KLIPPING MANAJEMEN AGRIBISNIS: BERITA DAN ISU PERTANIAN INDONESIA

by - December 24, 2018

KATA PENGANTAR

            Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh
            Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunianya sehingga Tugas “Klipping Manajemen Agribisnis: Berita dan Isu Pertanian Indonesia” dapat penulis selesaikan dengan baik. Semoga klipping ini bermanfaat bagi para pembaca, mahasiswa, maupun dosen dan penggiat agribisnis lainnya untuk mengetahui keadaan pertanian di Indonesia saat ini.
            Klipping ini masih memiliki banyak kekurangan dalam penyusunannya, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan masukan yang bersifat membangun dari para pembaca sehingga kedepannya penulis dapat mengembangkan bakat menulis dan dapat menyusun klipping dengan lebih baik lagi.
Mataram,  Desember 2018

        Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i
KATA PENGANTAR....................................................................................... ii
DAFTAR ISI....................................................................................................... iii
BAB I. BERITA DAN ISU PERTANIAN....................................................... 1
1.1     Dua Masalah Petani RI: Sulit Dapatkan Modal & Lahan Pertanian Kecil.. 1
1.2     Modal dan Lahan Makin Sempit Jadi Kendala Petani Indonesia............... 2
1.3     Cara Mentan Gandeng Pesantren Bangun Sektor Pertanian....................... 2
1.4     Strategi Kementan Hadapi Rawan Pangan................................................. 4
1.5     Kenya Belajar Cara RI Jaga Ketahanan Pangan.......................................... 5
1.6     Mentan: Kerugian Petani Sekarang Ditanggung Asuransi.......................... 7
1.7     RI Punya Daerah Rentan Rawan Pangan, Dimana?.................................... 8
1.8     Pemerintah Diminta Beri Insentif Generasi Muda Petani........................... 9
1.9     Beras RI Lebih Mahal Dari Beras Tetangga, Ini Penyebabnya................... 10
1.10  RI Buka Besar-Besaran Impor Jeruk Pakistan Demi Ekspor Sawit........... 12
1.11  Kementan Yakin Kelapa RI Bisa Kuasai Dunia......................................... 13
1.12  Tekan Impor, Produksi Jagung Di Bengkulu Selatan Digenjot.................. 15
1.13  Kirim Ahli ke Vietnam, RI Belajar Tingkatkan Produktivitas Kopi.......... 16
1.14  Mahesa, Mobil Pertanian Multifungsi Seharga Rp50 Juta.......................... 18
1.15  Bisakah Pedagang Seterusnya Jual Beras Sesuai HET?............................. 19
1.16  Harga Beras Diatur, Bagaimana Di Warung-Warung Kecil?..................... 21
1.17  Harga Beras Akan Terus Naik.................................................................... 23
1.18  Harga Kulakan Beras Sudah Tinggi........................................................... 24
1.19  Cetak Sawah Baru, Baru 30 Persen Tergarap Maksimal............................ 25
1.20  Musim Tanam, Penyuluh Diminta Damping Petani.................................... 26
BAB II. RESUME............................................................................................... 27
BAB III. REFLEKSI.......................................................................................... 29
BAB IV. PENUTUP........................................................................................... 32
  Kesimpulan................................................................................................ 32
Saran......................................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 33


BAB I. BERITA DAN ISU PERTANIAN

1.1     Dua Masalah Petani RI: Sulit Dapatkan Modal dan Lahan Pertanian Kecil


Sumber:
detikFinance oleh Dina Rayanti
Foto:
Rachman Haryanto

Jakarta - Sektor pertanian memberikan kontribusi cukup besar bagi pertumbuhan ekonomi. Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Muliaman D. Hadad, mengatakan kontribusi sektor pertanian mencapai 13,6% terhadap produk domestik bruto (PDB).
Selain itu, sekitar separuh dari sektor pengolahan berbasis pertanian menyerap 35% tenaga kerja.
"Apabila sektor pertanian dipandang dari hulu hingga hilir dalam satu rantai, maka kontribusi agregat lebih dari 55%," Muliaman usai seminar yang diselenggarakan Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) dan PISAgro bertema "Inovasi Rantai Nilai Sektor Agro dalam Mendukung Implementasi Financial Inclusion untuk Petani" di Balai Kartini, Jakarta, Senin (23/5/2016).
Meski memberi kontribusi cukup besar ke pertumbuhan, menurut Muliaman, masih ada kendala yang dihadapi petani. Pertama , kesulitan mendapatkan modal. Tak jarang, untuk mengatasi masalah modal ini, petani terpaksa meminjam ke rentenir.
Kedua , Selain masalah modal, masalah lainnya adalah lahan yang kecil dan tak bersertifikat.
"14,6 juta usaha pertanian memiliki lahan kurang dari setengah hektar," ujar Muliaman
Untuk mengatasi berbagai masalah ini, pemerintah membuka kemudahan pembiayaan melalui program KUR. Saat ini, bunga KUR telah dipangkas menjadi 9% per tahun.
"Langkah-langkah nyata buka akses ekonomi terhadap sumber permodalan, sehingga tingkatkan usaha dan sumber pendapatan dan kurangi kemiskinan," kata Muliaman, yang juga Ketua umum Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) itu. (hns/feb)
1.2     Modal dan Lahan Makin Sempit Jadi Kendala Petani Indonesia

28 Jun 2018, 12:02 WIB
Reporter: Wilfridus SetuEmbu
Sumber: Merdeka.com
Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum HKTI, Moeldoko membeberkan sejumlah masalah yang saat ini dihadapi petani Indonesia. Salah satu tantangan menurut mantan Panglima TNI itu adalah sempitnya lahan yang dikelola.
"Rata-rata nasional lahan petani kita 0,2 sampai 0,3 hektare. Lahan yang kecil itu juga rusak karena penggunaan pestisida dan pupuk anorganik yang berlebihan," kata Moeldoko dalam acara Agriculture and Food Forum (ASAFF) yang diselenggarakan HKTI, di JCC, Jakarta, Kamis (28/6/2018).
Permodalan juga masih menjadi kendala. Meskipun Pemerintah sudah hadir dalam berbagai program untuk membantu permodalan petani, tapi masih saja petani sulit mengakses perbankan.
"Aspek capital, modal petani kita tidak terbiasa berhubungan dengan perbankan, walau Pemerintah sudah punya KUR," ujar dia.
Penggunaan teknologi, kata Kepala Staf Kepresidenan ini juga masih belum terlalu menyentuh proses pengolahan lahan. "Management. Petani tidak terbiasa dengan pendekatan management. Mereka business as usual. 'Ya sudah seperti itu saja'," ujar dia.
Selain itu, pengelolaan pasca panen menjadi tantangan. Petani akan kehilangan hasil pertanian, sebanyak 10 persen kalau tidak dikelola dengan baik. "Saya harap melalui ASAFF ini persoalan-persoalan ini dapat dicari solusinya," tegas dia.

1.3     Cara Mentan Gandeng Pesantren Bangun Sektor Pertanian


Sumber:
Selasa, 26 Sep 2017 23:01 WIB
detikFinance oleh Mukhlis Dinillah
Foto:
Mukhlis Dinillah/detikcom

 Bandung - Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman mendorong pesantren menjadi salah satu penggerak pemberdayaan ekonomi inklusif. Amran berjanji segera mengakomodir kebutuhan pesantren.
Hal itu terungkap dalam diskusi para pemimpin Pondok Pesantren (Ponpes) di Jawa Barat dengan beberapa lembaga kementerian dan Bank Indonesia di Hotel Continental, Jalan Dago Pakar, Kota Bandung, Selasa (26/9/2017).
Dalam kegiatan itu, hadir Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo, Menteri Koordinator (Menko) Kemaritiman Luhut Panjaitan, Mentan Amran Sulaiman, Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Eko Sandjojo, Menteri Perindustrian, Airlangga Hartanto dan perwakilan dari Kementerian Agama.
Amran mengatakan dalam waktu dekat akan menginventarisir lahan kosong yang ada di pesantren-pesantren di Indonesia. Dengan begitu, pihaknya bisa memperkirakan bantuan yang bisa disalurkan.
"Saya percaya pesantren arena integritas dan mereka patuh sehingga sangat mudah dimobilisasi dan mengajak kerja sama, konkretnya adalah kami inventarisir berapa lahan mereka dulu nanti," kata Amran dalam sambutannya.
Setelah menginventarisir lahan yang ada, Kementerian Pertanian (Kementan) akan memberikan bantuan bibit komoditas pertanian. Tidak hanya itu, pihaknya juga memberikan perlengkapan untuk menggarap lahan pertanian.
"Kami akan memberikan pompa kalau ada air di sekitarnya, membangun bersama lumbung desa. Insya Allah dalam waktu dekat akan kita realisasikan," janji Amran.
Tidak hanya memberikan bantuan material, namun juga edukasi pengoperasian perlengkapan pertanian tersebut. Sehingga, bisa memproduksi pertanian dengan baik.
"Jadi kita mengedukasi mereka mengajarkan bagaimana memgoperasikan mesin-mesin traktor dan seterusnya bagaimana menggunakan benih unggul, memilih benih unggul," jelas dia.
Ia mengaku sudah melakukan pemetaan ponpes yang berpotensi mengembangkan pertanian, sehingga bukan tidak mungkin bantuan bisa direalisasikan tahun ini.
"Sudah mapping potensinya bisa saja tahun ini," kata Amran. (hns/hns)

