Pengaruh Modernisasi Penggunaan Alat Mesin Pertanian Terhadap Hasil Produksi Padi dan Kesejahteraan Petani di Desa Telagawaru
KATA
PENGANTAR
Alhamdulillah wasyukurillah, segala puji dan syukur terpanjatkkan
ke hadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah serta karunianya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan paper Sosiologi Pedesaan ini.
Shalawat serta salam tercurahkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW yang
telah membawa kita dari alam kegelapan menuju alam terang benderang yakni
addinul islam.
Adapun judul dari paper Sosiologi Pedesaan adalah “Pengaruh Modernisasi Penggunaan Alat Mesin
Pertanian Terhadap Hasil Produksi Padi dan Kesejahteraan Petani di Desa
Telagawaru.” Dalam
kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada Dosen mata kuliah
Sosiologi Pedesaan yang selalu membimbing dan mengajar serta semua pihak yang
membantu dalam melaksanakan praktikum dan dalam menyusun laporan ini.
Paper ini masih sangat jauh dari kesempurnaan oleh karena itu
kritik serta saran yang membangun penulis harapkan untuk penyempurnaan Laporan
akhir ini. Sebagai manusia biasa penulis merasa memiliki banyak kesalahan, oleh
karenanya penulis mohon maaf sebesar-besarnya untuk kelancaran penyelesaian
laporan ini, atas perhatian dari semua pihak yang membantu penulisan ini saya
ucapkan terimakasih. Semoga paper ini
dapat dipergunakan sebaik mungkin.
Telagawaru, 11 Juli 2018
Penulis
BAB I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sektor pertanian berperan penting terhadap perekonomian
Indonesia karena Indonesia termasuk negara wilayah agragris. Bidang pertanian
akan menjadi kekuatan besar bila dikelola secara tepat. Modernisasi dalam bidang
pertanian akan membawa dampak yang baik bagi produksi pertanian. Jika kondisi
pertanian di Indonesia sudah baik maka kebutuhan, peningkatan kesempatan kerja,
bahan baku industri dan ekspor produk pertanian ke luar negeri diharapkan dapat
terjamin dan berkesinambungan. Proses produksi bisa berlangsung tanpa campur
tangan manusia yang dapat dilihat pada tumbuhan liar dimana hal tersebut belum
disebut pertanian. Turut sertanya manusia dalam perkembangan tumbuhan dan hewan
sehingga menjadikan pertumbuhan tersebut menjadi lebih sesuai dengan kemauan
dan kebutuhan disebut dengan pertanian. Contohnya adalah pertanian padi yang
harus mengikutkan manusia dalam proses produksinya.
Desa sebagai tempat untuk menetap atau bermukim
memegang erat hubungannya dengan pertanian. Untuk masyarakat desa, tanah
pertanian sangat penting artinya bagi kehidupan mereka. Masyarakat desa yang
tradisional masih menggunakan teknologi yang rendah sedangkan masyarakat desa
yang telah maju telah menggunakan mesin (teknologi pertanian modern) dan usaha
taninya bersifat komersial.
Kehidupan
masyarakat pedesaan sangat berbeda dengan masyarakat kota. Nilai sosial pada
masyarakat desa masih sangat kental dan terlihat seperti kegiatan
gotong-royong. Penduduk desa menghabiskan waktu senggang dengan berkumpul
bersama tetangga. Kepadatan atau jumlah penduduk di desa lebih rendah dibanding
dengan kepadatan penduduk di kota. Lahan di desa relatif luas dibandingkan
dengan jumlah penduduknya. Lahan yang relatif luas sebagian besar digunakan
untuk lahan pertanian. Mata pencaharian di desa cenderung homogen dan agraris.
Kemajuan teknologi di wilayah desa kurang berkembang. Hal ini disebabkan
masyarakat desa masih menggunakan peralatan tradisional. Seluruh alat dan
sistem yang digunakan di desa masih sederhana.
Modernisasi dalam ilmu sosial merujuk pada
sebuah bentuk transformasi dari keadaan yang kurang maju atau kurang berkembang
ke arah yang lebih baik. Modernisasi merupakan hasil kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Modernisasi di bidang pertanian di Indonesia di tandai dengan
perubahan yang mendasar pada pola-pola pertanian, dari cara-cara tradisional
menjadi cara-cara yang lebih maju. Perubahan-perubahan tersebut meliputi
beberapa hal, antara lain dalam pengelolahan tanah, penggunaan bibit unggul,
penggunaan pupuk, pengunaan sarana-sarana produksi pertanian, dan pengaturan
waktu panen. Pengenalan terhadap pola yang baru dilakukan dengan pembenahan
terhadap kelembagaan-kelembagaan yang berkaitan dengan pertanian, seperti,
kelompok Tani, KUD, PPL, Bank Perkreditan, P3A, dan sebagainya. Selanjutnya
ditetapkan pola pengembangan dalam bentuk, usaha ekstensifikasi, intensifikasi
dan diversifikasi.
Alsintan merupakan suatu teknologi yang mampu meminimalisir semua
faktor faktor produksi dalam melakukan suatu
usaha tani, diantaranya adalah segi waktu, tenaga, bertujuan untuk meningkatkan
produksi dalam setiap pemanenan padi. Demikian halnya dengan pertanian padi di Desa Telagawaru yang tentunya sangat
memerlukan alsintan guna membantu petani
dalam melakukan usaha taninya.
Akan tetapi dengan hadirnya alsintan ini ada suatu hal yang perlu
dicermati pada fenomena ini, karena didalam melakukan proses usaha taninya
petani sudah lebih dominan menggunakan tenaga mesin. Maka perlu dikaji nantinya
apakah benar dengan adanya alsintan ini mampu membuat produksi padi semakin
meningkat, apakah produksi padi ini meningkat secara signifikan atau tidak dan
apakah program ini hanya sebagai suatu
program pemberdayaan yang membuat
masyarakat petani menjadi sejahtera.
Berdasarkan uraian ini, maka penulis tertarik melakukan kajian dengan judul “Pengaruh Modernisasi Alat Mesin
Pertanian Terhadap Hasil Produksi Padi dan Kesejahteraan Petani di Desa
Telagawaru.”
1.2
Permasalahan dan Rumusan Masalah
Masalah yang terdapat di Desa Telagawaru adalah rendahnya
pendidikan penduduk sehingga proses pembangunan pertanian sulit dilakukan
karena kurangnya pengetahuan petani dalam mengembangkan pertanian, petani juga
sulit membuka diri untuk mencoba hal yang baru sehingga teknik bertani modern
sulit diterapkan. Alat mesin pertanian juga masih sulit digunakan karena
keterbatasan dana sehingga para petani masih menyewa alat mesin pertanian.
Hingga saat ini telah banyak program, kegiatan maupun fasilitas
yang diberikan pemerintah kepada petani maupun ke lembaga tertentu yang
membutuhkan seperti bantuan pertemuan, pelatihan permodalan, teknologi dan
sarana prasarana, meskipun begitu tanggapan dari petani beragam. Berdasarkan
pengamatan peneliti di lapangan bahwa setiap adanya pertemuan antara petani
dengan penyuluh tentang pengolahan Alsintan, masih banyak petani yang acuh tak
acuh dalam menanggapinya, sehingga belum sepenuhnya petani mengetahui arti
pentingnya Alsintan terhadap usaha tani.
