Tauhid Islam

by - December 30, 2014


TAUHID

Tauhid ialah meyakini bahwa Allah SWT itu Esa, tiada sekutu bagiNya. Maksudnya ialah meyakini bahwa Allah SWT adalah satu-satunya Rabb (Pencipta, Pemilik, dan Pemelihara) segala sesuatu. Dialah satu-satunya yang berhak disembah, segala sesembahan selain Dia adalah batil. Dia memiliki segala sifat kesempurnaan serta bersih dari segala cacat dan kekurangan.
1.       Tauhid yang diserukan oleh para Rasul dan termaktub di dalam kitab-kitab suci
a.       Tauhid dalam tataran pengetahuan (ma’rifat) dan penetapan (itsbat)
Disebut dengan tauhid rububiyah wal asma’ wash shifat. Yakni, mengesakan Allah dalam hal nama, sifat dan tindakanNya.
Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. Asy-Syura: 11)
b.      Tauhid dalam tataran tujuan (Qasd) dan Permintaan (Thalab)
Disebut dengan tauhid uluhiyah wal ibadah. Yakni, menjadikan Allah sebagai satu-satunya tujuan ibadah, dalam segala bentuknya, contohnya berdoa, shalat, takut (khauf), berharap (raja’), dll.
“Dan barang siapa menyembah tuhan yang lain di samping Allah, padahal tidak ada satu dalil pun bagiNya tentang hal itu maka sesungguhnya perhitungannya di sisi Tuhannya. Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tiada beruntung.” (QS. Al- Mukminun: 117)
Tauhid ini banyak diingkari oleh makhluk, karena itu Allah SWT mengutus para Rasul kepada umat manusia dan menurunkan kitab-kitab suci agar mereka menyuruh manusia menyembah Allah semata dan tidak menyembah selain Dia.
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), ‘Sembahlah Allah (saja) dan jauhilah thagut itu.” (QS. An-Nahl: 36)

2.       Hakikat Tauhid
Manusia harus melihat bahwa segala sesuatu itu berasal dari Allah SWT. entah itu nasib baik dan buruk, untung dan rugi, dan lainnya adalah berasal dari Allah SWT semata , bukan dari selainNya.
Buah dari hakikat tauhid adalah tawakkal (berserah diri) kepada Allah SWT semata. Tidak mengeluh dan mencaci maki makhluk, melainkan bersikap ridha terhadap ketentuan Allah SWT.

3.       Keagungan Kalimat Tauhid (Laa Ilaaha illa Allah)
        Dari Abdullah bin Amr bin Ash ra. bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya tatkala Nabiyullah Nuh as. dijemput kematiannya, dia berkata kepada putranya: ‘Sesungguhnya aku menyampaikan wasiat (pesan) padamu: Aku menyuruhmu (untuk melakukan) dua hal; dan melarangmu (melakukan) dua hal. Aku menyuruhmu (untuk berpegang) kepada ‘Laa Ilaaha illa Allah’ (tiada tuhan yang berhak disembah selain Allah). Karena seandainya tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi diletakkan di salam satu piring timbangan dan ‘Laa Ilaaha illa Allah’ diletakkan dalam satu piring lainnya, niscaya mereka akan dikalahkan oleh ‘Laa Ilaaha illa Allah.’ Dan seandainya tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi itu adalah lingkaran misteri, niscaya akan dipecahkan oleh  ‘Laa Ilaaha illa Allah’ dan ‘Subhanallah wa bihamdih.’ Karena sesungguhnya (‘Laa Ilaaha illa Allah’) itu adalah shalatnya segala sesuatu dan dengan itu (pula) segenap makhluk mendapatkan rizkinya. Dan aku melarangmu (berbuat) syirik dan sombong…” (Hadis shahih. HR. Ahmad (no.6583); HR. Al-Bukhari dalam Kitab Al-Adab Al-Mufrod (no.558); Shahih Al-Adab Al-Mufrod (no.426); As-Silsilah As-Shahihah karya Syaikh AL-Albani (no.134)

4.       Konsekuensi Kalimat Tauhid (kalimat syahadat)
a.       Orang tersebut harus mewujudkan segala persyaratan syahadat, yaitu:
·         ‘ilmu (mengetahui) : orang yang bersaksi dengan Laa Ilaaha illa Allah harus memahami dengan hatinya apa yang diikrarkan oleh lisannya.
·         Yaqin (yakin) : orang yang mengikrarkannya harus meyakini kandungan syahadat itu.
·         Qabul (menerima) : menerima kandungan dan konsekuensi syahadat
·         Inqiyad (tunduk dan patuh dengan kandungan makna syahadat)
·         Siddiq (jujur) : mengucapkan kalimat tauhid dan hatinya juga membenarkan.
·         Ikhlas : membersihkan amal dari segala debu syirik, dengan jalan tidak mengucapkannya karena menginginkan isi dunia.
·         Mahabbah (kecintaan) : mencintai kalimat tauhid serta isinya, juga mencintai orang-orang yang mengamalkan konsekuensinya.
b.      Menegakkan kalimat Laa Ilaaha illa Allah, meninggalkan ibadah kepada selain Allah
c.       Menegakkan konsekuensi Muhammad SAW., yakni menaati, membenarkan sunnah Nabi SAW., meninggalkan apa yang dilarang dan mengamalkan apa yang dituntunkan.
d.      Menghindarkan diri dari segala sesuatu yang dapat membatalkan syahadat, seperti syirik dan percaya pada tukang sihir atau dukun ramal.