1.4     Strategi Kementan Hadapi Rawan Pangan


Sabtu, 30 Sep 2017 22:30 WIB
Niken Widya Yunita - detikFinance
ilustrasi bahan pangan (Foto: Ardian Fanani)


Jakarta - Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian menyusun Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan (Food Security and Vulnerability Atlas atau FSVA). Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya kerentanan dan kerawanan pangan.
Kepala BKP, Agung Hendriadi menyatakan, untuk mengantisipasi persoalan rawan pangan dan gizi buruk harus didukung informasi ketahanan pangan yang akurat, komprehensif, dan tertata dengan baik. Karena itu dapat dilakukan penanganan yang tepat untuk daerah yang mengalami kerentanan pangan.
"Peta ini sangat membantu karena sesuai dengan arah program pembangunan Presiden Jokowi. Pada tahun ke 3 ini akan difokuskan pada pemerataan, sehingga FSVA dapat dijadikan pedoman untuk mencapai target sasaran," ujar Agung dalam keterangan tertulis dari Kementan, Sabtu (30/9/2017).
Agung mengatakan itu dalam sambutannya pada Focus Group Discussion (FGD) Review Indikator dan Metodologi Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan di Bogor, Jumat (29/9/2017).
Dijelaskan Agung, posisi ketahanan pangan Indonesia mengalami kenaikan. Pada 2017 di posisi 69 dibandingkan posisi 71 pada 2016. Hal tersebut berdasarkan Global Food Security Index (GFSI).
Beberapa instansi dan lembaga internasional telah memanfaatkan FSVA, seperti Kementerian Desa, Kementerian Keuangan, Kementerian Kesehatan dan World Food Programme. Oleh karena pentingnya FSVA, perlu dilakukan penyempurnaan dan penambahan indikator serta metode analisisnya.
FSVA memberikan gambaran daerah yang memerlukan prioritas penanganan dan dapat digunakan untuk mengidentifikasi daerah di kabupaten atau kota yang rentan terhadap kerawanan pangan. Hal ini agar dapat diambil keputusan dan intervensi yang tepat untuk penanganannya.
Dalam FSVA yang dibuat pada 2015 oleh BKP bersama WFP ini mencakup 398 kabupaten di 32 provinsi. Dari 398 kabupaten yang dianalisis, terdapat 58 kabupaten (15%) yang rentan terhadap kerawanan pangan dan 136 kabupaten (34%) dengan tingkat kerentanan yang sedang dan 204 kabupaten (51%) tergolong dalam kabupaten yang tahan pangan.
Penyempurnaan ini dilakukan agar potret ketahanan dan kerentanan pangan di tingkat wilayah dapat digambarkan secara lebih akurat dan mencerminkan kondisi serta fakta yang ada. Pada pertemuan ini diharapkan dihasilkan konsep indikator ketahanan dan kerentanan pangan di wilayah perkotaan yang pada FSVA nasional selama ini belum diakomodasi. Diskusi ini juga diikuti wakil dari Bappenas, IPB, WFP, Kemenkes, Biotrop dan lainnya.

1.5     Kenya Belajar Cara RI Jaga Ketahanan Pangan


Senin, 02 Okt 2017 16:28 WIB
Hans Henricus BS Aron - detikFinance
Foto: Dok. FAO Indonesia

Jakarta - Delapan orang anggota delegasi Kenya dipimpin Penasihat Teknis Sekretaris Kabinet Muo Hamisi Williams berpartisipasi dalam studi banding ke Indonesia. Mereka mempelajari pengalaman Indonesia dalam perencanaan kebijakan Ketahanan Pangan dan Nutrisi serta implementasinya dalam sistem pemerintahan desentralisasi.
Delegasi Kenya juga terdiri dari ahli senior dari satuan tugas penyusunan rancangan Strategi Pertumbuhan Sektor Pertanian dan Transformasi yang baru, serta perwakilan dari berbagai departemen di Kementerian Pertanian, Perikanan dan Peternakan, perwakilan dari Dewan Gubernur dan perwakilan dari pemuda.
"Cukup berkesan bagi kami saat mempelajari mekanisme koordinasi antar sektor dan antar kementerian yang kuat yang dimiliki Indonesia, dan bagaimana level pemerintah yang berbeda (Nasional, Provinsi dan Kabupaten) berhasil memberi layanan yang harmonis sampai ke level petani," ujar Muo Hamisi Williams, dalam keterangan tertulis Perwakilan FAO di Indonesia, Senin (2/10/2017).
Konstitusi Kenya yang disahkan pada Agustus 2010, menempatkan Kenya di jalur transisi dari sistem pemerintahan sentralisasi ke desentralisasi. Pemilihan Umum pada Maret 2013 menandai dimulainya proses desentralisasi di negara tersebut, bersamaan dengan penetapan 47 pemerintah daerah baru dengan gubernur terpilih dan dewan daerah.
Meski Kenya telah melakukan banyak sekali langkah positif menuju implementasi sistem pelimpahan wewenang, transisi dan perubahan institusi masih menghadapi tantangan koordinasi dan pelaksanaan layanan pertanian dan layanan lain yang sudah banyak dilimpahkan. Dalam konteks ini, Kementerian Pertanian, Peternakan dan Perikanan Kenya berupaya belajar dari pengalaman dan pengetahuan di negara-negara lain yang telah berhasil melakukan transisi ke sistem pemerintahan desentralisasi.
"Pada bulan Februari, Menteri Pertanian, Peternakan dan Perikanan Kenya bertemu dengan Direktur Jenderal serta koordinator program strategis dan direktur divisi di Roma untuk mendiskusikan cakupan studi banding. Menindaklanjuti pertemuan tersebut, kami kemudian dihubungi oleh kementerian yang menyarankan tur untuk memahami dengan lebih baik pertanyaan tentang pelimpahan wewenang," kata Pejabat Kebijakan Senior di FAO Kenya dan koordinator studi banding, Mulat Demeke.
Studi Banding ini diatur dalam kerangka program "Dampak Ketahanan Pangan dan Gizi, Ketahanan, Keberlanjutan dan Transformasi (FIRST) yang didukung FAO dan Uni Eropa, yang bertujuan menyediakan mekanisme asistensi kebijakan untuk meningkatkan ketahanan pangan dan nutrisi dan pertanian berkelanjutan.
"Indonesia memulai proses desentralisasi pada tahun 1998, dan memiliki pengalaman panjang dalam melaksanakan sistem desentralisasi. Kerja Sama Selatan-Selatan adalah mekanisme yang sangat baik bagi negara-negara berkembang untuk berbagi pengetahuan, dan menyesuaikan pengalaman yang telah berhasil di satu negara untuk diterapkan negara lain," jelas Pejabat Program di Divisi Kemitraan dan Kerja Sama Selatan-Selatan, Athifa Ali.
Selama kunjungan tersebut, delegasi bertemu dengan sejumlah pihak termasuk Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS), Kementerian Koordinator Ekonomi, Kementerian Pertanian, Kementerian Kelautan dan Perikanan dan Badan Urusan Logistik (BULOG).
Delegasi Kenya juga mengunjungi Pemerintah Provinsi Jawa Barat, dan bertemu dengan pejabat daerah terkait mulai dari perencanaan, sektor pertanian, ketahanan pangan, peternakan, hortikutura, dan perikanan, institusi pertanian dan peternakan sekaligus para petani.
Anggota delegasi melakukan konsultasi mendalam dan sesi tanya jawab untuk memperdalam pemahaman mereka tentang sistem perencanaan provinsi dan nasional, dan bagaimana pemerintah di level yang berbeda bekerja sama. Secara khusus, delegasi mempelajari Program Khusus Pemerintan Indonesia tentang Swasembada beras, jagung dan kedelai (dikenal dengan UPSUS PAJALE), dan bagaimana program dijalankan dari kebijakan menjadi implementasi, dan bagaimana pemerintah di level yang berbeda bekerja bersama untuk berkontribusi dan mewujudkan tujuan ketahanan pangan nasional.
Pengetahuan dan pengalaman yang didapat akan didokumentasikan sebagai publikasi utama sebagai materi referensi tentang pelimpahan wewenang dan koordinasi implementasi kebijakan.
"Kami mempersiap diri untuk mempresentasikan temuan kami kepada Pemerintah kami dan kami menargetkan untuk menggunakan hasil studi banding ini dalam formulasi Strategi Pertumbuhan Sektor Pertanian dan Transformasi (ASGTS) yang saat ini dalam tahap finalisasi," kata Williams. (hns/mkj)