Salah satu program yang berjalan adalah pemberian alat teknologi
pertanian, pemberian teknologi pertanian ini memanglah sangat bagus guna
membantu petani dalam mengusahakan usaha taninya. Namun perlu juga dikaji sudah
sejauh mana fungsi dari alsintan ini bagi petani, dan apakah sudah berdampak
signifikan bagi peningkatan produksi. Sehingga apa yang terkandung dalam aspek
pemberdayaan itu nantinya bisa terwujud, yaitu memandirikan masyarakat itu
sendiri dan menjadikan masyarakat itu menjadi berdaya.
Berdasarkan permasalahan tersebut untuk memudahkan kajian maka
penulis merumuskan pertanyaan-pertanyaan kajian sebagai berikut:
1.
Bagaimana
modernisasi tekonologi alsintan yang terjadi di masyarakat Desa Telagawaru?
2.
Bagaimana
hubungan tekonologi alsintan terhadap produktivitas padi di masyarakat Desa
Telagawaru?
3.
Bagaimana
pengaruh modernisasi penggunaan alat
mesin pertanian terhadap hasil produksi padi dan kesejahteraan petani di Desa
Telagawaru?
1.3
Tujuan Kajian
Berdasarkan
rumusan masalah di atas, maka tujuan kajiannya dapat disusun sebagai berikut:
1.
Untuk
mengetahui modernisasi tekonologi alsintan yang terjadi di masyarakat Desa
Telagawaru?
2.
Untuk
mengetahui hubungan tekonologi alsintan terhadap produktivitas padi di
masyarakat Desa Telagawaru?
3.
Untuk
mengetahui pengaruh modernisasi
penggunaan alat mesin pertanian terhadap hasil produksi padi dan kesejahteraan
petani di Desa Telagawaru?
1.4
Manfaat Tulisan
Hasil kajian ini diharapkan dapat berguna baik secara teoretis
maupun secara praktis. Ada beberapa hal yang dapat dipandang sebagai manfaat
positif dengan mengangkat kajian ini, diantaranya:
1.
Kegunaan
Akademis (Teoretis)
Kajian ini diharapkan dapat berguna bagi pengembangan pengetahuan
ilmiah dalam bidang pertanian, khususnya konsep-konsep tentang pengaruh sosial
dan perubahan sosial akibat modernisasi, serta pembangunan pertanian. Disamping
itu, kajian ini dapat dijadikan titik tolak untuk kajian selanjutnya yang lebih
mendalam terutama tentang modernisasi pembangunan pertanian.
2.
Kegunaan
Praktis (Sosial)
Secara praktis, kajian ini berguna untuk memberikan gambaran kepada
masyarakat desa mengenai pengaruh modernisasi alat mesin pertanian terhadap hasil
pertanian dan kesejahteraannya juga dapat dijadikan pedoman untuk mengatur cara
bertani sesuai dengan perkembangan modernisasi, serta memberikan sumbangan
kepada aparat pemerintah setempat agar dapat membantu memecahkan permasalahan pertanian
yang terjadi di masyarakat desa.
BAB II. METODE KAJIAN
2.1
Cara Pengumpulan Data dan
Informasi
Cara pengumpulan data dan informasi yang penulis gunakan dalam
kajian ini adalah data sekunder atau data tersedia dimana penulis memperoleh data tidak secara langsung dari objek kajian
melainkan dari data yang sudah dikumpulkan oleh pihak lain dengan berbagai cara
atau metode dalam hal ini artikel, e-book, dan referensi dari internet yang
berkaitan dengan tema dan judul kajian, serta data pendukung yang diperoleh
dari kantor Desa Telagawaru.
2.2
Lokasi Kajian
Kajian ini berlokasi di Desa Telagawaru, Kecamatan Labuapi,
Kabupaten Lombok Barat.
2.3
Metode Analisis
Metode analisis yang penulis gunakan dalam kajian ini adalah metode
analisis deskriptif dan metode analisis statistika. Analisis data merupakan
proses yang bertujuan untuk menyederhanakan suatu data yang sudah diperoleh
supaya data yang diperoleh dapat lebih mudah dibaca, dimengerti dan diinterpretasikan.
Analisis data deskriptif
merupakan metode analisis yang dipakai
untuk menganalisis data dengan mendeskripsikan atau menggambarkan data-data
yang sudah dikumpulkan seadanya dalam bentuk tabel, grafik, diagram, dan lainnya
tanpa ada maksud membuat generalisasi dari hasil penelitian. Analisis data statistika adalah metode cara-cara mengumpulkan
data atau fakta, mengolah, menyajikan, dan menganalisa, penarikan kesimpulan
serta pembuatan keputusan yang cukup beralasan berdasarkan fakta dan
penganalisaan yang dilakukan.
BAB III. GAMBARAN UMUM DESA
3.1
Keadaan Geografis
Desa Telagawaru merupakan salah satu desa dari dua belas desa yang
ada di Kecamatan Labuapi dengan luas
2249
53 Ha dan
terdiri dari empat dusun yaitu dusun Telagawaru, Paokkambut, Bumi Harapan
Permai, dan dusun Gubuk Ide. Jarak tempuh dari Desa Telagawaru ke Ibu Kota Provinsi adalah 5 km sama halnya dengan jarak tempuh ke Ibu Kota
Kabupaten yaitu 5 km, sementara jarak
ke Ibu Kota Kecamatan adalah 3 km ke
arah selatan.
Batas wilayah Desa
Telagawaru meliputi:
1. Sebelah Utara :
Desa Terong Tawah
2. Sebelah Selatan :
Desa Banyumulek
3. Sebelah Barat :
Desa Karang Bongkot
4. Sebelah Timur :
Desa Labuapi
Gambar 1. Peta Desa Telagawaru
(Sumber: Google Maps)
Keadaan iklim di Desa Telagawaru meliputi curah hujan yang mencapai
2000 mm/th dan suhu rata – ratanya adalah
30oC. Desa Telagawaru berada di ketinggian 5 – 50 meter
di atas permukaan laut dan bentang
wilayahnya dalam bentuk datar.
Sebagaimana desa-desa lain di wilayah Indonesi, Desa Telagawaru mempunyai Iklim
kemarau dan penghujan, hal tersebut mempunyai pengaruh langsung terhadap pola
tanam yang ada di Desa Telagawaru Kecamatan Labuapi.
Penggunaan tanah di Desa Telagawaru sebagian besar diperuntukan
untuk tanah pertanian sawah sedangkan sisanya untuk tanah kering yang merupakan
bangunan dan fasilitas-fasilitas lainnya. Desa Telagawaru berdasarkan fakta
geografis merupakan desa pertanian (agraris) tetapi sebagian besar pemilik
lahan pertanian di Desa Telagawaru merupakan hak milik/dikuasai oleh warga yang
berasal dari luar wilyah Desa Telagawaru sehingga penduduk yang bermata pencaharian sebagai
petani sangat minim.
