Writer Journey
Di usia saya yang masih 14 tahun ini, saya bercita-cita menjadi perancang busana dan penulis. Tetapi, saya sendiri kurang yakin dengan perancang busana, pasalnya saya sudah mencoba menggambar beberapa sketsa tapi gambaran itu tidak bisa disebut sketsa dan tidak dapat dibanggakan sama sekali, gambaran-gambaran itu seperti gambaran anak-anak TK, bahkan tidak lebih baik dari gambaran adik saya yang sudah SD kelas 4.
Nah, penulis. Saya
mulai bercita-cita menjadi penulis ketika usia saya menginjak 8 tahun, saat itu
saya masih kelas 4 SD.
Hal pertama yang membuat saya ingin menjadi penulis adalah ketika Mama saya mengajak pergi ke toko buku, mungkin itu pertama kalinya saya ke toko buku, saya pun melihat novel-novel anak dan mendapati beberapa novel yang tidak terbungkus plastik, setelah membaca sekilas dan mengobrak-abrik beberapa novel, saya sangat excited melihat foto penulis-penulis cilik yang terpampang jelas di cover belakang novel-novel itu plus biodata mereka. Itu hal pertama yang membuat saya ingin menjadi penulis, dan saya sangat menantikan foto saya yang imut serta biodata lengkap saya terpampang di novel saya nanti. Untuk referensi, saya membeli dua novel anak (salah satunya best seller) dan satu novel komedi.
Hal pertama yang membuat saya ingin menjadi penulis adalah ketika Mama saya mengajak pergi ke toko buku, mungkin itu pertama kalinya saya ke toko buku, saya pun melihat novel-novel anak dan mendapati beberapa novel yang tidak terbungkus plastik, setelah membaca sekilas dan mengobrak-abrik beberapa novel, saya sangat excited melihat foto penulis-penulis cilik yang terpampang jelas di cover belakang novel-novel itu plus biodata mereka. Itu hal pertama yang membuat saya ingin menjadi penulis, dan saya sangat menantikan foto saya yang imut serta biodata lengkap saya terpampang di novel saya nanti. Untuk referensi, saya membeli dua novel anak (salah satunya best seller) dan satu novel komedi.
Alhamdulillah saat
itu Bapak saya sudah memiliki sebuah komputer, jadi saya bisa berlatih menulis
cerpen-cerpen di sana, saya ingat sekali, konflik-konflik cerita yang saya
tulis itu bisa dibilang hasil copy paste dari novel anak
yang saya beli waktu itu. Saya sangat antusias menulis cerpen karena ingin
sekali memiliki novel sendiri, bahkan saya sangat menyukai membuat nama tokoh
dalam cerita saya.
Sayangnya, sampai
usia 12 tahun, saya belum bisa mengirim cerpen-cerpen saya kepada penerbit yang
alamatnya sudah tercantum di halaman belakang novel yang saya beli itu.
Nyatanya saya tidak pernah lagi membeli novel sampai usia 13 tahun, jaraknya
memang sangat lama, namun bukan berarti saya tidak pernah menulis dan membaca
lagi, karena Mama saya tetap membelikan saya majalah islami yang di dalamnya
juga terdapat cerpen-cerpen, dan itu membuat saya semakin ingin mempublishkan
cerpen saya. Namun sayang, sepertinya saya terlalu banyak angan-angan, padahal
Mama saya mendukung saya dan mau membantu saya mengirimkan cerpen-cerpen saya,
namun saya yang saat itu masih pemalu hingga jangankan teman-teman saya, Mama
saya pun tidak saya izinkan membaca karangan saya, betapa bodohnya saya waktu
itu karena menyia-nyiakan kesempatan yang ada.
Saat berusia 11
tahun dan saya baru saja masuk madrasah tsanawiyah, komputer saya yang memang
sudah tua itu mulai menunjukkan tanda-tanda kerusakan, saya pun memindahkan cerpen-cerpen saya ke flashdisk,
untungnya Mama saya sudah membeli sebuah laptop saat itu, jadi saya tetap bisa
menulis di media elektronik –walaupun masih bisa menullis di
kertas. Suatu saat teman saya meminjam flashdisk saya untuk mengcopy tugas, saat dia
mengembalikannya, ia memuji saya “kamu keren deh bisa buat cerpen kayak gini,
kenapa nggak diterbitin aja?” saya sangat senang mendengarnya, pembaca seperti
itulah yang saya mau, walaupun saya tidak memberikan izin untuk membaca cerpen
saya, tapi kan bisa untuk mencari cara agar bisa membaca cerpen saya, dan Mama
saya pernah melakukannya. Saya kan tsundere, walaupun
bilangnya jangan dibaca padahal dalam hati bilangnya plis baca cerpen saya,
nah, kalau sudah dipuji itu bikin saya tambah semangat memikirkan ide-ide baru.