1.6     Mentan: Kerugian Petani Sekarang Ditanggung Asuransi


Minggu, 24 Sep 2017 17:24 WIB
Muhammad Idris - detikFinance
Foto: Wisma Putra/detikcom


Jakarta - Menteri Pertanian (Mentan), Amran Sulaiman, menyebut asuransi pertanian pada komoditas padi mulai efektif berjalan. Dia mengklaim, kerugian petani panen yang gagal diganti oleh asuransi.
"Baru-baru ini kekeringan dan hama, tapi kerugian ditanggung asuransi. Ada yang menarik di Bojonegoro, banjir datang petani senang. Kalau bisa banjir terus menerus," kata Amran saat Jambore Peternak Nasional 2017 di Lapangan Buperta, Cibubur, Jakarta, Minggu (24/9/2017).
Asuransi pertanian yang berjalan cukup baik, lanjutnya, juga nantinya akan menyasar peternak sapi. Dirinya menjamin asuransi hewan nantinya juga akan disubsidi sebagaimana halnya pada petani padi.
"Yang dibayar untuk (peternak) sapi hanya Rp 40 ribu, 80% ditanggung pemerintah, 20% ditanggung peternak per ekor per tahun. Kalau beras gabah hanya Rp 36 ribu per hektar," tutur Amran.
Pada kesempatan yang juga dihadiri Presiden Joko Widodo (Jokowi) itu, Amran juga mengklaim kesejahteraan petani sudah lebih baik yang dilihat dari peningkatan Nilai Tukar Peternak (NTP). "NTP peternak naik saat ini mencapai 107, yang dulunya hanya 102," pungkasnya. (idr/mkj)

1.7     RI Punya Daerah Rentan Rawan Pangan, di Mana?


Jumat, 22 Sep 2017 14:14 WIB
Fadhly Fauzi Rachman - detikFinance
Foto: Bayu Ardi Isnanto/detikcom

Jakarta - Laju pertumbuhan penduduk dan wilayah yang sangat luas bisa menjadi pemicu masalah rawan pangan. Pemerintah diminta mewaspadai masalah tersebut dengan menjamin pasokan pangan mencukupi hingga ke daerah, termasuk pedalaman.
Hal ini disampaikan Wakil Ketua Komisi IV DPR RI, Herman Khaeron dalam Focus Group Discussion (FDG), di Perum Bulog, Jakarta, Jumat (22/9/2017). Herman membandingkan, kondisi ketahanan pangan dengan negara tetangga, contohnya Australia.
"Indonesia dengan kondisi geografis daratannya yang 1,9 juta km2 atau 190 juta hektare kita melayani 258 juta masyarakat. Di Australia 7 juta km2 atau 700 juta hektare tapi hanya melayani 24,5 juta penduduknya. Jadi dibandingkan populasi dengan lahan saja sudah dipastikan daya tahan pangannya (Australia) cukup tinggi," ujar Herman.
Sementara itu Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian (Kementan), Agung Hendriadi mengatakan potensi rawan pangan hanya terjadi di beberapa wilayah, contohnya pedalaman Papua, atau Maluku.
"Ada sebagian wilayah yang agak rentan rawan pangan. Artinya kalau kita lengah, itu rawan. Itu ada beberapa daerah, contohnya misalnya di pedalaman Papua. Itu termasuk daerah rawan," katanya.
Agung menjelaskan, rentan rawan pangan bisa dipicu berbagai hal. Misalnya, produksi memang rendah, aksesibilitas rendah sehingga barang sulit didistribusikan, dan pola konsumsi masyarakat.
Kementan menggandeng Kementerian Kesehatan (Kemenkes) serta Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigarasi (Kemendes PDT) untuk mengatasi masalah rawan pangan ini.
"Oleh karena itu tiga hal ini akan dilihat bersama Kemenkes Kemendes. Kalau dari Kementan nanti bagaimana masyarakat di sana mampu menyediakan pangannya sendiri. Ini kita punya beberapa program, jadi ada kawasan pangan lestari. Jadi kita dorong masyarakat di sana untuk biasakan tidak mengandalkan barang dari luar, tetapi memproduksi sendiri," terang Agung. (hns/hns).

1.8     Pemerintah Diminta Beri Insentif Generasi Muda Petani


Selasa, 25 April 2017 | 17:04 WIB
Viva.co.id
Ilustrasi sawah.

Viva.co.id – Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan mengusulkan pemerintah memberi skema khusus untuk stimuli tumbuhnya generasi petani muda. Intervensi pemerintah dinilai perlu masuk ke beberapa aspek dari hulu ke hilir.
Koordinator KRKP, Said Abdullah mengatakan, ada beberapa faktor yang menyebabkan generasi muda enggan melanjutkan eksistensi pertanian dalam negeri, salah satunya adalah kepastian pendapatan.
"Ke depan mungkin perlu dipikirkan kebijakan baru pemerintah, yang menjamin soal pendapatan, karena risetnya KRKP tentang apa yang membuat orang mau kembali membangun pertanian itu faktor utamanya karena pendapatan. Kalau tidak ada upaya ke situ, itu berat," ujar Said dalam Diskusi Publik Regenerasi Petani di Bakoel Koffie Jakarta pada Selasa, 25 April 2017.
Selain itu, harus ada insentif lain dari sisi perizinan dan akses permodalan. Misalnya, fasilitas khusus petani muda untuk ekspor, dan pemasaran. "Kalau ada fasilitas khusus bisa tarik minat anak muda membangun pertanian Indonesia," ucapnya.
Kendati demikian, intervensi pemerintah yang sudah berjalan saat ini tetap penting tingkatkan efisiensinya, karena sejauh ini pun kepastian usaha pertanian, yang diberikan pemerintah belum menyeluruh dari hulu ke hilir.
Ia mengakui, intervensi pemerintah untuk petani rakyat dalam hulu pertanian sudah cukup berperan besar, seperti subsidi bibit dan pupuk. Namun, tidak cukup hanya itu. Harus diimbangi dengan intervensi pemerintah di sisi hilir pertanian, yang dinilainya masih lemah.
"Misalnya, dalam konteks harga seperti padi. Memang ada HPP (harga pembelian pemerintah) sebagai bagian dukungannya. Tetapi, untuk komoditas yang lain kan seperti naik roll coster. Naik turun. Enggak ada perlindungan dari pemerintah," ungkapnya.
Untuk bangun sisi hilir, ia katakan ada peranan selain Kementerian Pertanian, seperti Kementerian Perdagangan, Bulog dan sebagainya.
"Potensi pertanian ini sangat besar untuk sebagai lahan produktifitas generasi muda. Dia (generasi muda) bisa dapat banyak hal, pertama, pendapatan dan harga diri juga bisa naik," ucapnya. (asp)