3.2
Keadaan Demografis Penduduk
Penduduk adalah semua orang yang berdomisili di wilayah geografis
Republik Indonesia selama 6 bulan atau lebih dan atau mereka yang berdomisili
kurang dari 6 bulan tetapi bertujuan untuk menetap. Penggolongan jumlah
penduduk berdasarkan gender karena gender merupakan indikator perbedaan antara
perempuan dan laki-laki yang bersifat bawaan dari tuhan.
Tabel
1. Data Penduduk Desa Telagawaru Berdasarkan
Gender
No.
|
Indikator
|
Jumlah Tahun 2017
|
1.
|
Jumlah Penduduk
|
5.572
|
2.
|
Jumlah Laki-Laki
|
2.796
|
3.
|
Jumlah Perempuan
|
2.776
|
4.
|
Jumlah Kepala Keluarga
|
1.689
|
5.
|
Jumlah Rumah Tangga Miskin
|
746
|
Dari tabel di atas diperoleh jumlah penduduk Desa Telagawaru menurut
data di Kantor Desa Telagawaru tahun 2017 adalah 5.572 jiwa terdiri dari 2.796
laki-laki dan 2.776 perempuan sehingga dapat disimpulkan bahwa jumlah penduduk laki-laki
lebih banyak 20 jiwa daripada jumlah penduduk perempuan, serta jumlah Kepala
Keluarga (KK) yaitu sebanyak 1.689 jiwa itu berarti
sebesar 30,3% penduduk Desa Telagawaru adalah Kepala Keluarga sehingga 60,4%
penduduk laki-laki sudah menikah. Sementara
jumlah penduduk miskin sebanyak 746 RTM (Rumah Tangga Miskin).
Pendidikan bertujuan meningkatkan kecerdasan dan kesejahteraan
penduduk secara maksimal. Dengan demikian, penduduk baik sebagai perorangan
maupun sebagai kelompok masyarakat merupakan sasaran kegiatan pembangunan
pendidikan. Oleh karena itu, dinamika masyarakat dengan permasalahan yang ada
akan sangat mempengaruhi pendidikan secara menyeluruh.
Tabel 2. Data Penduduk Desa Telagawaru Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No.
|
Indikator
|
Jumlah Tahun
2017
|
1.
|
Belum Sekolah (Balita)
|
560
|
2.
|
Usia 15-45 Tidak Pernah Sekolah
|
256
|
3.
|
Pernah Sekolah SD Tetapi
Tidak Tamat
|
1856
|
4.
|
Tamat SD/Sederajat
|
1132
|
5.
|
Tamat SLTP
|
230
|
6.
|
Tamat SLTA
|
348
|
7.
|
Tamat D1
|
12
|
8.
|
Tamat S1
|
67
|
9.
|
Tamat S2
|
4
|
Tingkat
Pendidikan merupakan jumlah tahun mengikuti Pendidikan resmi yang ditempuh
penduduk pada bangku sekolah. Pendidikan mempengaruhi perilaku dan sikap
masyarakat dalam hal berinovasi untuk meningkatkan produktivitas hidupnya dalam
hal bekerja karena seseorang yang berpendidikan cenderung lebih terbuka untuk
menerima masukan dan memiliki tingkat kinerja yang baik.
Dari tabel diatas diperoleh data penduduk Desa Telagawaru berdasarkan tingkat pendidikan yang paling tinggi adalah pernah sekolah SD tetapi tidak tamat
yakni sebesar 1856 orang atau sekitar 41,5%, disusul dengan tamat SD/sederajat sebesar 1132 orang atau sekitar 25,3%, penduduk yang
menyelesaikan pendidikan wajib belajar
12 tahun hanya sebanyak 348 atau sebesar 7,7% dari jumlah penduduk usia
15 tahun atau lebih, jumlah paling kecil pada tingkatan tamatan S2
yaitu 4 orang dan tidak ada yang mencapai tamatan S3. Hal ini membuktikan bahwa
tingkat pendidikan penduduk Desa Telagawaru masih tergolong rendah, karena sebenarnya
dalam pembangunan suatu daerah diperlukan sumber daya manusia yang memiliki
intelegensi agar bisa mengembangkan daerahnya dengan seoptimal mungkin.
Meskipun daerah tersebut memiliki sumber daya alam dan modal yang melimpah,
namun jika tidak diimbangi dengan potensi sumber daya manusia yang memadai maka
sumber daya yang dimiliki tidak akan pernah berkembang dan bermanfaat secara
maksimal bagi daerah tersebut.
Tabel
3. Data Penduduk Desa Telagawaru
Berdasarkan Jenis Pekerjaan
No.
|
Jenis
Pekerjaan
|
Jumlah Tahun
2017
|
1.
|
Petani
|
112
|
2.
|
Pedagang/Pengusaha
|
75
|
3.
|
Buruh Tani
|
263
|
4.
|
Buruh lepas
|
1056
|
5.
|
Pertukangan
|
45
|
6.
|
Peternak
|
63
|
7.
|
PNS
|
82
|
8.
|
Polri
|
3
|
9.
|
TNI
|
5
|
10.
|
Karyawan
Swasta
|
32
|
11.
|
Karyawan BUMN
|
8
|
12.
|
Pembantu
Rumah Tangga
|
23
|
13.
|
TKI/TKW
|
135
|
14.
|
Pengemudi/Tukang
Ojek
|
120
|
15.
|
Belum bekerja
|
1430
|
Bekerja adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan
oleh seseorang dengan maksud memperoleh pendapatan atau keuntungan, kegiatan
tersebut termasuk pola kegiatan pekerja tak dibayar yang membantu dalam suatu
usaha/kegiatan ekonomi. Sedangkan jenis pekerjaan adalah macam pekerjaan yang
dilakukan oleh seorang atau ditugaskan kepada sesorang yang sedang bekerja atau
yang sementara tidak bekerja. Penduduk dikatakan sebagai pekerja apabila
memenuhi syarat usia kerja yaitu 15 tahun dan/atau lebih.
Dari data diatas,
dapat disimpulkan bahwa 56,8% penduduk Desa Sukarara memiliki pekerjaan, dimana
paling banyak bekerja sebagai buruh lepas yaitu sebanyak 1056 orang atau
sebesar 31,8 % dan paling sedikit bekerja sebagai Polri sebanyak 3 orang atau
sebesar 0.09 %. Untuk lapagan kerja dalam bidang pertanian sebanyak 375 orang
atau sebesar 11,3% dimana petani sebanyak 112 orang dan buruh tani sebanyak 263
orang sehingga pekerja sebagai petani masih tergolong kecil karena meskipun Desa Telagawaru berdasarkan fakta geografis merupakan Desa
Pertanian (agraris) tetapi yang perlu diketahui bahwa sebagian besar pemilik
lahan pertanian di Desa Telagawaru merupakan hak milik/dikuasai oleh warga yang
berasal dari luar wilyah Desa Telagawaru sehingga penduduk yang bermata pencaharian sebagai
petani sangat minim.
