A. Peradaban Dan
Kebudayaan
1. Pengertian Kebudayaan
Kata
kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta “buddayah” yang merupakan bentuk jamak
dari “budhi” yang berarti budi atau akal. Kebudayaan diartikan sebagai “hal-hal
yang bersangkutan dengan budi atau akal”.
Sifat
hakikat kebudayaan adalah ciri-ciri khusus dari sebuah kebudayaan yang
masing-masing masyarakat berbeda. Bagi masyarakat barat makan sambil berjalan,
bahkan setengah berlari adalah biasa karena bagi mereka the time is money. Hal inijelas berbeda dengan masyarakat timur.
Jangankan makan sambil berjalan, makan berdiri saja sudah melanggar etika.
Namun, secara garis besar, seluruh kebudayaan yang ada di dunia ini memiliki
sifat-sifat hakikat yang sama. Sifat-sifat hakikat kebudayaan sebagai berikut:
a. Kebudayaan terwujud dan tersalurkan
lewat prilaku manusia.
b. Kebudayaan telah ada terlebih dahulu
mendahului lahirnya suatu generasi tertentu dan tidak akan mati dengan habisnya
usia generasi yang bersangkutan.
c. Kebudayaan diperlukan oleh manusia
dan diwujudkan tingkah lakunya.
d. Kebudayaan mencangkup aturan-aturan
yang berisikan kewajiban-kewajiban, tindakan-tindakan yang diterima dan
ditolak, tindakan-tindakan yang dilarang, dan tindakan-tindakan yang diizinkan.
Pada umumnya, unsur-unsur kebudayaan
asing yang mudah diterima sebagai berikut:
a. Unsur kebudayaan kebendaan, seperti
alat-peralatang yang terutama sangat mudah dipakai dan dirasakan sangat
bermanfaat bagi masyarakat yang menerimanya, contohnya adalah alat tulis-menulis
yang banyak dipergunakan orang indonesia yang diambil dari unsur-unsur
kebudayaan barat.
b. unsur-unsur yang terbukti membawa
manfaat besar misalnya radio transistor yang banyak membawa kegunaan terutama
sebagai alat mass-media.
c. Unsur-unsur yang dengan mudah
disesuaikan dengan keadaan masyarakat yang menerima unsur-unsur tersebut,
seperti mesin penggiling padi dengan biaya murah serta pengetahuan teknis yang
sederhana, dapat digunakan untuk melengkapi pabrik-pabrik penggilingan.
Unsur-unsur kebudayaan yang sulit
diterima oleh suatu masyarakat sebagai berikut :
a. unsur yang menyangkut sistem
kepercayaan, seperti ideologi, falsafah hidup, dan lain-lain.
b. unsur-unsur yang dipelajari pada
taraf pertama sosialisasi. Contoh yang paling mudah adalah soal makanan pokok
suatu masyarakat. Nasi sebagai makanan pokok sebagian besar masyarakat
indonesia sukar sekali diubah dengan makanan pokok yang lain.
Kesimpulannya,
pengertian kebudayaan adalah hasil cipta, rasa dan karsa manusia dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya yang kompleks yang mencakup pengetahuan, keyakinan, seni,
susila, hukum adat dan setiap kecakapan, dan kebiasaan.
2. Pengertian Peradaban
Istilah
peradaban dalam bahasa inggris disebut civilization ata dalam bahasa asing
lainnya peradaban sering disebut bescahaving (Belanda) dan die zivilsation
(Jerman). Istilah peradaban ini sering dipakai untuk menunjukkan pendapat dan
penilaian kita terhadap perkembangan kebudayaan.
Tinggi
rendahnya peradaban suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh faktor pendidikan serta
kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan. Tiap-tiap masyarakat atau bangsa di
mana pun selalu berkebudayaan., tetapi tidak semuanya telah memiliki peradaban
yang tinggi. Kebudayaan merupakan keseluruhan dari hasil budidaya baik cipta,
karsa, dan rasa. Kebudayaan berwujud gagasan/ide, perilaku/aktifitas, dan
benda-benda. Dengan demikian, peradaban adalah bagian-bagian dari kebudayaan
yang tinggi, halus, indah, dan maju.
Ciri-ciri umum sebuah peradaban sebagai
berikut:
a. pembangunan kota-kota baru dengan
tata ruang yang baik, indah, dan modern.
b. sistem pemerintahan yang tertib
karena terdapat hukum dan peraturan.
c. berkembangnya beragam ilmu
pengetahuan dan teknologi baru yang lebih maju seperti astronomi, kesehatan,
bentuk lisan, arsitektur, kesenian, ilmu ukur, keagamaan, dan lainnya.
d. masyarakat dalam berbagai jenis
pekerjaan, keahlian, dan sastra sosial yang lebih kompleks.
Kesimpulannya,
pengertian peradaban adalah kumpulan sebuah identitas terluas dari seluruh
hasil budi daya manusia, yang mencakup seluruh aspek kehidupan manusia, baik
fisik, maupun non-fisik, yang teridentifikasi melalui unsur-unsur obyektif
umum, seperti bahasa, sejarah, agama, kebiasaan, institusi, maupun melalui
identifikasi diri yang subyektif.
3. Perbedaan Kebudayaan dengan Peradaban
a. Kebudayaan menceritakan tentang apa
yang dilihat, didengar, dan dirasa oleh pancaindra.
b. Peradaban mengemukakan pendapat dan
penilaian terhadap suatu hasil kebudayaan, seperti tinggi, halus, indah, sopan,
luhur, dan sebagainya. Nilai-nilai peradaban mengandung nilai-nilai keluhuran
abadi.
B. Peradaban Awal yang Berpengaruh terhadap
Peradaban Indonesia
1. Kebudayaan Bacson-Hoabinh dan Kebudayaan Dongson
·
Kebudayaan
Bacson-Hoabinh
Kebudayaan Bacson-Hoabinh
diperkirakan berasal dari tahun 10.000 SM-4000 SM, kira-kira tahun 7000
SM. Kebudayaan ini berlangsung pada kala Holosen. Awalnya masyarakat
Bacson-Hoabinh hanya menggunakan alat dari gerabah yang sederhana berupa
serpihan-serpihan batu tetapi pada tahun 600 SM mengalami perubahan dalam
bentuk batu-batu yang menyerupai kapak yang berfungsi sebagai alat pemotong.