1.9     Beras RI Lebih Mahal dari Negara Tetangga, Ini Penyebabnya


Rabu, 21 Jun 2017 22:50 WIB
Muhammad Idris - detikFinance
Foto: Rachman Haryanto


Jakarta - Food and Agriculture Organization (FAO) merilis harga beras Indonesia lebih tinggi dibandingkan harga beras internasional. Pada 2016 lalu, harga beras Indonesia berada di level US$ 1 /kilogram (kg), sementara harga beras rata-rata internasional hanya sekitar US$ 0,4 /kg.
Ketua Umum Persatuan Penggilingan Padi dan Beras Indonesia (Perpadi), Soetarto Alimoeso, mengungkapkan salah satu penyebab dominan mahalnya harga beras di Indonesia adalah penggunaan pupuk yang relatif sangat tinggi, bahkan kerapkali overdosis.
Penggunaan pupuk yang tinggi, kata Soetarto, berkontribusi membuat ongkos produksi gabah petani di lebih mahal. Dia mencontohkan, petani di Jawa Barat seperti Karawang menggunakan pupuk hingga 500 kg per hektarnya.
Baca juga: Harga Beras RI Lebih Mahal Ketimbang di Luar Negeri
"Di daerah Karawang per hektar (penggunaan pupuk) bisa 500 kg. Ada karena kekeliruan cara berhitung petani kita yang suka gede-gede (pakai pupuk). Padahal perlunya hanya beberapa kilogram. Pupuk ini memegang porsi besar," jelas Soetarto dalam Diskusi Pataka 'Dialog Kesejahteraan Petani Padi' di Hotel Ibis, Cawang, Jakarta, Rabu (21/6/2017).
Dia membandingkan dengan negara-negara ASEAN lain sesama produsen beras yang penggunaan pupuknya relatif lebih sedikit dan terkontrol, contohnya Vietnam dan Thailand. Di mana penggunaan pupuknya bahkan bisa sepersepuluh dari rata-rata penggunaan pupuk petani di Indonesia.
"Di Vietnam misalnya lahan petani luas, sehingga penggunaan mekanisasi bisa lebih efektif. Kemudian pemupukan juga bisa diatur lebih mudah, tak perlu banyak penggunaan pupuk sebagaimana di Indonesia," terangnya.
Baca juga: RI Produsen Beras No.3 Dunia Tapi Harganya Mahal, Kok Bisa?
Penggunaan pupuk
Menurutnya, idealnya penggunaan pupuk per hektar tak sampai 300 kg. Namun dalam beberapa kasus penggunaan pupuk, seperti Urea, petani di atas 500 kg.
"Di kita sering di atas 500 kg. Di sepanjang Sungai Mekong (Thailand dan Viatnam) malah kadang lebih mengandalkan (kesuburan) dari banjir. Pupuknya bisa sepersepuluh dibandingkan dengan kita," ujar Soetarto.
Konsumsi pupuk yang tinggi ini, lanjutnya, ikut menyumbang tingginya ongkos tanam petani di Indonesia, sehingga pada akhirnya berpengaruh pada harga jual padi.
Diungkapkannya, faktor lainnya yang membuat harga beras di Indonesia cukup mahal, juga tentunya tak lepas dari kepemilikan lahan petani di Indonesia yang sempit. Bahkan sejumlah petani hanya berstatus sebagai penggarap alias tak memiliki tanah sama sekali.
Baca juga: Harga Beras RI Lebih Mahal Karena Ongkos Produksinya Tinggi
Menurut mantan Dirut Bulog ini, rata-rata kepemilikan lahan setiap keluarga petani di Indonesia hanya 0,3 hektar, jauh dibandingkan dengan petani di Thailand dan Vietnam yang kepemilikan tanahnya rata-rata di atas 2 hektar.
"Rata-rata kepemilikan lahan sempit. Malah dia hanya sewa dan penggarap saja, jadi apapun yang dilakukan, harga beras berapapun susah kalau lahannya petani sempit. Kalau dibandingkan dengan negara-negara ASEAN beras kita mahal. Kalau dari teknologi enggak jauh beda," terang Soetarto.
Data FAO, harga rata-rata beras di Indonesia per Maret 2017 yakni US$ 0,79 atau Rp 10.499 (kurs Rp 13.290). Sebagai pembanding, harga beras rata-rata per kg di Kamboja yakni US$ 0,42/kg. Harga beras dari negara lainnya Thailand yakni US$ 0,33/kg, dan kemudian Vietnam US$ 0,31/kg. Harga beras di Myanmar bahkan mencapai US$ 0,28/kg.
Beberapa negara yang selama ini jadi eksportir beras di dunia seperti India juga memiliki harga beras yang lebih murah seperti Bangladesh US$ 0,46/kg, beras India US$ 0,48/kg, Pakistan US$ 0,42/kg, dan Sri Lanka US$ 0,50/kg.
Namun demikian, beberapa negara lain di Asia memiliki harga beras yang lebih mahal ketimbang Indonesia, seperti Jepang yang harga berasnya US$ 4,11/kg, Filipina US$ 0,82/kg, China US$ 0,91/kg, Korea Selatan US$ 1,57, Laos US$ 1,01/kg, Nepal US$ 1,03/kg, Arab Saudi US$ 2,16/kg, dan Palestina US$ 1,95/kg. (idr/hns).

1.10 RI Buka Besar-besaran Impor Jeruk Pakistan Demi Ekspor Sawit


Selasa, 03 Okt 2017 16:09 WIB
Muhammad Idris - detikFinance
Foto: Ari Saputra

Jakarta - Menteri Perdagangan (Mendag), Enggartiasto Lukita, menjelaskan sampai saat ini Indonesia masih membuka lebar keran impor jeruk kini dari Pakistan. Jeruk jenis kino yang masuk ke Indonesia itu selama ini dibebaskan dari bea masuk.
"Jeruk kami buka besar-besar dari Pakistan. Alasannya, karena perdagangan kita dengan mereka surplusnya besar, kedua karena diancam (Pakistan), kalau enggak dibuka, CPO kita enggak masuk. Kalau CPO terganggu, neraca kita terganggu," kata Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita di Rakornas Kadin, Jakarta, Selasa (3/10/2017).
Seperti diketahui, dalam perjanjian Prefential Trade Agreement (PTA), Indonesia membebaskan bea masuk untuk jeruk kino asal Pakistan. Sebaliknya, negara tersebut juga tidak mengenakan bea masuk atas produk CPO Indonesia.
Menurutnya, meski dibuka lebar, jeruk asal Pakistan tidak akan berpengaruh banyak pada jeruk lokal. Jeruk lokal, kata dia, masih lebih enak ketimbang jeruk kino sehingga dirinya tak risau masuknya jeruk kino tak merugikan petani.
"Jeruknya Pakistan asam rasanya. Enggak takut (banjiri pasar), tapi kalau (impor) jeruk mandarin, jangan lagi," ungkap Enggar.
Di depan para pengusaha yang tergabung dalam Kadin tersebut, Enggar meminta para pengusaha mulai menanggalkan buah impor sebagai panganan di perusahaannya.
"Saya enggak ada lagi di kantor buah impor. Sekarang isinya kacang rebus, pisang rebus. Selain saya suka itu, itu juga karena produksi sendiri. Makanya pengusaha, tolong di kantor jangan sajikan buah impor," tandasnya. (idr/hns)