3.3
Keadaan Sosial Ekonomi dan Sosial Budaya
Lembaga Ekonomi adalah suatu lembaga yang memiliki kegiatan
dibidang ekonomi demi terpenuhnya kebutuhan masyarakat, dan juga lembaga yang
mengatasi berbagai masalah mengenai produksi, pendistribusian atau pelayanan
suatu jasa yang diperlukan oleh masyarakat supaya kebutuhan masyarakat tersebut
dapat terpenuhi.
Lembaga ekonomi yang terdapat di Desa Telagawaru adalah KUD,
Koperasi Simpan Pinjam, Bumdes, Pegadaian, dua jumlah Pasar, tiga jumlah
industri makanan. Lembaga ekonomi dibentuk untuk memperkuat perekonomian warga desa dan dibentuk berdasarkan kebutuhan
dan potensi yang ada di Desa Telagawaru, namun pada kenyataannya pengelolaan yang tidak optimal dan professional meyebabkan tidak banyak aktivas dalam lembaga ekonomi ini, dan faktor lainnya juga karena kurangnya dukungan dalam hal fasilitas dari pemerintah daerah.
Lembaga sosial budaya atau lebih biasa dikenal
dengan nama lembaga kemasyarakatan adalah salah satu jenis lembaga yang
mengatur rangkaian tata cara dan prosedur dalam melakukan hubungan antar
manusia saat mereka menjalani kehidupan bermasyarakat dengan tujuan mencapai
keteraturan hidup. Lembaga sosial
yang terdapat di Desa Telagawaru adalah Remaja Masjid, Organisasi Perempuan, Bimbingan Massal, Organisasi Pemuda, LKMD/Sebutan
Lain, dan Lembaga Adat Dalam
Penyelesaian Konflik.
BAB IV. TINJAUAN PUSTAKA
4.1
Modernisasi
Modernisasi dapat diartikan sebagai proses perubahan dari corak
kehidupan masyarakat yang tradisional menjadi modern, terutama berkaitan dengan
teknologi dan organisasi sosial. Teori modernisasi dibangun diatas asumsi dan
konsep konsep evolusi bahwa perubahan sosial merupakan gerakan searah (linier),
progresif dan berlangsung perlahan lahan, yang membawa masyarakat dari tahapan
yang primitif kepada keadaan yang lebih maju (Martono, 2014).
Menurut
J.W. School, dalam (Blackgenesis: 2011) Modernisasi merupakan penerapan
pengetahuan ilmiah pada semua kegiatan, bidang kehidupan dan aspek
kemasyarakatan. Aspek yang paling menonjol dalam proses modernisasi adalah
perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tinggi.
Perubahan-perubahan
sosial petani akibat dari modernisasi adalah dengan diperkenalkannya
mesin-mesin, seperti mesin penuai dan traktor tangan telah menghilangkan mata
pencaharian penduduk yang selama ini mendapatkan upah dari menuai.Kemudian,
pemakaian traktor tangan telah menggantikan tenaga kerbau, sehingga sebagaian
besar petani tidak lagi berternak kerbau. Untuk kasus ini, hasil kajian Scott
tentang petani di Sedaka, Malaysia, diuraikan dengan cermat bagaimana
penggunaan teknologi itu telah merubah hubungan sosial di Malaysia. Scott
memberikan contoh tentang digunakannya mesin pemanen dan perontok padi,
kemudian pemilik tanah memutuskan hubungan dengan pekerja. Putusnya hubungan
antara pemilik tanah dan para pekerja membuat perbedaan antara kelas kaya dan
miskin semakin nyata. Mesin juga telah merubah orientasi para tuan tanah, dari
anggapan usaha sebagai salah satu fungsi sosial menjadi kerja sebagai upaya
untuk mendapatkan keuntungan (Scott, 2000).
4.2
Pembangunan Pertanian
Pembangunan pertanian dapat didefinisikan sebagai suatu proses
perubahan sosial. Implementasinya tidak hanya ditujukan untuk hanya
meningkatkan status dan kesejahtraan petani semata tetapi sekaligus juga
dimaksudkan untuk mengembangkan potensi sumber daya manusia baik secara
ekonomi, sosial, politik, budaya, lingkungan, maupun melalui perbaikan
(improvement), pertumbuhan (growth) dan perubahan (change) (Sudaryanto, 2008).
Pembangunan
pertanian merupakan salah satu faktor penting dalam perekonomian suatu negara
karena sektor pertanian memberikan sumbangan yang cukup signifikan terhadap Produk
Domestik Bruto (PDB). Pembangunan pertanian menjadi penting karena kontribusinya
terhadap pertumbuhan dan pembangunan ekonomi nasional dalam bentuk kontribusi
produk, kontribusi pasar, kontribusi faktor-faktor produksi dan kontribusi
devisa (Blank, 2003).
Pembangunan
ekonomi diidentikkan sebagai transformasi struktural dari pembangunan yang
bertumpu pada aktivitas pertanian menjadi perekonomian berbasis industri dan
jasa dengan dukungan sumber tenaga kerja dan bahan pangan murah dari pertanian.
Memburuknya kinerja sektor pertanian di negara-negara berkembang dipercaya
karena terabaikannya sektor tersebut dalam perumusan prioritas pembangunan dari
para pemimpinnya (Rickman, 2007).
Perubahan lingkungan strategis yang sangat cepat, baik domestik
maupun internasional, akan membawa pengaruh yang sangat besar terhadap dinamika
pembangunan pertanian. Kondisi tersebut memerlukan penyesuaian terhadap arah
dan kebijakan serta pelaksanaan program pembangunan pertanian. Dengan demikian,
strategi pembangunan pertanian harus lebih menfokuskan pada peningkatan daya
saing, mengandalkan modaldan tenaga kerja terampil dan berbasis inovasi
teknologi dengan memanfaatkan sumberdaya lokal secara optimal (Suryana, 2006).
4.3
Proses Sosial dan Struktur Sosial di Pedesaan
Proses sosial adalah pengaruh timbal balik antara berbagai bidang
kehidupan bersama. Misalnya, segi kehidupan ekonomi dengan kehidupan politik,
segi kehidupan politik dengan kehidupan hukum, dan seterusnya. Proses sosial
memiliki bentuk utama yaitu berupa interaksi sosial, yang mana terdiri dari dua
unsur pokok seperti kontak sosial dan komunikasi (Taneko, 1984).
Struktur sosial suatu
pergaulan hidup manusia meliputi berbagai tipe kelompok yang terjadi dari
banyak orang dan meliputi pula lembaga-lembaga dimana orang banyak tersebut
ambil bagian. Unsur-unsur pokok dari struktur sosial suatu masyarakat meliputi kelompok-kelompok sosial,
lembaga-lembaga sosial atau institusi sosial, kaidah-kaidah atau norma sosial,
lapisan-lapisan atau stratifikasi sosial (Taneko, 1984).
