Manajemen Agribisnis: Peluang dan Tantangan Agribisnis atau Pertanian di Era Globalisasi

by - November 14, 2018


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.                  Latar Belakang
Secara teoritis globalisasi merupakan episode dari teori evolusi yang meyakini bahwa masyarakat akan berkembang dari primitive ke modern, modernisasi seluruh bangsa, rekayasa sosial (social engineering), pengintegrasian ekonomi nasional kepada sistem ekonomi global, pembiasan batas-batas sosial, ekonomi, idiologi, politik, dan budaya suatu negara atau bangsa, penghapusan peta dunia,development aid, percepatan kapitalisme pasca krisis kapitalis di tahun 1930-an, dan basic need strategy. Dalam sektor pertanian juga tidak terlepas dari berbagai kerangka perjanjian dan kesepakatan bilateral dan multilateral akibat dari aglonalisasi ini. Akibatnya muncul berbagai peluang dan juga tantangan yang perlu kita ketahui untuk dapat mempertahankan sektor pertanian atau agriisnis diera globalisasi.

Revolusi industri 4.0 turut memberikan peluang dan tantangan baru bagi setiap negara agar bisa bertahan dalam persaingan global yang kompetitif. Indonesia termasuk menjadi negara yang siap hadapi revolusi industri 4.0. Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto tengah menyiapkan lima sektor prioritas yang akan dikembangkan dalam menghadapi implementasi revolusi industri 4.0. Kelima sektor industri tersebut adalah makanan dan minuman, elektronik, tekstil, otomotif dan kimia. Dengan dikembangkannya industri minuman dan makann ini menyebabkan timbulnya potensi besar pertanian atau agribisnis di era revolusi 4.0, maka perlu diketahui pula peluang serta tantangan  era revolusi 4.0 dalam sektor pertanian atau agribisnis.
Perkembangan pertanian di dunia pada dasarnya begitu kompleks, mulai dari pertanian berpindah-pindah (nomaden, tradisional, hingga yang kita kenal saat ini. Perubahan era yang terjadi di dunia ini juga tentu diikuti pula oleh perkembangan yang terjadi pada sector pertanian itu sendiri. Mulai dariera revolusi 1, 2, dan 3. Setiap era memiliki dampak tersendiri pada sector pertanian, maka perlu kita ketahui dampak dan perubahan yang terjadi pada sector pertanian dari masig-masing era.

1.2.                  Rumusan Masalah
1.                       Bagaimana peluang dan tantangan agribisnis atau pertanian di Indonesia dalam era globalisasi?
2.                       Bagaimana peluang dan tantangan agribisnis atau pertanian di Indonesia di era revolusi industri 4.0?
3.                       Ceritakan dampak revolusi industri 1.0, 2.0, 3.0 pada agribisnis atau pertanian secara umum?