1.11 Kementan Yakin Kelapa RI Bisa Kuasai Dunia


Selasa, 26 Sep 2017 16:38 WIB
Niken Widya Yunita - detikFinance
Foto: Thinkstock


Jakarta - Tekad Menteri Pertanian Amran Sulaiman untuk membangkitkan kembali ekspor komoditas perkebunan unggulan dalam volume besar terbuka lebar. Misalnya komoditas kelapa dipastikan mampu membawa Indonesia untuk menduduki peringkat ekspor nomor 1 di dunia.
Kelapa saat ini menduduki peringkat nomor 3 perkebunan setelah minyak sawit dan karet.
Tentang hal ini, Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Kementerian Pertanian (Kementan), Suwandi mengungkapkan kelapa merupakan salah satu komoditas unggulan perkebunan penyumbang devisa. Berdasarkan data BPS, periode Januari hingga Agustus 2017 sumbangan devisa dari ekspor kelapa mencapai US$ 899,47 juta, sementara nilai impor hanya US$ 8,65 juta.
"Artinya didapatkan surplus neraca perdagangan kelapa US$ 890,82 juta. Surplus tersebut naik 20,67% dibandingkan periode yang sama pada 2016 yang hanya US$ 738,20 juta," kata Suwandi dalam keterangan tertulis dari Kementan, Selasa (26/9/2017).
Tak hanya itu, sambung pejabat yang merangkap Plt Kepala Biro Humas dan Informasi Publik, berdasarkan Data International Trade Center (ITC), dalam peta perdagangan (Trademap) dunia pada 2012 hingga 2016, Indonesia merupakan eksportir kelapa terbesar kedua setelah Filipina dalam wujud minyak kelapa dan kelapa dikeringkan.
Sementara untuk kelapa di dalam kulit (endocarp) Indonesia merupakan eksportir terbesar pertama dunia dengan kontribusi mencapai 59% dari total ekspor kelapa wujud tersebut dunia.
"Di tahun 2017 ini periode Januari hingga Agustus, ekspor kelapa Indonesia didominasi berupa minyak kelapa, wujud kelapa dikeringkan, dan kelapa dalam kulit. Ekspor minyak kelapa mencapai 63% dan wujud kelapa dikeringkan dan kelapa dalam kulit 19,87%. Sementara wujud kelapa yang diimpor Indonesia pada periode yang sama sebagian besar berupa minyak kelapa," sebut Suwandi.
Perlu diketahui, negara tujuan utama ekspor kelapa Indonesia tahun 2017 di antaranya ke Amerika Serikat 19,87% dari total ekspor Indonesia. Kemudian disusul ke China 16,10%, Belanda 11,75%, Thailand 10,16%, Malaysia 9,7% dan Korea Selatan 7,26%. Pangsa ekspor ke enam Negara ini mencapai 75% dari total ekspor kelapa Indonesia.
"Ini menunjukkan potensi pasar ekspor komoditas kelapa sangat menjanjikan. Pengembangan kelapa adalah suatu keniscayaan memberikan keuntungan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat khususnya yang berada di pedesaan atau pinggiran," imbuhnya.
Suwandi menyebutkan sentra produksi kelapa cenderung menyebar ke beberapa provinsi Indonesia karena kelapa dapat tumbuh di seluruh wilayah Indonesia. Namun sentra utama kelapa adalah provinsi Riau dengan pangsa 14,31% terhadap rata-rata produksi kelapa nasional 2013 hingga 2017, disusul kemudian provinsi Sulawesi Utara 9,3%, Jawa Timur 8,89%, Maluku Utara 7,97%, Sulawesi Tengah 6,02%, Jawa Tengah 5,99%, Jambi 3,66%, Maluku 3,29%, Lampung 3,24% dan Jawa Barat 3,00%.
Sementara provinsi lainnya dengan pangsa kurang dari 3,00%. Kawasan sentra produksi kelapa secara alamiah sudah terbentuk sejak dahulu dan petani di wilayah tersebut sudah familier dengan budidaya kelapa.
"Memperhatikan potensi sumberdaya pertanian Indonesia, peluang hilirisasi produk kelapa dan manfaat nilai tambah yang akan dinikmati 5,09 juta rumah tangga petani kelapa, maka sudah saatnya komoditas kelapa dikembangkan di wilayah-wilayah potensi sehingga menjadi unggulan di pasar global," ujarnya.
Adapun beberapa upaya pemerintah untuk meningkatkan pengembangan kelapa. Di antaranya, membangunkan atau mengoptimalkan lahan-lahan terlantar, melakukan program intensifikasi, rehabilitasi kebun, dan peremajaan tanaman, dan intercroping dengan tanaman lain. Pada 2017 ini, Amran menyediakan anggaran Rp 5,5 triliun untuk pengembangan komoditas hortikultura dan perkebunan, salah satunya kelapa.
Melalui anggaran ini, pemerintah akan memberikan secara gratis berupa bibit dan pupuk dan alat mesin pertanian, replanting pada kawasan, serta pendampingan kepada petani.
"Upaya ini dipastikan memberikan efisiensi biaya usaha tani karena dapat menekan biaya budidaya yang selama ini mencapai Rp 4,16 per hektar per tahun," pungkas Suwandi. (nwy/ang)

1.12 Tekan Impor, Produksi Jagung di Bengkulu Selatan Digenjot


 Rabu, 20 Sep 2017 12:13 WIB
Mega Putra Ratya - detikFinance
Foto: Dok Kementan

Bengkulu - Pemerintah berupaya menekan impor jagung di tahun 2017. Salah satunya dengan menggenjot produksi jagung di Kabupaten Bengkulu Selatan, Bengkulu.
"Alam lahan Bengkulu subur, iklim mendukung, semangat bekerja, potensi ekonomi akan mampu menggerakkan ekonomi dengan kebijakan yang tepat," ujar Plt. Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah dalam keterangan tertulis, Rabu (20/9/2017).
Rohidin mengatakan itu dalam acara tanam perdana jagung di Kabupaten Bengkulu Selatan. Acara ini dihadiri oleh Mentan Amran Sulaiman dan Menteri Desa dan PDTT Eko Putro Sandjojo.
Mentan Amran mengatakan sampai hari ini jagung dari luar negeri belum mampu menembus pasar Indonesia. Hal itu karena kebutuhan jagung telah tercukupi oleh produksi dalam negeri.
"Alhamdulillah capaian kita untuk jagung tahun ini, sampai hari ini tidak ada impor, ini setelah impor puluhan tahun, bahkan negara tetangga Malaysia, Filipina itu telah siap menerima impor jagung dari Indonesia," kata Amran.
Menggeliatnya produksi jagung tidak terlepas dari berbagai kebijakan pemerintah. Salah satunya menetapkan Harga Eceran Tertinggi (HET) jagung Rp 3.150/kg.
"Hal ini memberikan dampak positif terhadap peningkatan produksi jagung dalam negeri. Sekarang kita bergerak baru 1 tahun 2 tahun kita sudah tidak impor, ini terus kita lanjutkan, di Jawa Tengah, di Sulsel dan juga di Medan," tuturnya.
Sementara itu Mendes Eko menegaskan dukungannya pada program yang dijalankan Kementan. Eko menjabarkan bahwa terjadi peningkatan anggaran dana desa dari tahun ke tahun mulai dari Rp 300 juta per desa di tahun 2015 menjadi Rp 800 juta di tahun 2017.
Kemendes bersama Kementan telah mengembangkan program produk unggulan kawasan pedesaan untuk mengembangkan produk komoditas unggulan. Untuk Kabupaten Bengkulu Selatan, akan dikembangkan 20 ribu hektare.
"Kementerian Pertanian akan memberikan bibit, pupuk, dan alsintan gratis untuk pertama kali tanam. 20 ribu untuk Kabupaten Bengkulu Selatan. Rata-rata sekarang 7 ton, kalau saja 5 ton dikali Rp 3.000 saja penghasilan Rp 300 miliar 2 kali panen, dengan embung bisa 2 kali panen karena air tersedia," jelas Eko.
Eko berharap produksi jagung mampu menjadi penggerak ekonomi di Bengkulu Selatan. Sehingga tidak ada lagi desa tertinggal di kabupaten tersebut.
"Dalam 2 tahun ke depan tidak ada lagi desa tertinggal di Bengkulu Selatan. (Asalkan) Masyarakat harus ikut mengawasi," pungkasnya.