Ciri khas alat-alat batu kebudayaan Bacson-Hoabinh adalah penyerpihan pada satu
atau dua sisi permukaan batu kali yang berukuran ± 1 kepalan dan seringkali
seluruh tepiannya menjadi bagian yang tajam. Hasil penyerpihannya itu
menunjukkan berbagai bentuk seperti lonjong, segi empat, segitiga dan beberapa
di antaranya ada yang mempunyai bentuk berpinggang. Alat-alat dari tulang dan
sisa-sisa tulang belulang manusia dikuburkan dalam posisi terlipat serta
ditaburi zat warna merah. Kebudayaan Bacson-Hoabinh ini diperkirakan berkembang
pada zaman Mesolitikum.
Pusat kebudayaan zaman Mesolitikum di Asia berada di dua tempat yaitu di Bacson dan Hoabinh. Kedua tempat tersebut berada di wilayah Tonkin di Indocina (Vietnam). Istilah Bacson Hoabinh pertama kali digunakan oleh arkeolog Prancis yang bernama Madeleine Colani pada tahun 1920-an. Nama tersebut untuk menunjukkan tempat pembuatan alat-alat batu yang khas dengan ciri dipangkas pada satu atau dua sisi permukaannya.
Pusat kebudayaan zaman Mesolitikum di Asia berada di dua tempat yaitu di Bacson dan Hoabinh. Kedua tempat tersebut berada di wilayah Tonkin di Indocina (Vietnam). Istilah Bacson Hoabinh pertama kali digunakan oleh arkeolog Prancis yang bernama Madeleine Colani pada tahun 1920-an. Nama tersebut untuk menunjukkan tempat pembuatan alat-alat batu yang khas dengan ciri dipangkas pada satu atau dua sisi permukaannya.
Penyebaran kebudayaan Bacson-Hoabinh bersamaan dengan
perpindahan ras Papua Melanesoid ke Indonesia melalui jalan barat dan jalan
timur (utara). Mereka datang di Nusantara dengan perahu bercadik dan tinggal di
pantai timur Sumatra dan Jawa, namun mereka terdesak oleh ras Melayu yang
datang kemudian. Akhirnya, mereka menyingkir ke wilayah Indonesia Timur dan
dikenal sebagai ras Papua yang pada masa itu sedang berlangsung budaya
Mesolitikum sehingga pendukung budaya Mesolitikum adalah Papua Melanesoid. Ras
Papua ini hidup dan tinggal di gua-gua (abris sous roche) dan meninggalkan
bukit-bukit kerang atau sampah dapur (kjokkenmoddinger). Ras Papua Melanesoid
sampai di Nusantara pada zaman Holosen. Saat itu keadaan bumi kita sudah layak
dihuni sehingga menjadi tempat yang nyaman bagi kehidupan manusia.
Kjokkenmoddinger adalah istilah yang berasal dari bahasa Denmark yaitu kjokken artinya dapur dan modding artinya sampah jadi Kjokkenmoddinger arti sebenarnya adalah sampah dapur. Dalam kenyataan Kjokkenmoddinger adalah timbunan atau tumpukan kulit kerang dan siput yang mencapai ketinggian 7 meter dan sudah membatu/menjadi fosil. Kjokkenmoddinger ditemukan di sepanjang pantai timur Sumatera yakni antara Langsa dan Medan. Dari bekas-bekas penemuan tersebut menunjukkan bahwa manusia purba yang hidup pada zaman ini sudah menetap. Tahun 1925 Dr. P.V. VanStein Callenfels melakukan penelitian di bukit kerang tersebut dan hasilnya banyak menemukan kapak genggam yang ternyata berbeda dengan chopper (kapak genggam Palaeolithikum). Kapak genggam yang ditemukan di dalam bukit kerang tersebut dinamakan dengan pebble atau kapak Sumatera (Sumatralith) sesuai dengan lokasi penemuannya yaitu di pulau Sumatera.
Kjokkenmoddinger adalah istilah yang berasal dari bahasa Denmark yaitu kjokken artinya dapur dan modding artinya sampah jadi Kjokkenmoddinger arti sebenarnya adalah sampah dapur. Dalam kenyataan Kjokkenmoddinger adalah timbunan atau tumpukan kulit kerang dan siput yang mencapai ketinggian 7 meter dan sudah membatu/menjadi fosil. Kjokkenmoddinger ditemukan di sepanjang pantai timur Sumatera yakni antara Langsa dan Medan. Dari bekas-bekas penemuan tersebut menunjukkan bahwa manusia purba yang hidup pada zaman ini sudah menetap. Tahun 1925 Dr. P.V. VanStein Callenfels melakukan penelitian di bukit kerang tersebut dan hasilnya banyak menemukan kapak genggam yang ternyata berbeda dengan chopper (kapak genggam Palaeolithikum). Kapak genggam yang ditemukan di dalam bukit kerang tersebut dinamakan dengan pebble atau kapak Sumatera (Sumatralith) sesuai dengan lokasi penemuannya yaitu di pulau Sumatera.
hasil kebudayaan Bacson-Hoabinh :
kapak genggam |
Kyokkenmodinger |
Kapak dari tulang dan tanduk
|
·
Kebudayaan
Dongson
Kebudayaan perunggu Asia Tenggara
biasa dinamakan kebudayaan Dongson, menurut nama tempat penyelidikan pertama di
daerah Tonkin penyelidikan menunjukkan bahwa di sana pusatnya kebudayaan
perunggu Asia Tenggara. Di sana ditemukan segala macam alat-alat perunggu dan
nekara, alat-alat dari besi dan kuburan-kuburan zaman itu. Di sana juga
ditemukan bejana yang serupa dengan yang ditemukan di Kerinci dan Madura. Di
Tonkin lengkap terdapat keseluruhan kebudayaan perunggu.
