdullah bin
Baz)
b.
Tauhid Uluhiyah: “Kepercayaan bahwasanya Allah Swt adalah Tuhan yang hak (benar) dan
yang paling berhak untuk disembah, dengan menyucikanNya dari segala sekutu
karena dialah yang menciptakan makhluk, yang berbuat baik terhadap mereka dan
yang menanggung rizki mereka.” (
penjelasan Syaikh bin Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz)
c.
Tauhid Mulkiyah: mengimani Allah sebagai
satu-satunya raja yang berdaulat bagi seluruh alam, atau bisa juga disebut
sebuah pandangan bahwa Allah Swt. sebagai satu-satunya zat yang menguasai alam
semesta ini dengan penuh penetapan dan peraturan atas kehidupan, tidak ada
sekutu atas kekuasaan Allah Swt. di alam semesta ini.
d.
Tauhid Rahmaniyah: rahman adalah suatu sifat
yang ditonjolkan Allah dalam memperkenalkan diriNya sebgaimana kita menemukan
pada awal tiap surah yang kit abaca dalam Al-Qur’an, yang intinya bahwa rahman
(kasih sayang) Allah sangat luas yang meliputi alam semesta.
e.
Tauhid Al-Asma’ wa Sifat: pengesaan Allah dalam
nama-nama dan sifat-sifat bagiNya, dengan menetapkan semua nama-nama dan
sifat-sifat yang Allah sendiri menamai dan menyifati diriNya di dalam KitabNya
(Al-Qur’an) dan sunah NabiNya.
6. Tauhid Rububiyah
dan Tauhid Uluhiyah saling
menyertai
Tauhid rububiyah harus disertai dengan tauhid uluhiyah. Orang yang mengakui bahwa Allah SWT adalah satu-satunya
Rabb Yang Maha Pencipta, Maha Memiliki, dan Maha Memberi rizki harus mengakui
pula bahwa Dia adalah satu-satunya Tuhan yang berhak disembah.
Begitu pula sebaliknya, Tauhid uluhiyah harus disertai dengan tauhid rububiyah. Jadi, orang yang menjadikan
Allah SWT sebagai satu-satunya sesembahan ia harus pula memiliki keyakinan
bahwa Dia adalah Rabbnya yang menciptakan dan memiliki dirinya.
7. Keutaman Tauhid
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan
kezhaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapatkan keamanan dan
mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-Anaam: 82)
Dari Anas bin Malik ra. Ia berkata:
“aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Allah
SWT. berfirman: ‘Hai anak Adam, sesungguhnya selama kamu memanjatkan doa
kepadaKu dan menaruh harapan padaKu maka Aku akan mengampunimu menurut apa yang
ada di dalam dirimu dan Aku tidak peduli. Hai anak Adam, seandainya dosa-dosamu
mencapai ketinggian langit, kemudian kamu memohon ampun kepadaKu, niscaya Aku
akan mengampunimu dan Aku tidak peduli. Hai anak Adam, sesungguhnya jika kamu dating
kepadaKu dengan membawa dosa sebesar bumi, kemudian kamu bertemu denganKu
sedangkan kamu tidak menyekutukanKu dengan sesuatu, niscaya Aku akan memberimu
ampunan sebesar bumi pula.” ( Hadis
Shahih. At-Tirmidzi (no.3540), Shahih
Sunan At-Tirmidzi (No.2805)
8. Balasan bagi orang yang bertauhid
“Dan sampaikanlah berita gembira kepada
mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan Surga-Surga
yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rizki buah-buahan
dalam Surga-Surga itu, mereka mengatakan, ‘Inilah yang pernah diberikan kepada
kami dahulu.’ Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di
dalamnya ada istri-istri yang suci dan mereka kekal di dalamnya.” (QS.
Al-Baqarah: 25)
9. Kesempurnaan Tauhid
Tauhid tidak bisa
terwujud secara sempurna, kecuali dengan mengabdi hanya kepada Allah SWT, tidak
menyekutukanNya dengan sesuatu, serta menjauhi thagut.
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk
menyerukan), ‘Sembahlah Allah (saja) dan jauhilah thagut itu.” (QS.
An-Nahl: 36)
10. Thagut dan macamnya
Thagut ialah segala sesuatu yang
melampaui batas kewenanganNya, thagut banyak sekali jumlahnya, tetapi induknya
ada lima, yaitu: 1. Iblis, 2. Orang yang rela disembah manusia, 3. Orang yang
menyuruh manusia untuk menyembah dirinya, 4. Orang yang mengaku mengetahui
perkara ghaib, dan 5. Orang yang berhukum kepada selain hokum Allah SWT.
Untuk lebih jelasnya, silakan
tanyakan kepada ustadz yang lebih tahu dari fina yang masih belajar ini :3 Oh
ya, untuk merefresh iman kita, sering-seringlah mengucapkan ‘Laa Ilaaha illa
Allah’ J Yuk,
bertauhid!Laa Ilaaha illa Allah ^^)b
Source:
·
Ensiklopedi Islam Kaffah ditulis oleh Syaikh
Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah At-Tuwaijiri dan diterjemahkan Najib Junaidi
& Izzudin Karimi, Juli 2012
·
Buku LKS Akidah Akhlak kelas X SMA/MA terbitan
Fitrah
·
Picture by me
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Dapat didownload disini
Cara download:
1. Klik tulisan 'disini' di atas
2. Silang laman yang tidak perlu, tunggu loading sebentar
3. Tekan 'Skip Ad'
4. Download file drive di tanda unduh (panah ke bawah ↓) di pojok kanan atas laman google drive
5. Selesai, tinggal cek di folder download
❤❤❤
With Love,
Fina Sarah Adhari
Ig: finasaadha
Twitter: finasaraha_13
0 comment
What do you think about this post?