1.13  Kirim Ahli ke Vietnam, RI Belajar Tingkatkan Produktivitas Kopi

 Sabtu, 23 Sep 2017 19:50 WIB
Mustiana Lestari - detikFinance
Foto: iStock

Jakarta - Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman kini sedang gencar mengembangkan kopi guna meraih target nomor satu dunia. Oleh karena itu, beragam cara ditempuh Kementerian Pertanian, salah satunya mengirim utusan untuk belajar ke Vietnam.
"Langkah awal yang telah dilakukan, para ahli kopi ditugaskan ke Vietnam untuk mempelajari teknik meningkatkan produktivitas kopi," kata Amran dalam rilisnya, Sabtu (23/9/2017).
Selain itu, menggalakkan berbagai program pengembangan perbibitan kopi, peningkatan produktivitas, manajemen usahatani, pengolahan dan pemasaran. Mentan yakin Indonesia sangat berpotensi menjadi produsen kopi terbesar dunia.
"Optimis harus diraih, mengingat Indonesia negara tropis dengan wilayah pegunungan yang membentang dari ujung pulau Sumatera hingga ke Papua, potensial untuk kopi,"ungkapnya.
Amran mengungkapkan kopi khusus (specialty coffee) Indonesia sudah dikenal di Eropa dan Amerika dan menjadi tren dunia saat ini. Specialty coffee Indonesia antara lain kopi gayo, kopi mandailing, kopi lampung, kopi bajawa, kopi toraja, kopi lembah baliem.
"Saat ini ada 14 jenis kopi Indonesia yang sudah mendapat sertifikat Geographical Indications (GI) sehingga memiliki keunikan yang bisa menjadi nilai tambah perdagangan," jelassnya.
Amran berharap tahun depan kopi Indonesia menjadi nomor dua di dunia. Caranya dengan meningkatkan mutu dan produktivitas menjadi 1,0 ton/ha. Tahun berikutnya ditingkatkan lagi sehingga menjadi nomor satu dunia.
"Selanjutnya pada APBN-P 2017 dan APBN 2018 digenjot dengan peningkatan produkvitias, pengembangan 8.700 ha kawasan kopi, perbenihan 3 sampai 4 juta batang per tahun, pasca panen dan pemasarannya," terang Amran.
Sementara Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Kementan, Suwandi, menambahkan Kementan menempuh berbagai strategi guna mendongkrak daya saing kopi Indonesia.
Pertama, meningkatkan sistem perbibitan, pupuk dan tata kelola air sehingga tahun depan produktivitas naik menjadi 1 ton/ha. Kedua, program replanting untuk mengganti tanaman kopi yang kurang produktif.
"Ketiga, memperluas luas areal tanam kopi jenis arabika yang bernilai ekonomi tinggi sehingga populasi kopi robusta dan arabika menjadi seimbang," kata dia.
Keempat, pengembangan kopi dengan jenis kopi khusus (specialty coffee) dari berbagai daerah di Indonesia yang bernilai tinggi.
Kelima, mengajak instansi terkait yaitu Kemenperin, Kemendag, BPOM bersama swasta, Asosiasi Pengusaha dan Petani Kopi Indonesia lebih intensif mempromosikan kopi Indonesia di dalam maupun ekspor luar negeri terutama ke Amerika Serikat, Jerman, dan Jepang serta berupaya mengendalikan impor.
"Pengembangan kopi difokuskan pada 10 provinsi sentra yaitu Sumatera Selatan, Lampung, Sumatera Utara, Jawa Timur, Bengkulu, Aceh, Sumatera Barat, Sulawesi Selatan, Jawa Tengah, dan Nusa Tenggara Timur dengan kontribusi 87 persen produksi nasional, serta 24 provinsi lainnya dengan share 13 persen," paparnya.
Suwandi mengatakan berdasarkan data BPS, produksi kopi tahun 2016 sebesar 21.773 ton senilai Rp 14,5 triliun telah dinikmati 1,9 juta rumah tangga petani kopi.
Ekspor kopi pada Januari-Agustus 2017 sebesar 335.027 ton atau naik 50 persen dibandingkan periode sama tahun 2016 sebesar 212.514 ton. Kopi turut memberikan kontribusi surplus neraca perdagangan USD 823 juta.
"Demikian pula sebaliknya, berdasarkan data BPS, impor kopi Januari-Agustus 2017 sebesar 8.776 ton atau turun 63 persen dibandingkan periode sama 2016 sebesar 23.550 ton. Data ekspor impor kopi ini menunjukkan pertanda meningkatnya kualitas dan daya saing produk kopi Indonesia di pasar dunia," pungkas Suwandi
Posisi kopi Indonesia saat ini berada peringkat empat dunia setelah Brasil, Vietnam, dan Kolombia. Berdasarkan data Food and Agriculture Organization (FAO), luas areal kopi Brasil hampir 2 juta ha dengan produktivitas 1,4 ton/ha.
Sementara luas areal kopi di Vietnam 589 ribu ha dengan produktivitas 2,3 ton/ha dan Kolombia luas 795 ribu ha dengan produktivitas 0,9 ton/ha. Sedangkan kopi Indonesia seluas 1,23 juta ha di antaranya 1,19 juta ha milik perkebunan rakyat dengan produktivitas 0,6 ton/ha.
Mutu kopi Indonesia belum stabil, sehingga ekspor saat ini didominasi (99 persen) dalam bentuk kopi biji/berasan (coffee excluding roasted and decaffeinated) sedangkan negara lainya sudah mengekspor kopi olahan. (ega/ang)

1.14  Mahesa, Mobil Pertanian Multifungsi Seharga Rp 50 Juta


 Oleh Fajar Abrori pada 02 Okt 2017, 14:06 WIB

Copyright © 2017 liputan6.com All Right Reserved Liputan6.com, Klaten - Mobil pedesaan garapan Sukiyat heboh beberapa waktu belakangan ini. Mobil bernama Mahesa ini memiliki tiga varian tipe yang semuanya berfungsi sebagai moda transportasi untuk memudahkan aktivitas pertanian.
Sukiyat menjelaskan ihwal dirinya mengembangkan mobil pedesaan Mahesa. Awal pengembangan tak terlepas dari keberadaanya yang lahir sebagai anak petani. Ia memahami betul bagaimana kerja keras bapaknya sebagai petani. Masalah bagi petani bukan hanya ketika gagal panen, tetapi juga saat panen harga gabah pasti rendah.
"Masalah seperti itu tak terhindarkan. Makanya saya kepingin membantu petani, bagaimana meningkatkan produktifitas hasil panen dan memudahkan kerja para petani. Akhirnya saya kepikiran membuatkan moda transportasi ini," jelas Sukiyat di bengkel Kiat Motor, Jalan Klaten-Solo, Klaten, Jawa Tengah, Senin (2/10/2017).
Nama Mahesa sengaja diambil oleh Sukiyat. Mahesa dalam bahasa Jawa kuno adalah kerbau. Dan kerbau dalam pertanian sangat penting dalam membajak sawah.
"Kerbau ini kan memiliki badan dan tenaga besar, tangguh dia. Makanya sesuai dengan filosofi mobil kami, tangguh," jelas dia.
Pada September lalu, ia mendatangi Kementerian Perindustrian yang dijabat Menteri Airlangga Hartarto. Ia meminta dukungan dari pemerintah terutama perihal regulasi dan izin industri otomotif ini.
"Saya bekerjasama dengan anggota Institut Otomotif Indonesia (IOI). Ada sekitar 165 anggota. Jadi ini semua kerja profesional. Dan Pak Mentri menyambut antusias ide kami," kata Sukiyat.

1.15  Bisakah Pedagang Seterusnya Jual Beras Sesuai HET?


Senin, 25 Sep 2017 18:17 WIB
Muhammad Idris - detikFinance
Foto: Fadhly Fauzi Rachman/detikFinance

Jakarta - Pemerintah telah menetapkan harga eceran tertinggi (HET) beras. Harga beras kualitas medium di daerah sentra produksi gabah yang ditetapkan Rp 9.450/kg dan premium Rp 12.800/kg.
Saat ini pasokan gabah dari panen petani relatif besar, sehingga harga beras di pasar bisa terkendali sesuai HET. Namun bagaimana saat terjadi kekurangan pasokan beras seperti saat kemarau, apakah pedagang masih bisa memakai HET? Apakah pedagang harus menaikkan harga beras?
"Enggak mungkin pedagang akan menaikkan, kan akan jadi masalah dia kalau menaikkan harga. Siapa yang berani yang berani nanti berakibat pelaku bisnis akan dapat tindakan dari pemerintah," ujar Ketua Umum Persatuan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi), Sutarto Aliemoeso kepada detikFinance, Senin (25/9/2017).
Di sisi lain, pemerintah diharapkan tidak membiarkan kondisi kekurangan pasokan beras terjadi. Pemerintah harus mencari cara agar pasokan beras ke pedagang bisa berjalan lancar, sehingga pedagang tak merugi meski memakai HET.
Baca juga: Harga Beras Diatur, Bagaimana di Warung-warung Kecil?
"Karena sudah ada HET, tapi pemerintah mestinya akan melihat pasokan berkurang, terus dia akan mendiamkan, enggak mungkin kan? Itu (impor) terserah pemerintah, yang jelas pemerintah harus isi kekurangan pasokan," kata Sutarto.
"Misalnya pasokan turun untuk barometernya Cipinang, itu pasokan setiap hari (masuk) 3.000 ton, kemudian turun drastis tinggal 1.000 ton misalnya, begitu kejadian seperti itu justru yang kekurangan di pasar, karena siapa (pedagang) yang mau menaikkan (harga) ada HET? Jadi kekurangan itu disi pemerintah dari cadangannya," kata Sutarto.
Dia menambahkan, dalam situasi musim paceklik, kekurangan pasokan gabah petani akan membuat penggilingan padi mengurangi produksinya, di sisi lain penggilingan maupun pedagang beras tak bisa menaikkan harga sesuai HET.
Baca juga: Begini Caranya Bedakan Beras Jenis Medium dan Premium
"Karena pasokan (gabah) kurang, yang memasok jadi berkurang kegiatannya, kalau memaksakan diri barangnya tidak ada. Padahal kalau ada yang berani menaikan, berarti dia menyalahi aturan (HET)," tutur mantan Dirut Bulog itu.
Respons pedagang
Sementara itu Ketua Umum Koperasi Pasar Induk Beras Cipinang, Zulkifli Rasyid, mengatakan saat ini harga beras premium masih bisa dijual di bawah HET. Namun untuk beras medium saat ini pasokannya tengah seret sehingga pedagang sulit menjual dengan harga acuan.
"Kalau sekarang premium masih harganya Rp 10.000- Rp 11.000/kg, masih banyak ruang kita jual untuk sampai ke pedagang eceran sesuai HET Rp 12.450/kg. Tapi kalau yang medium ini lagi mahal sekarang. Sekarang harganya medium saja sudah Rp 9.300-9.400/kg. Bagaimana kita suruh jualnya Rp 9.450/kg. Kekurangan pasokan ini yang harus dipenuhi pemerintah, bisa lewat Bulog suruh jual misalnya beras medium yang harganya Rp 8.500/kg," ungkap Zulkifli.
Dia menuturkan, ada banyak kemungkinan stok beras menyusut karena masalah panen yang berkurang beberapa bulan ke depan.
"Kalau stoknya sedikit, kemudian suruh jual sesuai HET ya sulit. Januari ada kemungkinan pasokan ke Cipinang berkurang, kita pedagang mau tidak sudah harus ikut HET, tapi kalau harganya sudah tinggi, kita enggak bisa jual," tutur Zulkifli.
Seperti diketahui, pemerintah menetapkan HET untuk beras dengan pembagian 3 kategori yakni beras premium dengan harga jual paling mahal di daerah Jawa, Lampung, Sumatera Selatan paling mahal medium Rp 9.450/kg, dan premium Rp 12.800/kg.
Sementara untuk daerah lainnya yang bukan penghasil beras utama antara lain Sumatera non Sumsel yakni medium Rp 9.950/kg, premium Rp 13.300/kg, Bali dan NTB medium Rp 9.450/kg, Rp premium Rp 12.800/kg, NTT medium Rp 9.950/kg dan premium Rp 13.300/kg.
Kemudian Sulawesi non Sulsel medium Rp 9.450/kg dan premium Rp 12.800/kg, Kalimantan medium Rp 9.950/kg dan premium Rp 13.300/kg, serta Maluku dan Papua medium Rp 10.250/kg dan premium Rp 13.600/kg.