1.3.                  Tujuan
1.                       Mengetahui dan memahami peluang dan tantangan agribisnis atau pertanian di Indonesia dalam era globalisasi.
2.                       Mengetahui dan memahami peluang dan tantangan agribisnis atau pertanian di Indonesia di era revolusi 4.0
3.                       Mengetahui dan memahami dampak  agribisnis atau pertanian di Indonesia dalam era revolusi 1.0, 2.0, 3.0.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Peluang dan Tantangan Agribisnis atau Pertanian di Era Globalisasi
Menurut asal katanya, kata "globalisasi" diambil dari kata global, yang maknanya ialah universal. Achmad Suparman menyatakan Globalisasi adalah suatu proses menjadikan sesuatu (benda atau perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di dunia ini tanpa dibatasi oleh wilayah. Globalisasi merupakan kecenderungan masyarakat untuk menyatu dengan dunia, terutama di bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan media komunikasi massa. Selain itu, para cendekiawan Barat mengatakan bahwa globalisasi merupakan suatu proses kehidupan yang serba luas, tidak terbatas, dan merangkum segala aspek kehidupan, seperti politik, sosial, dan ekonomi yang dapat dinikmati oleh seluruh umat manusia di dunia.
Globalisasi pertanian secara kausalistik muncul sebagai respon atas tesis Malthus (1766-1834). Ini merupakan perwujudan dari idiologi kapitalistik yang berkarakter efisiensi (profit maxization), competition for gain, freedom, un-security, dan un-sustainability(sementara) yang eksis dalam naungan prudence atau the invisible hand (Adam Smith). Un-security inilah yang mendorong revolusi industri, pencarian dan penaklukkan, imperialisme atau kolonialisme di dunia, dan penemuan lewat rekayasa genetik. Pada dasarnya, un-security-lah yang melandasi semangat evolusi, dan social darwinisme.
Impor berbagai produk dan bahan baku pertanian kian hari kian meningkat. Meskipun jumlah produk pertanian yang diekspor dan dipasarkan di pasar domestik jauh lebih tinggi daripada impor, namun selisih nilainya hanya 2 persen. Nilai 2 persen sesungguhnya tidak berarti, karena jika dianalisis, nilai transaksi berjalan produk pertanian Indonesia itu sesungguhnya devisit. Betapa tidak, produk pertanian yang diekspor oleh Indonesia sesungguhnya adalah produk yang padat dengan input luar (impor). Keunggulan produk tersebut jelas sangat bersifat kompetitif semu (shadow competitivenes). TNCs sebagai pihak yang paling tahu akan efisiensi memandang bahwa proses produksi usahatani (on-farm) sangat rentan terhadap risiko dan ketidakpastian, untuk itu ia menerapkan strategi kemitraan atau contarc farming.Memang petani Indonesia masih merasakan keuntungan. Namun keuntungan tersebut jauh lebih rendah dibandingkan dengan biaya dan kerugian yang harus ditanggung, seperti gangguan kesehatan, pencemaran lingkungan, serta risiko dan ketidakpastian lainnya.
Globalisasi telah berdampak luas pada pertanian di negara-negara dunia ketiga. Ketimpangan, kemiskinan, dan ketergantungan pada berbagai input luar adalah bukti konkritnya. Pencabutan subsidi, privatisasi sumberdaya dan institusi pemerintah, longgarnya kran impor sebagai prasyarat untuk ekspor, lenyapnya berbagai sumberdaya dan budaya lokal, membiasnya pemberdayaan, dan mandegnya inovasi merupakan dampak langsung dari globalisasi. Lemahnya kondisi internal dan kuatnya cengkraman internasional merupakan sinergi penghancuran kearifan lokal di negara dunia ketiga.
Menurut Hines dalam Setiawan (2010), globalisasi dapat diralat ke arah teologi baru globalisasi dengan lebih memberi tempat kepada pahan localism yang melindungi dan membangun kembali ekonomi lokal. Gagasan Hines yang mengetengahkan Protect the Local Globally atau pendekatan berbasis lokalita memang lebih memberdayakan. Namun itu saja tidak cukup, karena untuk meningkatkan daya saing produk pertanian Indonesia di pasar domestik maupun internasional seperti sekarang ini, perlu disertai dengan inovasi pada sistem pembangunan pertanian secara keseluruhan.
Dalam masa sekarang ini, di mana kondisi globalisasi ekonomi dunia yang relatif sulit diprediksi, maka kondisi ini akan mendorong tiap negara harus mampu mendayagunakan sumberdaya yang dimiliki untuk dimanfaatkan agar mempunyai daya saing komparatif (comparative advantage) yang tinggi untuk mampu bersaing di pasaran internasional. Untuk sektor pertanian, barangkali memang sudah waktunya untuk dipikirkan beberapa aspek yaitu: Pertama, apakah tidak sebaiknya kalau sumberdaya alam yang kita miliki, dimanfaatkan seoptimal mungkin tanpa hams mengorbankan aspek kelestariannya. Kenyataan di lapangan sering kita lihat hal yang sebaliknya. (Soekartawi, 2004).
Globalisasi pasti akan dihadapi seluruh negara di dunia yang membutuhkan negara lain untuk memenuhi kebutuhan negaranya. Meskipun produk-produk pertanian Indonesia masih belum siap menghadapi globalisasi, terdapat kesepahaman negara-negara di dunia bahwa produk-produk pertanian (agribisnis) merupakan produk perdagangan yang penting baik secara empiris maupun politis (political will) sehingga membutuhkan perlindungan. Diperlukan penyelarasan kebijakan (harmony and conformity) sehingga menciptakan non-diskriminasi perdagangan. Perlindungan terhadap kepentingan domestik dimaksudkan untuk meminimalkan kerugian. Pemanfaatan peluang untuk meningkatkan manfaat menjadi penting demi kepentingan domestik.
Tantangan lain yang muncul adalah adanya proses desentralisasi telah menyebabkan tugas pemberian dukungan yang sebelumnya sepenuhnya berada pada pemerintah pusat, saat ini juga telah diemban oleh pemerintah daerah. Pada kenyataannya, masih banyak pemerintah daerah yang belum sepenuhnya mengembangkan sistem dukungan yang efektif bagi kegiatan pertanian. Hal ini dapat dilihat antara lain dalam kegiatan penyuluhan yang saat ini seharusnya telah dikembangkan pada tingkat pemerintah daerah kabupaten belum terlaksana optimal.