Sejak saat itu saya
semakin sering menulis, bukan hanya cerpen tapi juga naskah panjang yang bisa
dibilang novel. Namun saat mendekati ujian kenaikan kelas ke kelas 2 tsanawiyah
saya terpaksa vacuum menulis karena tuntutan sebagai
pelajar untuk belajar dan laptop yang dipakai Mama saya untuk bekerja. Setelah
beberapa bulan vacuum saya pun ingin menulis lagi,
namun satu hal yang membuat saya terkejut, cerpen-cerpen saya semuanya hilang,
tidak ada sisa satu file pun di laptop atau pun flashdisk –karena memang bukan
punya saya dan dipakai bersama satu keluarga.
Namun itu tidak terlalu menjadi
masalah, dan saya mencoba untuk menulis cerpen remaja, terinspirasi dari
kehidupan nyata saya selama di madrasah tsanawiyah. Saya pun mulai browsing di
internet tentang kepenulisan, saya juga mulai menemukan penulis-penulis terkenal
seperti Raditya Dika, Asma Nadia, Darwis Tere Liye, dll. Saya memang sudah
banyak membaca novel-novel mereka sebelumnya, tulisan mereka memang keren.
Nah, saat naik kelas 3
tsanawiyah, saya semakin banyak tahu tentang kepenulisan, tetapi tidak banyak
yang bisa saya terapkan karena saya tidak mengerti sepenuhnya. Hingga saya
menemukan sebuah web fanfiction dimana kita bisa menemukan cerita dengan nama
tokoh-tokoh anime atau artis korea (yang saya tahu). Kebetulan saya menyukai
anime, saya sering membaca fanfic-fanfic di sana dan terkadang mereviewnya.
Setelah sekian lama menjadi reader, saya pun mencoba mempublish fanfic dengan
tokoh anime, dan saya sangat bersyukur karena banyak orang yang menyukai
tulisan saya. Saya berani mempublish cerita saya karena saya menggunakan
penname nama samaran yang berbau Jepang (ingat, saya masih pemalu lho!)
Diusia 14 tahun
ini, saya yang sudah menjalani tahun pertama sebagai siswi di madrasah aliyah
negeri ini mencoba ikut berbagai lomba kepenulisan online berhadiah paket
penerbitan yang saya mulai baru-baru ini. Kemarin saya sempat mendaftar di
salah satu penerbit mayor, tapi saya bahkan tidak mendapat harapan untuk menang
karena pendaftarannya ternyata sudah ditutup sebelum saya mendaftar, padahal
deadline pendaftarannya masih beberapa minggu lagi, tetapi pendaftarannya
ditutup lebih awal karena sudah terlalu banyak yang mendaftar. Namun saya
mencoba lagi ikut lomba lain yang berhadiah paket penerbitan –supaya bisa
menerbitkan buku gratis, hehe–, salah satunya lomba yang diadakan Rasibook ini, membuka
kesempatan saya untuk menerbitkan buku.
Nah, jika kalian
juga pengin jadi penulis dan pengin naskah kalian diterbitkan, dari banyak tips
yang pernah saya baca untuk menjadi penulis yang sukses adalah rajin-rajinlah
latihan menulis, untuk menjadi penulis itu bukan masalah keturunan, tapi skill.
Jadi kita harus rajin-rajin menulis untuk melatih skill kita.Saya juga masih
belajar, jadi ayo kita belajar bersama^^. Kalau kamu memang sudah punya naskah
untuk diterbitkan, jangan ragu untuk mengirim naskah kamu ( seperti saya waktu
kecil dulu), jangan lupa untuk meninggalkan pesan moral di dalam naskahmu,
karena itu akan membuatmu memberikan manfaat bagi orang lain. Kalau memang
masih awal dan berkemungkinan besar ditolak penerbit mayor kecuali naskah kamu
emang keren, cobalah kirim naskah ke penerbit indie, seperti Rasibook yang menyadiakan
beberapa paket penerbitan murah hingga gratis dan tidak menolak naskah. Untuk
info lebih lanjut dan lengkap klik http://www.rasibook.com/p/tentangkami.html.
Hanya itu yang bisa saya
sampaikan, terimakasih sudah membaca^^
0 comment
What do you think about this post?