5.       Macam-macam Tauhid
a.       Tauhid Rububiyah: “Yaitu kepercayaan bahwasanya Allah Swt adalah pencipta, pengatur, dan pemelihara seluruh alam semesta dengan ilmuNya dan kekuasaanNya sebagaimana yang dikehendakiNya.” ( penjelasan Syaikh bin Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz)
b.      Tauhid Uluhiyah: “Kepercayaan bahwasanya Allah Swt adalah Tuhan yang hak (benar) dan yang paling berhak untuk disembah, dengan menyucikanNya dari segala sekutu karena dialah yang menciptakan makhluk, yang berbuat baik terhadap mereka dan yang menanggung rizki mereka.”  ( penjelasan Syaikh bin Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz)
c.       Tauhid Mulkiyah: mengimani Allah sebagai satu-satunya raja yang berdaulat bagi seluruh alam, atau bisa juga disebut sebuah pandangan bahwa Allah Swt. sebagai satu-satunya zat yang menguasai alam semesta ini dengan penuh penetapan dan peraturan atas kehidupan, tidak ada sekutu atas kekuasaan Allah Swt. di alam semesta ini.
d.      Tauhid Rahmaniyah: rahman adalah suatu sifat yang ditonjolkan Allah dalam memperkenalkan diriNya sebgaimana kita menemukan pada awal tiap surah yang kit abaca dalam Al-Qur’an, yang intinya bahwa rahman (kasih sayang) Allah sangat luas yang meliputi alam semesta.
e.      Tauhid Al-Asma’ wa Sifat: pengesaan Allah dalam nama-nama dan sifat-sifat bagiNya, dengan menetapkan semua nama-nama dan sifat-sifat yang Allah sendiri menamai dan menyifati diriNya di dalam KitabNya (Al-Qur’an) dan sunah NabiNya.

6.       Tauhid Rububiyah dan Tauhid Uluhiyah saling menyertai
Tauhid rububiyah harus disertai dengan tauhid uluhiyah. Orang yang mengakui bahwa Allah SWT adalah satu-satunya Rabb Yang Maha Pencipta, Maha Memiliki, dan Maha Memberi rizki harus mengakui pula bahwa Dia adalah satu-satunya Tuhan yang berhak disembah.
Begitu pula sebaliknya, Tauhid uluhiyah harus disertai dengan tauhid rububiyah. Jadi, orang yang menjadikan Allah SWT sebagai satu-satunya sesembahan ia harus pula memiliki keyakinan bahwa Dia adalah Rabbnya yang menciptakan dan memiliki dirinya.

7.       Keutaman Tauhid
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezhaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapatkan keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-Anaam: 82)
Dari Anas bin Malik ra. Ia berkata: “aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Allah SWT. berfirman: ‘Hai anak Adam, sesungguhnya selama kamu memanjatkan doa kepadaKu dan menaruh harapan padaKu maka Aku akan mengampunimu menurut apa yang ada di dalam dirimu dan Aku tidak peduli. Hai anak Adam, seandainya dosa-dosamu mencapai ketinggian langit, kemudian kamu memohon ampun kepadaKu, niscaya Aku akan mengampunimu dan Aku tidak peduli. Hai anak Adam, sesungguhnya jika kamu dating kepadaKu dengan membawa dosa sebesar bumi, kemudian kamu bertemu denganKu sedangkan kamu tidak menyekutukanKu dengan sesuatu, niscaya Aku akan memberimu ampunan sebesar bumi pula.” ( Hadis Shahih. At-Tirmidzi (no.3540), Shahih Sunan At-Tirmidzi (No.2805)

8.       Balasan bagi orang yang bertauhid
“Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan Surga-Surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rizki buah-buahan dalam Surga-Surga itu, mereka mengatakan, ‘Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu.’ Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada istri-istri yang suci dan mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al-Baqarah: 25)

9.       Kesempurnaan Tauhid
Tauhid tidak bisa terwujud secara sempurna, kecuali dengan mengabdi hanya kepada Allah SWT, tidak menyekutukanNya dengan sesuatu, serta menjauhi thagut.
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), ‘Sembahlah Allah (saja) dan jauhilah thagut itu.” (QS. An-Nahl: 36)

10.   Thagut dan macamnya
Thagut ialah segala sesuatu yang melampaui batas kewenanganNya, thagut banyak sekali jumlahnya, tetapi induknya ada lima, yaitu: 1. Iblis, 2. Orang yang rela disembah manusia, 3. Orang yang menyuruh manusia untuk menyembah dirinya, 4. Orang yang mengaku mengetahui perkara ghaib, dan 5. Orang yang berhukum kepada selain hokum Allah SWT.


Untuk lebih jelasnya, silakan tanyakan kepada ustadz yang lebih tahu dari fina yang masih belajar ini :3 Oh ya, untuk merefresh iman kita, sering-seringlah mengucapkan ‘Laa Ilaaha illa Allah’ J Yuk, bertauhid!Laa Ilaaha illa Allah ^^)b



Source:  
·         Ensiklopedi Islam Kaffah ditulis oleh Syaikh Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah At-Tuwaijiri dan diterjemahkan Najib Junaidi & Izzudin Karimi, Juli 2012
·         Buku LKS Akidah Akhlak kelas X SMA/MA terbitan Fitrah
·         Picture by me


---------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Dapat didownload disini

Cara download:
1. Klik tulisan 'disini' di atas
2. Silang laman yang tidak perlu, tunggu loading sebentar
3. Tekan 'Skip Ad'
4. Download file drive di tanda unduh (panah ke bawah ↓) di pojok kanan atas laman google drive
5. Selesai, tinggal cek di folder download

❤❤❤ 
With Love,
Fina Sarah Adhari

Twitter: finasaraha_13

You May Also Like

0 comment

What do you think about this post?