Struktur masyarakat di Indonesia ditandai oleh dua
ciri yang bersifat unik yaitu secara horisontal dan vertikal. Secara horisontal
ditandai oleh kenyataan adanya kesatuan-kesatuan sosial yang berdasarkan
perbedaan-perbedaan suku bangsa, agama, adat serta kedaerahan. Secara vertikal,
struktur masyarakat Indonesia ditandai dengan adanya perbedaan-perbedaan
vertikal antara lapisan atas dan bawah yang cukup tajam (Nasikun,2001).
Dalam suatu negara terdapat tiga unsur kemasyarakatan, yaitu mereka
yang kaya sekali, melarat dan berada ditengah tengahnya. Selanjutnya kelas
sosial para petani desa posisinya terkadang bisa sangat statis tetapi juga
tidak menutup kemungkinan untuk dinamis sehingga ia dapat berubah sesuai dengan
fungsi atau peranannya dalam masyarakat (Soekanto, 2003).
4.4
Perubahan Sosial
Setiap manusia selama hidup pasti mengalami perubahan-perubahan.
Perubahan dapat berupa pengaruhnya terbatas maupun luas, perubahan yang lambat
dan ada perubahan yang berjalan dengan cepat. Perubahan dapat mengenai nilai
dan norma sosial, pola-pola perilaku organisasi, susunan lembaga
kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan wewenang,
interaksi sosial dan sebagainya. Perubahan- perubahan yang terjadi pada
masyarakat merupakan gejala yang normal. Pengaruhnya bisa menjalar dengan cepat
ke bagian-bagian dunia lain berkat adanya komunikasi modern (Soekanto, 2009).
Perubahan sosial sebagai suatu variasi dari cara cara hidup yang
telah diterima baik karena perubahan kondisi geografis, kebudayaan material,
komposisi penduduk, ideologi maupun karena adanya difusi atau penemuan penemuan
baru. Perubahan perubahan pada lembaga kemasyarakatan di dalam suatu
masyarakat, yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai, sikap,
dan pola perilaku diantara kelompok kelompok dalam masyarakat (Alfian, 2001).
Perubahan sosial sebagai perubahan-perubahan sosial yang terjadi
dalam struktur dan fungsi masyarakat. Pandangan serupa dikemukakan oleh Wilbert
Moore yang memandang perubahan sosial sebagai perubahan struktur sosial, pola
perilaku dan interakasi sosial. Sedangkan Menurut Mac Iver, perubahan sosial
merupakan perubahan yang terjadi dalam hubungan sosial atau sebagai perubahan
terhadap keseimbangan (Laurer, 1993).
BAB IV. HASIL KAJIAN
5.1
Fenomena Modernisasi di Desa Telagawaru
Fenomena merupakan hal-hal yang dapat disaksikan dengan pancaindra
dan dapat diterangkan serta dinilai secara ilmiah. Fenomena sendiri berasal
dari bahasa Yunani, phainomenom yang berarti “apa yang
terlihat”. Menurut Freddy Rangkuti (2011), fenomena adalah suatu fakta yang
kita temui di lapangan. Fenomena bisa dilihat dan ditemui di manapun. Fenomena
sosial adalah gejala-gejala atau peristiwa yang terjadi dan diamati dalam
kehidupan sosial. Fenomena sosial juga disebut sebagai gejala sosial. Seperti
yang telah disebutkan di alinea awal, bahwa fenomena atau gejala sosial
dipengaruhi oleh bentuk-bentuk perubahan sosial. Bentuk-bentuk tersebut tidak
bisa dihilangkan, namun harus bisa diantisipasi.
Fenomena modernisasi di Desa Telagawaru nampaknya tidak terlalu
berpengaruh pada kehidupan, karena nyatanya kebanyakan penduduk desa masih
berpendidikan rendah sehingga masyarakat desa Telagawaru belum menerima dampak
modernisasi sepenuhnya namun adanya modernisasi dan globalisasi dalam
budaya menyebabkan pergeseran nilai dan sikap masyarakat yang semua irasional
menjadi rasional, serta dengan berkembangnya
ilmu pengetahuan dan teknologi masyarakat menjadi lebih mudah dalam
beraktivitas dan mendorong untuk berpikir lebih maju. Bentuk
modernisasi yang sudah terjadi di Desa Telagawaru adalah antara lain penggunaan
teknologi seperti handphone dan laptop meningkat sehingga penggunaan internet
juga meningkat, serta kemajuan di bidang transportasi dimana hampir seluruh
penduduk desa sudah memiliki alat transportasi seperti motor dan mobil.
Bentuk modernisasi lainnya yang terjadi adalah pola hidup yang konsumtif
dikarenakan perkembangan industri yang pesat membuat penyediaan barang
kebutuhan masyarakat melimpah, dengan begitu masyarakat mudah tertarik untuk
mengonsumsi barang dengan banyak pilihan yang ada apalagi di sekitar Kecamatan
Labuapi sudah banyak toko-toko besar penyedia barang kebutuhan sehari-hari.
Sikap individualistik juga sudah terjangkit di Desa Telagawaru, padahal
beberapa tahun yang lalu sikap kekeluargaan masih melekat, gotong royong tiap
bulan, perayaan kemerdekaan Indonesia, olahraga bersama tiap hari, semakin hari
semakin luntur karena masyarakat merasa dimudahkan dengan teknologi maju
membuat mereka merasa tidak lagi membutuhkan orang lain dalam beraktivitas.
Hal lain yang tidak dapat
dihindari adalah gaya hidup kebarat-baratan yang mulai
menggeser budaya asli adalah anak tidak lagi hormat kepada orang tua
dan pergaulan bebas remaja. Apabila dalam suatu
komunitas masyarakat hanya ada beberapa individu yang dapat mengikuti
arus modernisasi dan globalisasi maka akan memperdalam
jurang pemisah antara individu dengan individu lain yang stagnan sehingga menimbulkan
kesenjangan sosial.
Dalam bidang pertanian, modernisasi
sudah mulai masuk di Desa Telagawaru terbukti dengan digunakannya alat mesin
pertanian masa kini, namun alat mesin pertanian yang digunakan masih
terbelakang dan belum begitu canggih seperti traktor, huller, dan power tresher
padahal sudah banyak alat mesin pertanian lain yang lebih canggih seperti
combine harvester, seeder, transplanter, manure spreader, dryer, dan mini tractor.
5.2
Kondisi dan Perkembangan Pembangunan Pertanian di Desa Telagawaru
Kondisi dan
perkembangan pembanguanan pertanian di Desa Telagawaru cukup modern dimana
petani padi tetap menggunakan alat mesin pertanian yang agak canggih seperti
traktor tangan, power tresher, dan huller. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat
penggunaan alat mesin pertanian dikalangan petani pada kajian ini cukup baik
dalam melakukan setiap usaha tani per musim tanamnya. Dengan penggunaan
Alsintan petani mempercayai bahwa tingkat produksi padi petani semakin
meningkat sehingga kesejahteraan petani juga ikut meningkat. Dengan adanya
Alsintan tentunya sangat membantu petani dalam melakukan usaha taninya.