Sudah kita ketahui bahwa hiasan-hiasan pada nekara menunjukkan dengan nyata
akan adanya hubungan yang erat antara negeri kita dengan daratan Asia. Maka tak
dapat disangsikan lagi bahwa kebudayaan logam Indonesia memang termasuk satu
golongan dengan kebudayaan logam Indonesia memang termasuk satu golongan dengan
kebudayan logam Asia yang berpusat di Dongson itu. Dari pangkal inilah
datangnya gelombang kebudayaan logam ke negeri kita melalui jalan barat lewat
Malaysia Barat. Menurut para sarjana pembawa kebudayaan baru ini sebangsa
dengan pembawa kebudayan kapak persegi, ialah bangsa Austronesia. Dengan
demikian maka nenek moyang bangsa Indonesia datang kemari dalam dua ambalan:
1. Dalam jaman neolithikum, sejak kurang
lebih 2000 tahun sebelum masehi
2. Dalam jaman perunggu, sejak kurang
lebih 500 tahun sebelum masehi
Mengenai umur kebudayaan Dongson itu,
mula-mula Victor Goloubew (penyelidik pertama) berpendapat bahwa kebudayaan
perunggu itu berkembangnya sejak abad pertama sebelum Masehi. Pendapatnya
berdasarkan atas penemuan berbagai mata uang Tionghoa jaman Han (sekitar tahun
100 sebelum Masehi) yang didapatkan di kuburan-kuburan di Dongson. Anehnya, di
situ juga ditemukan nekara-nekara tiruan kecil, dari perunggu pula.
Rupa-rupanya nekara-nekara kecil itu diberikan kepada yang meninggal sebagai
bawaan ke akhirat. Tentu saja nekara tiruan itu dibuatnya lama sesudah nekara
yang betul betul ada. Kalau nekara bekal mayat itu sama umurnya dengan mata
uang Han bekal mayat pula, maka nekara yang betul-betul harus sudah ada sebelum
tahun 100 sebelum Masehi. Maka menurut Von Heine Geldern kebudayaan Dongson itu
paling muda berasal dari 300 tahun sebelum Masehi. Pendapatnya diperkuat lagi
oleh hasil penyelidikannya atas hiasan-hiasan nekara Dongson yang ternyata
tidak ada persamaannya dengan hiasan-hiasan Tiongkok dari jaman Han itu.
hasil kebudayaan Dongson :
Selain
kebudayaan yang sifatnya material, telah dikenal beberapa macam kebudayaan
spritual sebagai berikut:
1. Kepandaian membuat perahu
Perahu
ini dipergunakan untuk perpindahan dari daratan asia ke daerah kepulauan
(Austronesia). Salah satu ciri khas perahu buatan bangsa Melayu Austronesia
adalah dipergunakannya cadik. Cadik
terbuat dari kayu atau bambu dan yang membuat perahu menjadi seimbang sehingga
tidak mudah goyang.
2. kepandaian bercocok tanam
Bercocok
tanam meliputi berladang maupun bersawah. Hasilnya berupa padi yang merupakan
bahan makanan pokok, di samping palawija yang merupakan tanaman selingan,
seperti kacang, kedelai, dan jagung. Untuk mengerjakan sawah, mereka
menggunakan bajak yang ditarik oleh kerbau atau sapi.
3. Pengetahuan perbintangan atau
Astronomi
Pengetahuan
astronoi dipergunakan bangsa Melayu Austronesia untuk menunjang kegiatan
pertanian dan pelayaran. Gugusan bintang Waluku yang bentuknya seperti bajak
dipergunakan sebagai tanda untuk mengetahui datangnya musim bercocok tanam,
sedangkan gugusan bintang salib selatan dipergunakan untuk mengetahui arah
dalam pelayaran.
4. Kepercayaan
Pemujaan
roh nenek moyang (animisme) dan pemujaan terhadap benda-benda yang mempunyai
kekuatan gaib (dinamisme) adalah kepercayaan yang mereka kenal. Dalam
prakteknya kedua macam kepercayaan itu menimbulkan kebudayaan wayang, pemujaan
makam dan lainnya.
2. Peradaban Lembah Sungai Indus dan Sungai Gangga
·
Kebudayaan
India Awal
Letak peradaban terbesar bangsa India
adalah teletak di Mohenjodaro dan Harapa. Suku asli India adalah bangsa Dravida
yang kemudian eksistensinya sedikit demi sedikit tergusur oleh kedatangan
bangsa Arya dari Asia Barat[1]. Peradaban India sering disebut dengan peradaban
sungai Indus yang dialiri oleh lima anak sungai yaitu; Yellum, Chenab, Ravi,
Beas, Suttly yang kemudian terkenal dengan sebutan Punjab (Daerah lima Aliran
Sungai). Peradaban lembah sungai Indus sebanding dengan peradaban Mesopotamia,
lembah sungai Huangho, dan Mesir,dengan penduduk asli adalah orang-orang
Dravida, mempunyai cirri-ciri berkulit hitam dan pada saat itu mereka belum
mempunyai kepercayaan atau agama yang tetap.[2]
Seperti
yang telah disinggung diatas hasil peradaban terbesar lembah sungai Indus
adalah keberadaan kota Mohenjodaro dan Harapa. Kota Mohenjodaro merupakan
gambaran kota pada masa India lama. Disana telah ditemukan bangunan perumahan,
balai besar dan juga pemandian. Bahan pokok dari bangunan-bangunan tersebut
adalah sebuah batu bata merah dengan ukuran kira-kira 25 X 50 X 3,5 inchi.
Rumah-rumah padakota Mohenjodaro mempunyai halaman-halaman yang luas.
Letak
kota lembah sungai Indus sendiri tepatnya di daerah perbukitan Baluchistan yang
kemudian menghasilkan kebudayaan Nal. Daerah-daerah yang terletak di sepanjang
sungai Indus kemudian sering disebut dengan kebudayaan Harappa dan
Mohenjodaro. Letak Mohenjodaro dan Harappa sendiri kurang lebih 800 km[3].
Dalam penggalian terbaru telah banyak ditemukan kota-kota baru di Mohenjodaro
dan Harappa.Pada masa Mohenjodaro dan Harappa telah ditemukan benda-benda yang pada
saat itu sudah merupakan benda yang sangat mengagumkan dengan keunikan dan
keelokan tersendiri.
Dengan
sumber-sumber yang telah ada membuktikan bahwa sungai Indus, tepatnya peradaban
lembah sungi Indus telah menjadi salah satu sumber perdaban di dunia.Padahal
pada waktu Indonesia belum berkembang seperti halnya India, ataupun
Mesopotamia, Mesir dan bahkan Eropa.
·
Peradaban
Lembah Sungai Indus
Berdasarkan penggalian arkeologis di
Mohenjo Daro[4] (Distrik Larkana, Sind) dan di Harappa (Distrik
Montgomery, Punjab), dapat dibuktikan bahwa ±5000 tahun lalu muncul komunitas
beradab di wilayah ini. Keantikan peradaban Lembah Sungai Indus karena
periodenya yang sejajar dengan peradaban di lembah Sungai Nil di Mesir dan
peradaban lembah Sungai Eufrat-Tigris di Mesopotamia.Sayangnya, belum ditemukan
rekaman tertulis mengenai peradaban lembah Sungai Indus.