1.16  Harga Beras Diatur, Bagaimana di Warung-warung Kecil?

Senin, 25 Sep 2017 16:17 WIB
Muhammad Idris - detikFinance
Foto: Muhammad Idris/detikFinance

Jakarta - Untuk menghilangkan sekulasi harga, pemerintah telah mengeluarkan regulasi harga eceran tertinggi (HET) beras. Harga beras kualitas medium di daerah sentra produksi gabah yang ditetapkan Rp 9.450/kg dan premium Rp 12.800/kg.
Sementara untuk harga beras dengan kategori kualitas beras khusus, harganya tak diatur oleh pemerintah dan sepenuhnya ditentukan mekanisme pasar.
Lantas, bagaimana penerapan HET hingga sampai ke warung-warung kecil yang menjual beras?
Sekretaris Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian (Kementan), Mulyadi, mengatakan HET beras sendiri saat ini sudah efektif berlaku di pasar ritel modern dan pedagang besar beras seperti di pasar induk.
"Tidak harus semua warung kecil kemudian langsung sesuai HET. Tak bisa semuanya kita pantau, apalagi warung-warung yang di daerah remote. Kita bisa pantau HET misalnya di minimarket sampai pasar induk, dan pedagang yang besar-besar," kata Mulyadi kepada detikFinance, Senin (25/9/2017).
Dia menjelaskan, penetapan HET pada beras medium dan premium ini dilakukan agar tak ada lagi lonjakan harga karena spekulan. Praktik seperti ini banyak terjadi di pedagang besar, bukan di warung kecil.
Baca juga: Pedagang Pasar Becek Bingung Bedakan Beras Premium dan Medium
"Di warung beras naiknya enggak mungkin sangat tinggi. Lagipula julannya juga sedikit, nah dengan adanya HET ini misalnya harga di (pasar) induk tak boleh premium lebih dari Rp 12.800/kg, kalau yang (pedagang) besar bisa tertata, harga beras di yang kecil-kecil (warung) enggak mungkin naik tinggi," terang Mulyadi.
Kementan telah merilis aturan kualitas beras menjadi 3 jenis, dimana kualitas medium dan premium harus mengikuti HET. Pembagian kualitas beras ini diatur dalam Permentan Nomor 31/Permentan/PP.130/8/2017 tentang Kelas Mutu Beras.
Kualitas beras medium, terang dia, yakni mengacu pada maksimal derajat sosohnya 95%, kadar air 14%, dan broken atau bulir patah 25%. Sementara untuk kualitas beras premium yakni maksimal derajat sosohnya 95%, kadar air 14%, dan broken 15%.
Seperti diketahui, pemerintah menetapkan HET untuk beras dengan pembagian 3 kategori yakni beras premium dengan harga jual paling mahal di daerah Jawa, Lampung, Sumatera Selatan paling mahal medium Rp 9.450/kg, dan premium Rp 12.800/kg.
Sementara untuk daerah lainnya yang bukan penghasil beras utama antara lain Sumatera non Sumsel yakni medium Rp 9.950/kg, premium Rp 13.300/kg, Bali dan NTB medium Rp 9.450/kg, Rp premium Rp 12.800/kg, NTT medium Rp 9.950/kg dan premium Rp 13.300/kg.
Kemudian Sulawesi non Sulsel medium Rp 9.450/kg dan premium Rp 12.800/kg, Kalimantan medium Rp 9.950/kg dan premium Rp 13.300/kg, serta Maluku dan Papua medium Rp 10.250/kg dan premium Rp 13.600/kg. (idr/hns)

BAB II. RESUME

Klipping ini berisi beberapa berita atau isu pertanian yaitu tentang lahan pertanian, kebutuhan penyuluh pertanian, insentif petani muda, kesulitan petani, kemajuan perhatian pemerintah terhadap pertanian seperti diberi asuransi jika mengalami kerugian, cara mengatasi daerah rawan pangan dan mempertahankan ketahanan pangan yang ingin dipelajari Kenya.
Meski memberi kontribusi cukup besar ke pertumbuhan, ada kendala yang dihadapi petani. Pertama, kesulitan mendapatkan modal. Tak jarang, untuk mengatasi masalah modal ini, petani terpaksa meminjam ke rentenir meskipun Pemerintah sudah hadir dalam berbagai program untuk membantu permodalan petani, tapi masih saja petani sulit mengakses perbankan.. Kedua, Selain masalah modal, masalah lainnya adalah lahan yang kecil dan tak bersertifikat. Menteri Pertanian (Mentan), Amran Sulaiman, menyebut asuransi pertanian pada komoditas padi mulai efektif berjalan. Dia mengklaim, kerugian petani panen yang gagal diganti oleh asuransi.
Laju pertumbuhan penduduk dan wilayah yang sangat luas bisa menjadi pemicu masalah rawan pangan. Pemerintah diminta mewaspadai masalah tersebut dengan menjamin pasokan pangan mencukupi hingga ke daerah, termasuk pedalaman. Potensi pertanian ini sangat besar untuk sebagai lahan produktifitas generasi muda. Generasi muda bisa dapat banyak hal, pertama, pendapatan dan harga diri juga bisa naik
Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian menyusun Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan (Food Security and Vulnerability Atlas atau FSVA). Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya kerentanan dan kerawanan pangan. Delapan orang anggota delegasi Kenya dipimpin Penasihat Teknis Sekretaris Kabinet Muo Hamisi Williams berpartisipasi dalam studi banding ke Indonesia. Mereka mempelajari pengalaman Indonesia dalam perencanaan kebijakan Ketahanan Pangan dan Nutrisi serta implementasinya dalam sistem pemerintahan desentralisasi.
Ada juga mobil pertanian yang multifungsi yaitu Mahesa memiliki tiga varian tipe yang semuanya berfungsi sebagai moda transportasi untuk memudahkan aktivitas pertanian.
Klipping ini juga berisi tentang kegiatan ekspor impor yang direncanakan pemerintah karena Indonesia ingin mengimpor dan meningkatkan kualitas kopi, kelapa sawit, dan jagung. Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman kini sedang gencar mengembangkan kopi guna meraih target nomor satu dunia. Oleh karena itu, beragam cara ditempuh Kementerian Pertanian, salah satunya mengirim utusan untuk belajar ke Vietnam. Pemerintah berupaya menekan impor jagung di tahun 2017. Salah satunya dengan menggenjot produksi jagung di Kabupaten Bengkulu Selatan, Bengkulu. Sampai saat ini Indonesia masih membuka lebar keran impor jeruk kini dari Pakistan, Jeruk jenis kino yang masuk ke Indonesia itu selama ini dibebaskan dari bea masuk namun dianggap tidak merugikan petani karena jeruk lokal lebih enak rasanya. Tekad Menteri Pertanian Amran Sulaiman untuk membangkitkan kembali ekspor komoditas perkebunan unggulan dalam volume besar terbuka lebar. Misalnya komoditas kelapa dipastikan mampu membawa Indonesia untuk menduduki peringkat ekspor nomor 1 di dunia. Kelapa saat ini menduduki peringkat nomor 3 perkebunan setelah minyak sawit dan karet.
Hal lain juga yang termuat adalah tentang harga beras yang diatur dan harga beras yang terus naik, namun dikatakan kebutuhan beras akhir tahun ini tidak akan signifikan.Food and Agriculture Organization (FAO) merilis harga beras Indonesia lebih tinggi dibandingkan harga beras internasional. Pada 2016 lalu, harga beras Indonesia berada di level US$ 1 /kilogram (kg), sementara harga beras rata-rata internasional hanya sekitar US$ 0,4 /kg. Ketua Umum Koperasi Pasar Induk Beras Cipinang, Zulkifli Rasyid, mengatakan saat ini harga beras premium masih bisa dijual di bawah HET. Namun untuk beras medium saat ini pasokannya tengah seret sehingga pedagang sulit menjual dengan harga acuan. Untuk menghilangkan sekulasi harga, pemerintah telah mengeluarkan regulasi harga eceran tertinggi (HET) beras. Harga beras kualitas medium di daerah sentra produksi gabah yang ditetapkan Rp 9.450/kg dan premium Rp 12.800/kg.