Selain
penggunaan alat mesin pertanian, di Desa Telagawaru juga mudah ditemui
toko-toko yang menjual bibit atau pun benih pada dan tanaman lainnya serta
berbagai macam pupuk sehingga mudah bagi
petani untuk melakukan proses pertanian, juga terdapat toko-toko yang menjual
bunga hias. Sayangnya, meskipun penggunaan alsintan cukup tinggi, petani masih
‘menyewa’ untuk menggunakan alsintan, sehingga petani harus mengeluarkan modal
lebih namun akan terbayar jika hasil panen meningkat.
Penggunaan Alsintan di kalangan petani di Desa Telagawaru ini sudah
tergolong cukup tinggi. Penggunaan Alsintan ini yang dimulai dari hand tractor
sebagai pembajakan sawah hingga pada proses pengeringan gabah padi. Sebuah
proses usaha tani tentu dimulai dari proses pengolahan lahan, penanaman,
pemanenan hingga pada proses pasca panen. Pembajakan sawah merupakan suatu
proses dimana tanah dibalikkan dan digemburkan serta diratakan dan harus di
sesuaikan dengan kondisi ketersediaan air didalam areal sawah. Proses
pembajakan merupakan tahap yang paling awal yang harus dilakukan oleh petani
dalam melakukan usaha tani.
Berikut
penjelasan kegunaan alsintan bagi petani sesuai dengan alatnya:
1.
Hand Tractor (Traktor Tangan)
Traktor tangan merupakan traktor pertanian yang hanya mempunyai
satu poros roda (beroda dua), memiliki ukuran panjang berkisar 1740 – 2290 mm,
lebar 710 – 880 mm dan daya 6 – 10 HP. Traktor ini digerakan oleh motor diesel
silinder tunggal. Penggunaan hand tractor dikalangan petani sudah tergolong
tinggi pada setiap musim tanamnya, dan petani mengakui bahwa penggunaan hand
tractor ini berpengaruh juga terhadap produksi padi, walaupun pengaruhnya tidak
secara langsung seperti penggunaan pupuk, namun hand tractor ini mampu
meningkatkan tingkat kesuburan tanah melalui pembajakan tanah yang cukup dalam
dan lebih lembut dibandingkan dengan manual.
Lahan pertanian yang dijadikan sebagai lahan sawah yang ada di Desa
Telagawaru merupakan lahan datar dan
dilengkapai dengan saluran drainase air yang bagus dan teraliri mulai dari hulu
sampai ke hilir. Ketersediaan akan air di desa ini memang tercukupi terutama
pada lahan pertanian. Pengolahan lahan di Desa Telagawaru sendiri sudah
menggunakan teknologi hand tractor sebagai pengolah lahan atau lebih identiknya
pengolahan lahan sawah. Hand tractor sendiri merupakan teknologi Alsintan yang
diberikan pemerintah kepada petani untuk dapat di kelola demi menunjang akan
peningkatan produksi padi. hand tractor diberikan oleh pemerintah dikhususkan
bagi kelompok tani.
Dalam melakukan suatu kegiatan usaha tani hal yang pertama sekali
diperhatikan adalah proses awal yaitu pengolahan lahan (terkhusus padi sawah),
pengolahan lahan yang baik maka akan sangat berpengaruh terhadap hasil yang
akan di dapat, dan dalam proses pengolahan lahan juga harus memperhatikan dari
segi waktu, biaya dan kecepatan dalam menyelesaikan pekerjaan. Dengan adanya
teknologi sekarang ini maka akan sangat membantu petani dalam melakukan usaha
taninya terkhusus di dalam meningkatkan produksi pertaniannya. Hand tractor
merupakan sebuah tehknologi yang modern terutama dalam usahata tani. Teknologi
ini di khususkan didalam pembajakan tanah atau pengolahan lahan. Di Desa
Telagawaru sendiri hand tractor sudah sering digunakan oleh petani didalam
melakukan usaha taninya, bahkan didalam setiap melakukan pengolahan lahan
setiap musim tanamnya selalu menggunakan hand tractor, dikarenakan hand tractor
mampu meningkatkan produksi padi dengan hasil dari bajakan sawah yang bagus dan
lebih dalam daripada dengan menggunakan cangkul atau cara manual lainnya.
Oleh karena itu, kondisi petani dalam penggunaan hand tractor
sebagai media pengolah tanah sangat berdampak kepada hasil pertumbuhan dan yang
paling utama adalah hasil produksi padi yang didapat pada setiap musim
tanamnya. Semakin tinggi petani menggunakan hand tractor maka hasil yang
didapat pun semakin tinggi. Jadi, hand tractor akan mampu meningkatkan produksi
padi untuk setiap musim tanamnya.
2.
Perontok Padi (Power Thresher)
Alat dan mesin pertanian (mesin perontok padi)
dapat memberi kontribusi yang cukup berarti dalam rangka meningkatkan
keuntungan usaha tani padi sawah. Unsur-unsur yang mendukung peningkatan
keuntungan adalah kecepatan proses perontokan dan pembersihan sehingga menghemat
waktu. Lebih penting lagi power thresher terbukti dapat mengurangi kehilangan
gabah saat perontokan dan mengurangi kerusakan (pecah) butir gabah sehingga
petani memperoleh nilai tambah dalam usaha taninya.
Mesin
Power Thresher (Mesin Perontok Padi) adalah jenis mesin perontok yang telah
terbukti handal dan sangat cocok dengan berbagai jenis lahan persawahan di
Indonesia. Biasanya jika
petani merontok buah padi secara manual untuk ukuran dua orang satu hari
hanya mencapi 50 kaleng sehari. Sedangkan jika memakai mesin, mereka bisa
merontok satu hari. Mengenai bahan bakar, mesin diesel yang dipakai untuk
peralatan itu irit. Power Thresher
ini dapat dipakai untuk merontokan biji-bijian (padi, jagung dan kedelai)
dan dilengkapi dengan pengayak sehingga biji – bijian yang dihasilkan relatif
bersih.
3.
Mesin Penggiling Padi (Rice Huller)
Mesin pengupas gabah atau mesin penggiling padi merupakan alat
yang dibutuhkan dalam membangun usaha pengolahan gabah menjadi beras. Padi
harus diolah terlebih dahulu dengan menggunakan mesin pengupas
gabah agar dapat menjadi beras untuk dapat dikonsumsi. Penggunaan mesin
penggilingan padi ini membuat proses pengupasan kulit gabah menjadi lebih cepat
dengan hasil yang memuaskan sehingga keuntungan yang diperoleh pun menjadi
lebih besar. Petani desa biasanya menggiling beras di rice huller keliling yang
berguna ntuk menggiling padi atau gabah secara berjalan atau mobile (dapat
dipindah-pindah) atau biasanya juga ada rice huller besar di tiap desa.