Penggalian-penggalian
arkeologis berhasil menemukan puing-puing kota besar (big city) yang diduga
dibangun beberapa kali. Dijumpai bangunan atau gedung tempat tinggal dari
ukuran terkecil (berisi dua kamar) hingga gedung mewah di kanan-kiri jalan yang
luas dan lurus.Gedung-gedung tersebut terbuat dari bata.Gedung-gedung besar
mempunyai dua atau lebih loteng, dilengkapi dengan lantai ubin dan halaman,
pintu, jendela, dan tangga-tangga sempit.Hampir setiap gedung itu mempunyai
sumur, pipa saluran, dan kamar mandi. Terdapat bangunan-bangunan besar yang
diduga adalah istana, kuil, dan gedung kota praja.
Ada
pula kolam besar (big bath) berupa alun-alun segi empat yang luas dengan
serambi dan ruangan-ruangan di semua sisi.Terdapat kolam besar di tengahnya,
yang sekelilingnya diberi pagar.Air disalurkan melalui pipa-pipa besar. Kolam
besar tersebut mempunyai panjang 180 kaki (55 m), lebarnya 108 kaki (33m), dan
dinding luarnya mempunyai ketebalan 8 kaki (2 m).
Kesan
yang didapatkan dari peninggalan arkeologis yang ditemukan, peradaban Lembah
Sungai Indus merupakan kota besar yang padat penduduknya. Sistem sanitasi dan
pembuangan air sudah maju.Penduduknya pun menikmati kemewahan.Seni bangunan
telah mencapai derajat kesempurnaan yang tinggi. Bangunan yang ada telah
mengesankan bahwa telah ada suatu town planning, kota dirancang dengen tertata
dan rapi.
Menurut
Tom B.Jones dalam buku From Tigris to the Tiber : An Introduction o Ancient
History, peradaban lembah Sungai Indus memiliki karakteristik sebagai berikut:
1.
Merupakan sebuah negara agama atau teokrasi.
2.
Memiliki stratifikasi sosial yang jelas.
3.
Terdapat golongan pendeta.
4.
Dalam bidang ekonomi, literatur dan lembaga pengetahuan telah ditata dengan
teratur.
Identifikasi
peradaban lembah Sungai Indus[5]:
1.
Makanan
Makanan
utama penduduk ialah gandum, gandum untuk dibuat minuman keras (barley malt)
dan sebangsa kurma.Mereka juga makan daging domba, babi, ikan, dan telur.
2.
Baju dan Perhiasan
Kain
katun umum digunakan sebagai pakaian.Wool untuk pakaian penghangat.Perhiasan
dipakai baik oleh wanita maupun pria, misalnya, kalung, gelang tangan, dan
cincin.Perhiasan yang khusus dipakai kaum wanita ialah korset, cincin hidung,
anting-anting dan gelang kaki. Perhiasan ini pada umumnya terbuat dari emas,
perak, gading, tembaga dan bat mulia seperti batu giok dan akik.
3.
Barang-barang rumah tangga
Kendi
yang beraneka ragam telah dibuat dengan roda, ada yang sederhana dan ada yang
dilukis.Kendi biasanya dibuat dari tembaga, perak, dan porselin.Besi belum
dikenal.Jarum dan sisir dibuat dari batu atau gading.Kapak, pahatan, pisau,
sabit, pancing, dan silet dibuat dari tembaga dan perunggu.Ada mainan anak-anak
misalnya kereta dan kursi kecil beroda.Ditemukan pua potongan-potongan dadu.
4.
Pemeliharaan Binatang
Sisa-sisa
kerangka membuktikan bahwa sapi jantan, kerbau, biri-biri, gajah, dan unta
telah dipelihara.Anjing juga sudah dipelihara sedangkan kuda belum.
5.
Senjata-senjata Perang
Meliputi
kapak, tombak, pisau belati, tongkat, busur dan anak panah.Pedang belum
ditemukan.Juga tidak dijumpai perisai, topi baja atau baju
zirah.Senjata-senjata tersebut dibuat dari tembaga atau perunggu.
6.
Materai
Lebih
dari 500 materai telah ditemukan, terbuat dari lepengan tanah liat yang dibakar
dan ukurannya kecil.Beberapa materai berisi gambar binatang atau tulisan
piktorial yang belum dapat diuraikan.
7.
Kesenian
Adanya
gambar-ambar dalam materai menunjukkan seni yang tinggi. Di Harappa ditemukan
potongan-potongan bat yang dipahat.
8.
Perdagangan
Materai-materai
yang ditemukan itu berkaitan dengan dunia perdagangan. Rakyat lembah Indus
tidak hanya berdagang dengan bagian lain wilayah India, tetapi juga dengan
negara-negara Asia lain seperti Bangsa Sumeria. Dri perdagangan itu,
didatangkan timah, tembaga, dan batu mulia dari luar India.
9.
Mata Pencaharian
Mata
pencaharian penduduk telah dapat diidentifikasi.Pertanian memainkan peran yang
penting. Gandum dan katun ditanam dalam skala besar mata pencaharian lain dalam
masyarakat adalah pembuat barang pecah belah, penenun, tukang pembuat hiasan
dinding, dan pemotong batu. Kemajuan teknik ditunjukkan oleh roda untuk membuat
barang pecah belah, pembakaran batu-batu, pencetakan dan pengolahan logam.
10.
Agama
Barang-barang
peninggalan di Mohenjo Daro memperlihatkan kepercayaan rakyat.Mereka diduga
memuja Divine Mother (Dewi Pertiwi), meyakini energi wanita sebagai sumber seluruh
penciptaan.Ada pula dewa pria yang diduga sebagai prototipe Dwa Siwa.Dalam satu
materai, Siwa digambarkan duduk dalam posisi yoga, dikelilingi
binatang-binatang.Dia memiliki tiga wajah.Di sini dapat ditarik kesimpulan
adanya hubungan organik antara peradaban Lembah Sugai Indus dengan Hinduisme
sekarang.Peradaban Sungai Indus merupakan sumber peradaban berikutnya,
memberikan kontribusi penting dalam pertumbuhan dan perkembangan peradaban
India.
11.
Kronologi
Periode
eksistensi peradaban Sungai Indus diduga berlangsung paling awal ± 2900 SM atau
sampai ± 1700 SM. Sementara migrasi bangsa Arya ke India diperkirakan terjadi ±
2000-1500 SM.