2.2 Peluang dan Tantangan Agribisnis atau Pertanian di Era Revolusi 4.0
   Revolusi Industri yang Keempat dimulai tahun 2000, dengan adanya transaksi data yang besar, Smart Factory, Virtual Reality yang kalau digabungkan akan menjadi suatu perubahan yang besar. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) telah merancang Making Indonesia 4.0 sebagai roadmap (peta jalan) yang terintegrasi. Hal ini berguna untuk menerapkan sejumlah strategi Indonesia dalam menghadapi Industri 4.0. Seperti diketahui, dunia saat ini memasuki era revolusi industri 4.0. Revolusi industri dunia keempat ini ditandai masifnya perkembangan teknologi informasi. Aspek digital telah menjadi basis dalam kehidupan manusia. Ini dilihat dari proses bisnis pun kini dipercepat dengan ada sistem online. Hal yang paling dikhawatirkan orang yaitu revolusi industri 4.0 akan kurangi tenaga kerja, dan menggantikannya dengan sistem robotik.
   Revolusi industri 4.0, yang dimulai dari Jerman, menyebabkan pabrik dapat memproduksi barang yang sesuai dengan pesanan tanpa harus mengubah mesinnya, karena setiap mesin didesain dapat melakukan pekerjaan yang berbeda. Sehingga revolusi industri 4.0 ini akan membuat biaya produksi lebih murah lagi, dan tentunya berdampak pada harga barang hasil produksi akan jauh lebih murah lagi.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menilai revolusi industri 4.0 bisa menjadi peluang maupun menjadi ancaman.
"Apakah revolusi industri ini sebuah peluang besar? Jawaban saya, iya. Kalau kita mempersiapkan, merencanakan, dan bisa mengantisipasi ini. Apakan revolusi 4.0 ini sebuah ancaman? Menurut saya jawabannya, iya dan tidak. Bisa iya bisa tidak, tergantung kita," kata Jokowi di JCC Senayan, Rabu (4/4/2018).
Ada empat tantangan utama pembangunan ketenagakerjaan khusus di wilayah NTB.
a.                        Tantangan pertama adalah penurunan angka pengangguran tidak sejalan dengan penurunan angka kemiskinan di NTB.
b.                       Tantangan kedua adalah tingkat pendidikan dan kompetensi angkatan kerja yang rendah dan masih didominasi pendidikan SMP ke bawah.
c.                        Tantangan ketiga adalah kurangnya kualitas dan kuantitas instruktur di BLK/LLK.
d.                       Tantangan keempat atau terakhir yang disampaikan oleh Wildan adalah belum memadainya sarana dan prasarana di BLK/LLK.