BAB III. REFLEKSI

   Beberapa berita atau isu yang saya angkat dalam klipping ini membahas tentang harga beras di Indonesia dan beberapa membahas kemajuan sektor pertanian Indonesia terutama hubungannya dengan Negara lain. Beberapa  isu memiliki kaitan yang kuat dan saling melengkapi, namun beberapa berita tidak saling melengkapi namun memiliki hubungan terhadap berita lainnya.
Jumlah produksi beras di Indonesia cukup tinggi, pemerintah juga telah memastikan bahwa ketersediaan pangan aman, namun harga beras malah semakin tinggi. Harga beras mengalami kenaikan di penggilingan dan  warung-warung. Beberapa pedagang mengeluh atas kenaikan harga beras ini. Penyebab kenaikan harga beras ini ialah kelangkaan beras medium dan semakin banyak beras premium. Beras premium umumnya memiliki harga yang lebih tinggi dari beras medium, beras medium mengalami kenaikan harga karena kelangkaan. Untuk mengatasi masalah ini, akhirnya pemerintah menetapkan Harga Eceran Tertinggi (HET) beras di pasaran,, harga beras kualitas medium di daerah sentra produksi gabah yang ditetapkan Rp 9.450/kg dan premium Rp 12.800/kg, namun pemerintah hanya memantau penerapan HET ini di minimarket dan pasar-pasar besar lainnya, pemerintah tidak mengharuskan warung-warung kecil langsung menerapkan HET, sebab pemerintah sulit untuk memantauya.
            Pemerintah Indonesia tidak hanya menangani masalah harga beras, namun juga  membangun sektor pertanian dengan berbagai cara, mulai dari pengembangan teknologi, pengembangan petani muda, serta kerjasama dengan Negara lain. pemerintah meningkatkan kerjasama dengan beberapa Negara, sehingga diharapkan sektor pertanian di Indonesia semakin maju,  meningkatkan produksi dan menekan angka impor. Di dalam negeri, pemerintah mulai menggaet petani-petani  muda dan pondok pesantren, dengan begitu diharapkan tenaga kerja semakin produktif dan terjadi regenerasi petani di Indonesia.
Mobil pertanian bernama Mahesa memiliki tiga varian tipe yang semuanya berfungsi sebagai moda transportasi untuk memudahkan aktivitas pertanian. Perkembangan teknologi pertanian ini tentunya sangat membantu petani, ditambah harganya yang lebih murah dibanding mobil pada umumnya, sehingga perlu dukungan dan segera direalisasikan.
Kendala petani yaitu modal dan lahan sempit sangat perlu segera diatasi pemerintah, meskipun Pemerintah sudah hadir dalam berbagai program untuk membantu permodalan petani, tapi masih saja petani sulit mengakses perbankan maka pemerintah harus melakukan pendekatan lagi kepada petani sehingga petani mau belajar, atau juga pemerintah membuat program yang lebih mudah ditanggap petani. Selain masalah modal, masalah lainnya adalah lahan yang kecil dan tak bersertifikat sehingga pemerintah harus segera membuat program menyelesaikan administrasi surat-surat lahan pertanian. Permasalahan lain tentang gagal panen atau hal lain yang membuat petani merugi sudah diprogramkan asuransi petani dimana sebaiknya kedepan lebih disosialisasikan lagi kepada petani.
Pengembangan petani muda sangat perlu digalakkan mengingat petani di hampir seluruh daerah Indonesia diisi oleh tenaga kerja tidak produktif sehingga perlu diinsentifkan pemuda untuk meningkatkan kepeduliannya terhadap perkembangan pertanian di Indonesia.
Kegiatan ekspor impor yang direncanakan pemerintah karena Indonesia ingin mengimpor dan meningkatkan kualitas kopi, kelapa sawit, dan jagung. Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman kini sedang gencar mengembangkan kopi guna meraih target nomor satu dunia. Oleh karena itu, beragam cara ditempuh Kementerian Pertanian, salah satunya mengirim utusan untuk belajar ke Vietnam. Hal itu saya rasa cukup membantu, dan harus segera direalisakan dan disosialisasikan, kedepannya juga perlu diadakan penyuluhan agar pengetahuan masyarakat tentang kopi semakin meningkat, terutama di daerah-daerah penghasil kopi di Indonesia.
 Pemerintah berupaya menekan impor jagung di tahun 2017. Salah satunya dengan menggenjot produksi jagung di Kabupaten Bengkulu Selatan, Bengkulu. Seharusnya juga perlu digenjot produksinya di daerah-daerah berpotensi di Indonesia.
Sampai saat ini Indonesia masih membuka lebar keran impor jeruk kini dari Pakistan, Jeruk jenis kino yang masuk ke Indonesia itu selama ini dibebaskan dari bea masuk namun dianggap tidak merugikan petani karena jeruk lokal lebih enak rasanya. Tetapi menurut saya hal ini tidak begitu baik, seharusnya pemerintah melakukan upaya agar Indonesia tidak mengimpor hasil pertanian yang Indonesia sendiri dapat memproduksinya, melainkan pemerintah berupaya meningkatkan kulitas dan kuantitas produksi pertanian.
Tekad Menteri Pertanian Amran Sulaiman untuk membangkitkan kembali ekspor komoditas perkebunan unggulan dalam volume besar terbuka lebar. Misalnya komoditas kelapa dipastikan mampu membawa Indonesia untuk menduduki peringkat ekspor nomor 1 di dunia. Kelapa saat ini menduduki peringkat nomor 3 perkebunan setelah minyak sawit dan karet. Diharapkan dengan meningkatkan kualitas kelapa sawit yang lebih ramah lingkungan dan lebih baik lagi maka kelapa sawit Indonesia dapat diperhitungkan di ranah Internasional.

BAB IV. PENUTUP


4.1 Kesimpulan

            Jumlah produksi beras tinggi dan ketersediaan pangan dipastikan aman., namun harga meninngkat di pasaran. Salah satu faktor penyebabnya ialah langkanya beras berkualitas medium. Untuk menangani masalah ini, Pemerintah menetapkan Harga Eceran Tertinggi (HET), harga beras kualitas medium di daerah sentra produksi gabah yang ditetapkan Rp 9.450/kg dan premium Rp 12.800/kg. Namun sektor pertanian Indonesia mendapat tanggapan baik dari berbagai Negara. Pemerintah berhasil meningkatkan kerjasama dengan berbagai Negara di sektor pertanian.

4.2 Saran

Diharapkan semua mini market, supermarket, dan pasar-pasar besar lainnya mematuhi aturan HET yang ditetapkan pemerintah agar herga beras tetap stabil dan tidak merugikan pedagang-pedagang kecil. Dalam pengembangan teknologi, pemerintah seharusya melakukan sosialisai yang mendalam kepada mayarakat petani, agar masyarakat dapat berkembang dnan dapat mengoperasikan teknologi, sehingga modernisasi di sektor pertanian dapat tercapai seperti apa yang diharapkan.

DAFTAR PUSTAKA



(Microsoft Word) KLIPPING MANAJEMEN AGRIBISNIS: BERITA DAN ISU PERTANIAN INDONESIA
Dapat dilihat dan didownload disini
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Cara download:
1. Klik tulisan 'disini' di atas
2. Silang laman yang tidak perlu, tunggu loading sebentar
3. Tekan 'Skip Ad'
4. Download file drive di tanda unduh (panah ke bawah ↓) di pojok kanan atas laman google drive
5. Selesai, tinggal cek di folder download

❤❤❤ 

You May Also Like

0 comment

What do you think about this post?