Ada beberapa pendapat mengenai siapa pendukug peradaban sungai Indus, yaitu:
1. Orang-orang
Sumeria
2. Orang-orang
Dravida
3.
Antara Sumeria dengan Dravida identik.Menurut pendapat ketiga
ini, orang-orang Dravida pada suatu waktu mendiami seluruh India, termasuk
wilayah Punjab, Sind, dan Baluchistan.Secara bertahap mereka beremigrasi ke Mesopotamia.Fakta
bahwa rumpun Bahasa Dravida masih dipakai oleh orang-orang Brahui yang tinggal
di Baluchistan sekarang, dijadikan penguat pendapat ini.
Ada
beberapa faktor yang dapat diajukan mengenai keruntuhan peradaban Sungai Indus
ini, yaitu[6]:
1.
Kesulitan untuk mengontrol Sungai Indus bila terjadi banjir. Harappa barangkali
ditinggalkan penduduknya karena bencana banjir.
2.
Penggundulan hutan oleh penduduk lembah Sungai Indus untuk diambil kayunya.
Akibat penggundulan hutan ini adalah bahaya banjir dan erosi.
3.
Serbuan asing yang diperkirakan dilakukan oleh bangsa Arya. Bukti yang
mendukung hal ini misalnya adalah ditemukannya kumpulan tulang belulang yang
berserakan di suatu ruangan besar di tangga menuju tempat pemandian.Bentuk dan
sikap tulang belulang itu ada yang menggeliat dalam posisi takut karena
timbulnya serangan mendadak.
·
Peradaban
Sungai Gangga
A. Pusat
Peradaban
Lembah sungai Gangga terletak antara Pegunungan
Himalaya dan PegununganWindya-Kedna. Sungai itu bermata air di
Pegunungan Himalaya
dan mengalir melalui kota-kota besar seperti Delhi,
Agra, Allahabad, Patna, Benares melalui wilayah Bangladesh danbermuara di
teluk Benggala. Sungai Gangga bertemu dengan sungai KwenLun. Dengan
keadaan alam seperti itu tidak heran jika lembah
Sungai Gangga ini sangat subur.
Pendukung peradaban lembah
Sungai Gangga adalah bangsa Aria yang termasuk bangsaIndo
Jerman. Bangsa Arya memasuki wilayah India
antara tahun 200-1500 SM, melaluiCelah Kaibar di
Pegunungan Hirnalaya.
Kebudayaan lembah
Sungai Gangga merupakan kebudayaan campuran antara
kebudayaan bangsa Aria dengan bangsa Dravida. Hal ini di
sesuaikan dengan nama daerah
tempat bercampurnya kebudayaan,yaitu daerah Shindu atau
Hindustan.
Peradaban lembah
Sungai Gangga meninggalkan jejak yang sangat penting dalam
sejarah umat manusia hingga kini. Di
tempat ini muncul dua agama besar dunia,yaitu agama Hindu dan
Buddha. Agama hindu lahir dari budaya campuran bangsa
Aria dan Dravida itu.
Bahkan peradaban dan kehidupan bangsa hindu tesebut tercantum dalam kitab suci
agama hindu, yaitu kitab Weda, Brahmana dan Upanisad.
Agama Hindu
merupakan perwujudandari kepercayaan peradaban bangsa Hindu. Sungai Gangga
di
anggap sebagai tempatkeramat dan suci bagi penganut
Hindu India.Air Sungai Gangga dianggap dapat menyucikan
diri manusia dan penghapus semua dosanya.Masyarakat
Hindu memuja banyak dewa (Politeisme). Dewa-dewa tersebut, antara lain, Dewa
Bayu (Dewa Angin), Dewa Baruna (Dewa Laut), Dewa Agni (Dewa Api), dan lain
sebagainya.
Sementara
itu, agama Buddha
lahir sebagai bentuk reaksi beberapa golongan atas
ajaran kaum Brahmana yang
dipimpin oleh Siddharta Gautama. Ia adalah seorang putra
mahkota kerajaan Kapilawastu.
Siddharta mendapat sinar terang menjadi Sang Buddha
yang berarti "Yang Disinari". Lambat laun agama
Budhha dapat diterima masyarakat
India danmenyebar keberbagai belahan dunia.
B. Pemerintahan
Perkembangan
sistem pemerintahan di Lembah Sungai Gangga merupakan kelanjutan sistem
pemerintahan masyarakat di daerah Lembah Sungai Shindus. Sejak
runtuhnya Kerajaan Maurya,keadaan menjadi kacau dikarenakan
peperangan antara kerajaan-kerajaan kecil yang ingin berkuasa.
Keadaan ini baru dapat diamankan kembali
setelah munculnya kerajaan-kerajaan baru.Kerajaan-kerajaan tersebut di
antaranya Kerajaan Gupta dan Kerajaan Harsha.
1. Kerajaan
Gupta
Kerajaan ini didirikan oleh Raja
Candragupta I (320-330 M) dengan pusatnya di lembah Sungai
Gangga.Pada masa pemrintahannya agama Hindu dijadikan agama Negara,
namun agama Buddha tetap dapat berkembang.
Kerajaan
Gupta ini mencapai masa paling gemilang ketika Raja Samudra
Gupta berkuasa,ia adalah cucu dari Candragupta I.
seluruh lembah Sungai Gangga dan lembah Sungai
Shindu berhasil dikuasainya dan ia menjadikan kota
Ayodhia sebagai ibukota kerajaan.
Kemudian Pengganti
Raja Samudragupta adalah Candragupta I(375-415 M), yang dikenal
sebagai Wikramaditiya. Di bawah pemerintahan Candragupta II kehidupan
rakyat semakin makmur dan sejahtera..Kesusastraan mengalami masa
gemilang.Pujangga yang terkenal pada masa ini adalah
pujangga Kalidasa dengan karangannya berjudul
"Syakuntala".Perkembangan seni patung mencapai kemajuan yang juga
pesat.Hal ini terlihat dari pahatan-pahatan dan patung-patung terkenal
menghiasi kuil-kuil di Syanta.Dalam-perkembangannya Kerajaan Gupta mengalami
kemunduran setelahRaja Candragupta IIwafat.India mengalami masa kegelapan
selama kurang lebih dua abad.