Mesin
ini memiliki banyak manfaat dan sangat praktis dalam meningkatkan produksi
beras dibandingkan dengan cara manual. Penggunaan mesin ini dalam proses
pengolahan padi tentu menjadi pilihan yang tepat bukan hanya sangat praktis dan
cepat, hasil beras yang diperoleh juga utuh dan bersih. Mesin dilengkapi dengan
pelat yang berfungsi sebagai wadah penampung gabah yang kulitnya akan dikupas, mesin
ini bukan hanya mampu menghasilkan kupasan gabah yang jauh lebih banyak namun
juga dapat manjaga kualitas dari beras tersebut hingga terasa lebih enak dan
juga pulen.
Mengupas
padi menjadi bagian dari rangkaian proses pengolahan tamanan padi menjadi beras,
dimana pada tahapan akhir ini seringkali menjadi bagian yang paling
melelahkan dan juga memakan waktu cukup lama. Para petani biasanya melakukan
proses pengelupasan kulit gabah secara tradisional yaitu dengan cara menumbuk
padi tersebut setelah sebelumnya dikeringkan terlebih dahulu dibawah sinar
matahari. Namun, akibat modernisasi semakin banyak petani yang sudah
menggunakan mesin untuk membantu mengupas kulit gabah. Proses
penggilingan gabah dengan menggunakan mesin bukannya tanpa alasan, ada banyak
pertimbangan yang membuat mesin pengupas gabah dianggap
sebagai pilihan yang tepat dalam membantu melancarkan, mengefesiensikan waktu
dan tenaga dari proses produksi beras yang pada awalnya terasa melelahkan oleh
petani.
Namun, selain berdampak positif, alat mesin pertanian ini juga
berdampak negatif seperti hilangnya lapangan pekerjaan akibat pekerjaan manusia
yang sudah digantikan mesin dimana biasanya petani membutuhkan bantuan buruh
tani untuk membajak sawah dan memanen juga memisahkan beras dengan gabah, kini
petani dapat melakukannya sendiri, sehingga buruh tani hanya dibutuhkan ketika
tidak ada mesin saja.
5.3
Kondisi dan Perkembangan Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat di
Desa Telagawaru
Desa Telagawaru mayoritas masyarakatnya adalah bekerja sebagai buruh
lepas. Di lahan desa yang cukup agraris ini pekerjaan sebagai petani bisa
dikatakan sangat sedikit, hal itu karena lahan sawah yang ada di Desa
Telagawaru kebanyakan dimiliki oleh penduduk dari desa lain sehingga pendapatan
petani di Desa Telagawaru bisa dikatakan tergolong rendah, faktor lainnya
adalah lahan petani yang tidak terlalu luas dan semakin sempitnya lahan
pertanian dikarenakan banyak pembangunan perumahan. Oleh karena itu, petani di
desa ini perlu menggunakan alsintan sebagai pembantu para petani dalam mengolah
lahan pertanian mereka juga memaksimalkan produksi padi sehingga petani menjadi
lebih sejahtera.
Namun, selain berdampak positif, alat mesin pertanian ini juga
berdampak negatif seperti hilangnya lapangan pekerjaan akibat pekerjaan manusia
yang sudah digantikan mesin dimana biasanya petani membutuhkan bantuan buruh
tani untuk membajak sawah dan memanen juga memisahkan beras dengan gabah, kini
petani dapat melakukannya sendiri, sehingga buruh tani hanya dibutuhkan ketika
tidak ada mesin saja.
Kehidupan sosial di Desa Telagawaru terbilang cukup baik dimana
meskipun mulai ada sikap individualistik namun rasa kebersamaan masih erat,
masih terjalin rasa kekeluargaan dimana jika ada yang meninggal tetap
bahu-membahu mempersiapkan acara dzikir, begitu pula jika ada yang akan
berhaji. Masih terlaksana juga arisan-arisan untuk mempererat kekeluargaan.
Apalagi jika ada acara keagamaan, selain remaja masjid dan takmir masjid
masyarakat juga ikut berpartisipasi penuh dalam kegiatan tersebut. Yang mulai
luntur adalah semangat nasionalisme dimana tiap perayaan acara penting
Indonesia seperti hari ulang tahun Indonesia, hari pahlawan, dan hari lainnya
masyarakat desa sudah tidak begitu antusias lagi.
5.4
Analisis Pengaruh Modernisasi Terhadap Pembangunan Pertanian di
Desa Telagawaru
Perubahan yang terjadi akibat pengaruh modernisasi di Desa
Telagawaru dalam pembangunan pertanian adalah petani yang dahulu menggunakan
alat-alat tradisional dan menggunakan tenaga manual dalam usaha taninya,
sekarang sudah berubah menggunakan teknologi alat mesin pertanian yang tentunya
dapat membantu mengefisienkan waktu dan tenaga petani juga dapat meningkatkan
hasil produktivitas petani dalam melakukan usaha taninya. Contohnya seperti
pada penggunaan traktor tangan untuk membajak sawah yang dahulunya menggunakan
sapi, juga untuk memisahkan padi dari gabahnya sudah menggunakan power tresher
dan rice huller yang dulunya hanya dengan menumbuk dimana sangat memakan waktu
dan tenaga.
Teknologi tidak dapat dipisahkan didalam kehidupan manusia.
Kehadiran teknologi dapat mempermudah seluruh bidang kehidupan manusia, begitu
halnya dengan bidang bercocok tanam. Teknologi dalam pertanian adalah segala
sesuatu yang dapat memudahkan pekerjaan dan menghasilkan output yang lebih baik
dan teknologi juga mampu meningkatkan produksi yang lebih besar dibandingkan dengan tenaga manual atau
manusia, karena teknologi diciptakan sebagai pengganti tenaga manusia dan sudah
dirancang guna meningkatkan produksi pertanian yang maksimal.
Seiring perkembangan zaman yang semakin canggih dan pengetahuan
petani yang di dapat melalui penyuluh
pertanian tentunya petani ingin mendapatkan hasil produksi yang maksimal dan
tentunya tidak terlalu banyak mengeluarkan biaya untuk melakuakan usaha tani
dengan membayar buruh tani tentunya Alsintan sebagai alternatif untuk membantu
petani dalam melakukan usaha taninya dan sudah terbukti bahwa dengan menggunakan
Alsintan, petani padi sawah mengungkapkan produksi yang meningkat dan sudah
tergolong tinggi sebagai bukti dengan teknologi kesejahteraan petani meningkat.
Penerapan modernisasi pertanian
dapat menghilangkan mata pencaharian buruh tani yang peranannya tergantikan
oleh adanya alat mesin pertanian sehingga kesejahteraannya dapat berkurang jika
tidak ada tindak lanjut pihak pengambil kebijakan untuk memperhatikan nasib
buruh tani tersebut. Modernisasi pertanian dapat
berdampak buruk terhadap hubungan petani dengan buruh tani, tetapi dapat
mempererat hubungan antar petani dengan membuat suatu wadah yang menciptakan
suasana gotong royong dalam penyediaan peralatan pertanian.
Proses terjadinya perubahan dikarenakan peran pemerintah melalui
penyuluh pertanian memberikan pengetahuan tentang pertanian dan memberikan
subsidi alat mesin pertanian kepada setiap kelompok tani, yang seiring
berjalannya waktu membuat petani yakin bahwa dengan diterapkannya Alsintan oleh
petani padi disawah tentunya dapat meningkatkan produksi.
Hal-hal yang dapat mendorong perubahan tersebut adalah dengan
dilakukannya pemberdayaan penggunaan Alsintan terhadap petani padi sawah sehingga
mampu meningkatkan hasil produksi padi sawah petani, selain itu juga Alsintan
mampu membantu petani dari segi waktu, tenaga kerja, biaya, dan bahkan kualitas
dari hasil kinerja. Sementara yang menghambat proses perubahan tersebut yaitu
petani yang tidak ikut dalam kelompok tani tentunya harus menggunakan alat
tradisional ataupun manual untuk melakukan usaha taninya, dikarenakan bantuan
Alsintan sendiri didapatkan melalui kelompok tani dan juga lahan petani yang terbatas.
Selain itu rendahnya tingkat pendidikan juga dapat menghambat proses perubahan karena
petani sulit menerima ilmu baru dari penyuluh sehingga membutuhkan proses yang
lama.
BAB VI. KESIMPULAN
6.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil kajian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat
ditarik sebuah kesimpulan sebagai berikut:
1.
Modernisasi pertanian merupakan tuntutan jaman
yang tidak biasa dielakan lagi guna peningkatan produksi pertanian secara
kualitas dan kuantitas. Modernisasi teknologi berupa alat mesin pertanian di Desa
Telagawaru cukup tinggi dimana petani sudah menggunakan alat mesin pertanian
seperti hand tractor (traktor tangan), power tresher (perontok padi), dan rice
huller (penggiling padi)
2. Teknologi
alat mesin pertanian menurut masyarakat Desa Telagawaru mampu meningkatkan
hasil produksi padi sawah petani, selain itu juga alsintan mampu membantu
petani dari segi waktu dan tenaga kerja.
3. Modernisasi
penggunaan alat mesin pertanian di Desa Telagawaru sangat berpengaruh terhadap
hasil produksi padi dimana jika menggunakan alat mesin pertanian hasil produksi
akan meningkat dan kesejahteraan petani pun meningkat. Terdapat perbandingan
produktivitas padi antara petani yang menggunakan Alsintan dengan petani yang
tidak menggunakan Alsintan dimana produksi petani yang menggunakan Alsintan
lebih banyak dibandingkan dengan petani yang tidak menggunakan Alsintan.
6.2
Saran
Modernisasi dalam bidang pertanian di Indonesia
memiliki dampak yang positif dan negatif. Perlu adanya penanggulangan yang
lebih baik untuk mengatasinya. Berdasarkan
hasil kajian maka penulis menyarankan bahwa petani yang belum menggunakan
Alsintan di desa tersebut serta petani yang ada didesa-desa lain yang belum
menerapkan teknologi Alat dan Mesin Pertanian (Alsintan) supaya dianjurkan dan
didorong untuk menggunakan teknologi Alsintan karena berdasarkan hasil kajian
dapat meningkatkan produksi padi.
DAFTAR PUSTAKA
Alfian. 2001. Transformasi
Sosial Dan Budaya Pembangunan Nasional. Jakarta:
Universitas Indonesia Press.
Martono, Nanang. 2014. Sosisologi
Perubahan Sosial. Jakarta: Rajawali Pers.
Nasikun. 2001. Sistem
Sosial Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Rickman. 2007. Composting Rice Residue. International Rice
Research Institute
(IRRI). http://www.knowldegebank.irri.org [11 Juli 2018]
Rikky, Triya. 2011. Modernisasi Pertanian. http://triyadirikky06.blogspot.com/2011/
10/modernisasi-pertanian.html [11 Juli 2018]
Lauer, Robert. 1993.
Perspektif Tentang Perubahan Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.
Scott,William R. 2000. Financial Accounting Theory. USA: Prentice-Hall.
Sinaga, Nindy. 2015. Modernisasi dalam Bidang Pertanian Desa di
Indonesa. https:/
/nindyasinaga.wordpress.com/2015/01/07/modernisasi-dalam-bidang-pertani
an-desa-di-indonesia/ [11 Juli 2018]
Shon. 2010. Sosiologi Pedesaan. https://h0404055.wordpress.com/2010/04/02/
sosiologi-pedesaan/
[11 Juli 2018]
Soekanto, Soerjono. 2012. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta:
Rajawali Pers.
Sudaryanto. 2008. Pembangunan Pertanian. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Sulaiman, Abdu. 2015. Macam-Macam Teknik Analisis Data. http://abdusulaiman.
[11 Juli 2018]
Suryana. 2006. Agribisnis
Teori dan Aplikasinya. Jakarta: PT. Raja Grafindo.
Taneko. 1984. Struktur
Dan Proses Sosial Suatu Pengantar. Bandung: PT. Citra
Aditya Bakti.
Wahyudi, Diki. 2012. Alat Perontok Padi Tresher. http://putrablk.blogspot.com/20
12/ 06/alat-perontok-padi-thresher.html [11 Juli 2018]
2014. Petani Terbantu Mesin. https://bengkuluekspress.com/petani-terbantu-mesin/
[11
Juli 2018]
2016. Huller Mobile. https://www.youtube.com/watch?v=x8tM6NE4WPI
[11
Juli 2018]
2017. Bantuan Alsintan Pacu Petani Kedu Tingkatkan Luas Tanam. http://ppmkp.
bppsdmp.pertanian.go.id/berita/berita-pertanian/bantuan-alsintan-pacu-petani-kedu-tingkatkan-luas-tanam [11 Juli 2018]
https://www.andaromesin.com/mesin-pengupas-gabah/ [11 Juli 2018]
https://brainly.co.id/tugas/10020782 [11 Juli 2018]
http://digilib.uinsgd.ac.id/904/4/4_Bab1.pdf [11 Juli 2018]
(Microsoft Word) Paper Sosiologi Pedesaan: Pengaruh Modernisasi Penggunaan Alat Mesin Pertanian Terhadap Hasil Produksi Padi dan Kesejahteraan Petani di Desa Telagawaru
Dapat dilihat dan didownload disini---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Cara download:
1. Klik tulisan 'disini' di atas
2. Silang laman yang tidak perlu, tunggu loading sebentar
3. Tekan 'Skip Ad'
4. Download file drive di tanda unduh (panah ke bawah ↓) di pojok kanan atas laman google drive
5. Selesai, tinggal cek di folder download
❤❤❤
1 comment
Layanan Pendanaan Le_Meridian melampaui dan melampaui persyaratan mereka untuk membantu saya dengan pinjaman saya yang saya gunakan memperluas bisnis farmasi saya, Mereka adalah permata yang ramah, profesional, dan mutlak untuk bekerja dengan. Saya akan merekomendasikan siapa pun yang mencari pinjaman untuk dihubungi. Email..lfdsloans @ lemeridianfds.com Atau lfdsloans@outlook.com.WhatsApp ... 19893943740.
ReplyDeleteWhat do you think about this post?