2. KerajaanHarsha
Pada
abad ke-7 M muncul Kerajaan Harsha dengan rajanya Harshawardana. Ibu kota
Kerajaan Harsha adalah Kanay. Harshawardana merupakan seorang
pujangga besar.Pada zamannya kesusastraan dan pendidikan berkembang
pesat.Salah satu pujangga yang terkenal pada
masa kekuasaannya adalah pujangga Banadengan karyanya berjudul
"Harshacarita".Raja Harsha pada awalnya memeluk agama Hindu, tetapi
kemudian memeluk agama Buddha.Di tepi Sungai Gangga banyak dibangun wihara dan
stupa, serta dibangun tempat-tempat penginapan dan fasilitas
kesehatan.Candi-candi yang rusak diperbaiki dan membangun candi-candi baru.
Setelah masa pemerintahan Raja Harshawardana hingga abad ke-11 M tidak pernah
diketahui adanya raja-raja yang pernah berkuasa di Harsha.Sehingga India
kembali mengalami masa kegelapan
C. Kebudayaan
Lembah Sungai Gangga
Perkembangan kebudayaan masyarakat Lembah
Sungai Gangga mengalami
kemajuan banyak kemajauan dibidang kesenian, seperti
kesusastraan, seni pahat, dan seni
patung berkembang dengan pesat. Peradaban dari lembah sungai ini
kemudian menyebar ke daerah-daerah lain di Asia termasuk di Indonesia.
3.
Sejarah Peradaban Lembah Sungai Kuning (Hwang Ho)
1. Letak
Geografis
Secara garis besar, letak geografis
Cina dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:
(a) Lembah Sungai Hwang Ho (Sungai
Kuning)
Sungai Hwang Ho dianggap berkah bagi
bangsa Cina, lahan-lahan di sekitar sungai menjadi subur setelah terjadi banjir
yang membawa lumpur-lumpur. Aliran Sungai Huang Ho dari hulu yang berada di
Kwen Lun (Tibet) sampai muara Teluk Tsi-Li.
(b) Lembah Sungai Yang Tse
Lembah Sungai Yang Tse merupakan
pusat pertanian sehingga banyak ditemui kota-kota di sekitarnya. Sungai Yang
Tse memiliki sumber di Pegunungan Kwen Lun (Tibet) dan bermuara di Laut Cina
Timur.
(c) Cina Selatan
Di daerah ini banyak ditemukan bahan
timah. Daerah ini sebagai bukti bahwa bangsa Cina di masa prasejarah sudah
mampu membuat perkakas dari bahan-bahan logam.
Kedua sungai yang telah disebutkan
merupakan cikal bakal tumbuhnya peradaban di Cina, namun walau demikian
kebudayaan yang timbul ditemukan berada di Lembah Sungai Hwang Ho.
2. Mata
Pencaharian
Kekayaan
alam Cina yang begitu melimpah menyebabkan kemajuan kebudayaan yang cepat dan
beragam. Mengalirnya Sungai Hwang Ho dan Sungai Yang Tse merupakan sumber
kehidupan bangsa Cina dengan cara bercocok tanam dan beternak.
Tantangan cara hidup bertani
mendorong bangsa Cina membuat perkakas pertanian dari bahan logam, apalagi
ditunjang dengan wilayah Cina Selatan yang kaya akan barang tambang, seperti
besi timah, emas dan tembaga. Selain menjadi perkakas pertanian, logam pun
diolah menjadi perabot rumah tangga seperti periuk, tombak, pisau dan
lain-lain. Cepatnya kemajuan bangsa Cina di bidang teknologi pertanian
mendorong terbentuknya kerajaan, dinasti yang pertama adalah dinasti Hsia.
3. Pemerintahan
a. Dinasti Shang (1523-1027 SM)
Dinasti Shang merupakan dinasti
tertua di negeri Cina, namun tidak adanya bukti tertulis maka pada zaman itu
bisa dikategorikan sebagai masa prasejarah. Setelah dinasti Hsia runtuh, muncul
Dinasti Shang dengan ibukota Anyang (sebelah Utara Lembah Sungai Hwang Ho).
Posisi wilayah kerajaan ini sangat aman, terutama ditunjang oleh kondisi
geografi yang tidak mendukung adanya serbuan dari luar, sebelah Barat sampai
Barat Daya dikelilingi oleh pegunungan, sebelah Utara adalah padang Gurun Gobi
dan sebelah Timur dan Selatan adalah Laut Pasifik.
Pada zaman Dinasti Shang muncul
kepercayaan menyembah banyak dewa, sebagai dewa tertinggi adalah dewa langit
Shang Ti, tetapi bangsa Cina tidak meninggalkan kepercayaan kepada roh nenek
moyang.
b. Dinasti Chou (1027 – 256 SM)
Dinasti Chou menggantikan Dinasti
Shang setelah terjadi perebutan kekuasaan dengan alasan raja dari Dinasti Shang
dianggap salah mengurus negara dan telah meninggalkan mandat dari Dewa Langit.
Sebagai ibukota dipilih Kota Hao. Kondisi sosial dalam masyarakat semasa
Dinasti Shang sudah terbentuk, secara tidak disadari telah terbentuk dua
golongan, yaitu golongan bangsawan dan golongan rakyat biasa.
Adanya kondisi ini melahirkan sistem
feodalisme yang diterapkan pada masa Dinasti Chou. Sistem pemerintahan pada
Dinasti Chou dikuasai secara terpusat di bawah kekuasaan Kaisar, dan
daerah-daerah yang dikuasai raja dipimpin oleh raja bawahan (Raja Vazal)
sebagai pembantu. Sistem seperti ini, Raja Vazal selalu menekan kepada
rakyatnya untuk membayar upeti dan memperkuat daerahnya sendiri dengan
membentuk pasukan militer yang menguasai daerah-daerah tetangga yang lemah
dengan alasan memperkuat kekuatan pusat apabila dibutuhkan.
Adanya serangan bangsa barbar dari
sebelah barat Cina ke ibukota Hao, menyebabkan dipindahkannya ibukota ke Loyang
di sebelah Timur. Akibat serangan ini memperlemah kekuatan Dinasti Chou
ditambah lagi dengan lemahnya kekuatan pusat yang beralih ke daerah maka tahun
770 SM terjadi pergantian kekuasaan oleh persekutuan raja-raja Vazal. Karena
lemahnya kerajaan, pada tahun 480 SM Cina terbagi menjadi tiga penguasa, yaitu
Chi di Shantung, Chu di bagian Utara Sungai Yang Tse dan Chin di Lembah Sungai
Hwang Ho. Kondisi pemerintahan seperti ini melahirkan para tokoh filsafat, di
antaranya Lao Tse, Kong Fu Tse, Meng
Tse, dan lain-lain.
c. Dinasti Chin (221 – 206 SM)
Di antara tiga penguasa, Chin adalah
penguasa yang agresif dan mengalahkan kekuatan lainnya. Barulah tahun 221 SM,
Pangeran Cheng sebagai penguasa Chin membeli wilayah untuk kekuasaanya dari
Manchuria sampai Yang Tse. Keberhasilannya itu, Pangerang Cheng menamai dirinya
Shih Huang Ti (Kaisar Pertama).
Kebijakan-kebijakan yang pernah
dikeluarkan oleh Shih Huang Ti selama berkuasa, yaitu:
(1) Penghapusan sistem feodalisme
dan raja vazal.
(2) Sistem birokrasi terpusat,
dengan seorang gubernur untuk mengatur provinsi.
(3) Menyusun tulisan yang seragam.
(4) Memperluas wilayah Cina, bahkan
hingga Korea.
(5) Memerintahkan pembangunan tembok
Cina, untuk menahan serangan tentara Mongol dari Utara.
(6) Pengaturan takaran dalam
perdagangan.
(7) Petani dan masyarakat golongan
biasa dikenai wajib militer, pajak tinggi dan kerja paksa.
(8) Menghancurkan faham Kong Fu Tse
dengan membunuh sarjana dan membakar buku-buku ajarannya.
Shih Huang Ti wafat tahun 210 SM,
terjadi kekacauan di provinsi yang diakibatkan oleh keserakahan para gubernur
dan bangsawan yang ingin mengambil kekuasaan di Cina, dan timbulnya
pemberontakan rakyat terhadap sistem yang diterapkan oleh Shih Huang Ti. Salah
seorang petani bernama Liu Pang berhasil mengatasi kekacauan dan menduduki
tahta kerajaan dengan mendirikan Dinasti Han.
d. Dinasti Han (206 SM – 221 M)
Kedekatan Liu Pang kepada rakyat dan
pendidikan, ajaran Kong Fu Tse dihidupkan kembali bahkan ajarannya dipakai
sebagai seleksi calon pegawai negara dan kenaikan jabatan, sistem feodalisme
dikekang, penghapusan pajak, dan pembangunan irigasi dan jalan yang baru.
Dinasti Han, tetap mempertahan
tradisi dinasti-dinasti sebelumnya untuk memperluas wilayah Cina, bahkan pada
saat kekuasaan kaisar Wu Ti menghasilkan sebuah imperium yang luas hingga ke
Korea, Turkestan, sebagian India dan IndoCina.
Berkat imperium ini, terjadi
hubungan perdagangan antara Cina dan India sehingga terjadi percampuran
kebudayaan dan dimulainya masuk ajaran agama Buddha. Jalur perdagangan Cina
dengan Asia Tengah menggunakan Jalur Sutera, yaitu jalur perjalanan dari Cina
ke Asia Tengah melalui India Utara. Adanya kerawanan keamanan selama
perjalanan, jalur perdagangan diganti melalui laut melalui Indonesia.
Sepeninggal Wu Ti, Cina mengalami kemunduran akibat kebijakan yang tidak
menguntungkan orang kaya dengan cara penghapusan budak, pembagian pemilikan
tanah dan penetapan harga. Kehancuran Dinasti Han terjadi pada tahun 221 SM.
e. Dinasti T’ang (618 – 906 M)
Pada zaman Dinasti T’ang bangsa Cina
mengalami kejayaan kembali yang sebelumnya telah hancur dan terpecah-pecah
menjadi negara kecil. Kemajuan Dinasti T’ang ditunjang kedekatannya kepada para
petani dan kaum bangsawan dengan diberlakukannya Undang-undang tentang
pembagian tanah dan perpajakan. Wilayah Cina diperluas hingga ke Persia dan
Laut Kaspia sehingga terjalin hubungan perdagangan dengan Asia Tengah. Dari
perdagangan inilah masuknya agama Kristen dan Islam ke daratan Cina.
4. Pengetahuan
dan Teknologi
Ilmu pengetahuan bangsa Cina
diketahui dari tulisan-tulisannya yang berbentuk gambar (piktograf). Tulisan
ini menunjukkan lambang dari suatu kata atau kalimat, sehingga komunikasi antar
daerah bisa terwujud apalagi daerah yang ditempati oleh kelompok-kelompok
terpisah-pisah. Pada awalnya tulisan-tulisan ditulis di kayu, kulit, bambu, dan
bahkan tulang binatang.
Kemajuan lain bangsa Cina dapat
dirasakan dengan banyaknya sisa-sisa peninggalannya dari bahan logam yang
kemudian diperdagangkan hingga ke luar negeri. Iklim di Cina mengenal empat
musim, adanya keteraturan pergantian musim dimanfaatkan dengan membuat
penanggalan dan ilmu perbintangan sehingga dapat dipakai untuk keperluan pola
tanam pertanian, perdagangan dan pelayaran. Penemuan swipoa adalah salah satu
bentuk keahlian bangsa Cina di bidang matematika yang digunakan untuk
mempercepat perhitungan saat berdagang.
5. Ilmu
Filsafat
Pada masa Dinasti Chou muncul
beberapa tokoh filsafat, tiga diantaranya merupakan yang terbesar, yaitu Lao
Tse, Kong Fu Tse dan Meng Tse.
a. Lao Tse
Lao Tse merupakan pencetus dasar-dasar
Tao (Tao artinya jalan) dalam buku yang berjudul Tao Tse Ting. Oleh karena itu,
ajaran Lao Tse dikenal dengan nama Taoisme. Dalam Taoisme, manusia diharuskan
untuk pasrah terhadap hal-hal yang dialaminya dan selalu menjalankan
kehidupannya dengan baik karena senang ataupun susah tidak ada bedanya, yang
penting adalah cara menjalaninya yang harus diperbaiki. Taoisme mengajarkan
tentang keseimbangan alam dengan yin dan yang.
Yin adalah unsur-unsur negatif misalnya: malam, gelap, dingin, perempuan. Yang
adalah unsur-unsur positif, misalnya siang, terang, panas, laki-laki.
b. Kong Fu Tse
Ajaran Kong Fu Tse mengacu pada
ajaran Taoisme yang mengharuskan adanya keselarasan dalam kehidupan
bermasyarakat. Kong Fu Tse memusatkan ajarannya pada kehidupan sehari-hari, dan
keluarga adalah inti dari masyarakat. Keselarasan hidup dalam keluarga bisa
dirasakan saat orang tua menyayangi anak, anak menghormati orang tua, laki-laki
sebagai kepala keluarga, perempuan sebagai pengurus rumah tangga. Pemikiran ini
diterapkan pada sistem pemerintahan dimana raja harus menyayangi rakyatnya
begitu pula rakyat harus taat kepada raja.
c. Meng Tse
Meng Fu Tse mengikuti ajaran
gurunya, Kong Fu Tse. Ia mengajarkan bahwa rakyat boleh mengingatkan raja dan
memberontak apabila haknya diabaikan, begitu pula rakyat harus tunduk, taat dan
melaksanakan kewajiban yang diperintahkan oleh raja. Timbal balik antara raja
dan rakyat merupakan dasar-dasar kehidupan dalam negara demokrasi, sama seperti
yang pernah dilontarkan pula oleh Plato.
Sungai
Kuning terletak di daerah pegunungan Tibet. Mengapa diberi nama sungai Kuning?
Karena aliran sungai setelah melalui pegunungan Cina Utara membawa lumpur
kuning yang membentuk dataran rendah Cina. Kehidupan masyarakatnya dengan
bercocok tanam, seperti menanam bahan makanan pokok yang berupa gandum, padi,
teh, jagung, kedelai dan memelihara ulat sutra.
Teknologi
Karena bumi Cina mengandung bahan tambang, maka barang-barang tambang diolah untuk kebutuhan hidup masyarakatnya. Misalnya : perhiasan, perabot rumah tangga dan alat-alat senjata.
Karena bumi Cina mengandung bahan tambang, maka barang-barang tambang diolah untuk kebutuhan hidup masyarakatnya. Misalnya : perhiasan, perabot rumah tangga dan alat-alat senjata.
Aksara
dan bahasa
Masyarakat
Cina sudah mengenal adanya tulisan yang berupa tulisan gambar yang merupakan
lambang. Sedangkan bahasa yang digunakan berbeda-beda antara provinsi satu
dengan lainnya.
Contoh tulisan masyarakat Cina :
Astronomi
Masyarakat Cina mengenal ilmu perbintangan, maka muncul pula sistem penanggalan atau kalender
Sistem pemerintahan
Raja Cina yang tertua adalah Kaisar Huang-Ti (2697 SM). Penggantinya bernama Yao kemudian Sun, lalu Yu yang menjadikan kerajaan bernama HSIA dan sistem pemerintahan turun-temurun, antara lain Dinasti :
Masyarakat Cina mengenal ilmu perbintangan, maka muncul pula sistem penanggalan atau kalender
Sistem pemerintahan
Raja Cina yang tertua adalah Kaisar Huang-Ti (2697 SM). Penggantinya bernama Yao kemudian Sun, lalu Yu yang menjadikan kerajaan bernama HSIA dan sistem pemerintahan turun-temurun, antara lain Dinasti :
1. Hsia (1766 SM) : dinasti ini
tidak meninggalkan prasasti, sehingga disebut zaman Proto sejarah.
2. Chou (221 SM) : Sebagai peletak dasar sistem pemerintahan feodalis.
3. Chin (206 SM) : ditandai dengan munculnya ajaran dari guru besar dinasti Cjou.
4. Han (78 SM) : pemerintahannya didasarkan pada ajaran bahwa setiap orang yang ingin menjadi pegawai negeri harus diuji lebih dahulu.
5. Tang (907 M) : pendiri dinasti ini adalah Lhi Sin Min.
Tindakan-tindakannya antara lain :
a. mengeluarkan undang-undang tentang pembagian tanah
b. membuat peraturan pajak
c. membagi kerajaan menjadi 10 propinsi
Sifat pemerintahannya adalah desentralisasi, artinya daerah yang berada dibawah kekuasaannya dijadikan daerah otonomi.
2. Chou (221 SM) : Sebagai peletak dasar sistem pemerintahan feodalis.
3. Chin (206 SM) : ditandai dengan munculnya ajaran dari guru besar dinasti Cjou.
4. Han (78 SM) : pemerintahannya didasarkan pada ajaran bahwa setiap orang yang ingin menjadi pegawai negeri harus diuji lebih dahulu.
5. Tang (907 M) : pendiri dinasti ini adalah Lhi Sin Min.
Tindakan-tindakannya antara lain :
a. mengeluarkan undang-undang tentang pembagian tanah
b. membuat peraturan pajak
c. membagi kerajaan menjadi 10 propinsi
Sifat pemerintahannya adalah desentralisasi, artinya daerah yang berada dibawah kekuasaannya dijadikan daerah otonomi.
6. Sung (960 M) : pendiri dinasti ini adalah Sung Tai Tsu. Perkembangannya dalam bidang seni dan ilmu pengetahuan.
7. Yuan (abad ke-12) : penguasa 1 pada tahun 1260 adalah Khubilai Khan di Mongol yang meneruskan usaha perluasan wilayah ke Jepang dan ke Indonesia.
8.
Ming (1642) pendiri dinasti ini adalah Chu Yuang Chang. Pemerintahannya
merupakan masa pemulihan kebudayaan Cina. Pada akhir kekuasaan dinasti Ming
muncul perampokan dan pemberontakan di Cina.
Filsafat dan kepercayaan
Filsafat
dinasti Chou berhasil meletakkan dasar-dasar kehidupan yang berpengaruh,
seperti ajaran-ajaran:
1. Taoisme adalah ajaran Lao Tse yang berisi semangat keadilan dan kesejahteraan yang kekal yaitu Tao.
2. Konfusianisme adalah ajaran yang berisi segala bencana yang terjadi di dunia disebabkan manusia.
1. Taoisme adalah ajaran Lao Tse yang berisi semangat keadilan dan kesejahteraan yang kekal yaitu Tao.
2. Konfusianisme adalah ajaran yang berisi segala bencana yang terjadi di dunia disebabkan manusia.
Dapat didownload disini
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Cara download:
1. Klik tulisan 'disini' di atas
2. Silang laman yang tidak perlu, tunggu loading sebentar
3. Tekan 'Skip Ad'
4. Download file drive di tanda unduh (panah ke bawah ↓) di pojok kanan atas laman google drive
5. Selesai, tinggal cek di folder download
❤❤❤
0 comment
What do you think about this post?