Industri 4.0 sebagai fase revolusi teknologi mengubah cara beraktifitas manusia dalam skala, ruang lingkup, kompleksitas, dan transformasi dari pengalaman hidup sebelumnya. Manusia bahkan akan hidup dalam ketidakpastian (uncertainty) global, oleh karena itu manusia harus memiliki kemampuan untuk memprediksi masa depan yang berubah sangat cepat. Tiap negara harus merespon perubahan tersebut secara terintegrasi dan komprehensif. Respon tersebut dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan politik global, mulai dari sektor publik, swasta, akademisi, hingga masyarakat sipil sehingga tantangan industri 4.0 dapat dikelola menjadi peluang.
Wolter mengidentifikasi tantangan industri 4.0 sebagai berikut;
1)                       Masalah keamanan teknologi informasi;
2)                       Keandalan dan stabilitas mesin produksi;
3)                       Kurangnya keterampilan yang memadai;
4)                       Keengganan untuk berubah oleh para pemangku kepentingan; dan
5)                       Hilangnya banyak pekerjaan karena berubah menjadi otomatisasi.
Menteri Sekretaris Negara, Prof. Dr. Pratikno, M.Soc.Sc., sebagai keynote speaker, menerangkan kemungkinan pertanian menjadi sektor yang paling terpengaruh distrupsi di era RI 4.0. Ia mengun gkapkan bahwa hampir setengah dari petani di dunia kehilangan pekerjaanya karena RI 4.0 ini.
“Hal itu terjadi bukan karena produksi pertanian tidak lagi dibutuhkan, melainkan tenaga mereka telah digantikan,” tuturnya.
Tuntutan dari era saat ini, menurut Pratikno, adalah kecepatan dan kreatifitas. Faktor-faktor seperti lahan, tenaga kerja, dan kekayaan hayati tidak lagi menjadi yang utama. “Digitalisasi, bioteknologi, dan efektivitas proses menjadi kunci dari revolusi agrikultur dalam era ini,” ujarnya.
Akan tetapi, Pratikno menuturkan bahwa revolusi agrikultur tadi terjadi dominan di benua Eropa. Menurutnya, faktor yang mendorong hal itu adalah bencana demografi, yakni jumlah penduduk dengan usia produktif lebih sedikit dibanding penduduk usia non-produktif. Sebaliknya, ia menuturkan bahwa Indonesia mengalami bonus demografi. Oleh karena itu, revolusi tadi belum terlalu dirasakan di Indonesia. “Pertanian tradisional masih banyak ditemui di berbagai wilayah Indonesia,” sebutnya.
Pratikno kemudian merumuskan bahwa permasalahan yang terjadi di Indonesia adalah akses menuju teknologi dan bahan yang berkualitas. “Teknologi sudah ada di Indonesia, tapi para petani di daerah tidak memiliki akses ke sana,” ungkapnya.
Hal itu terjadi, jelas Pratikno, akibat kondisi sosio ekonomi masyarakat Indonesia yang plural. Ia mengungkapkan bahwa ketimpangan kelas sosial di Indonesia terlampau tinggi. “Makanya, isunya disini bukan lagi availability, melainkan accessability,” tegasnya.
Pratikno menerangkan bahwa sesuatu yang diperlukan Indonesia adalah mendorong petani lokal agar lebih mandiri untuk memenuhi kebutuhannya. Ia kemudian menunjuk para peserta di auditorium ketika menyebutkan siapa yang berperan dalam mensosialisasikan hal itu.
“Tugas Fakultas Pertanian adalah menjadi garda depan yang menerima dan memproses dampak RI 4.0, sekaligus nantinya berperan untuk mendistribusikannya kepada para petani di daerah-daerah,” tutupnya. (Humas UGM/Hakam)

2.3  Dampak Revolusi Industri 1.0, 2.0, 3.0 terhadap Agribisnis atau Pertanian
Revolusi Industri mulai terjadi antara tahun 1750-1850 di mana perubahan secara besar-besaran di bidang pertanian, manufaktur, pertambangan, transportasi, dan teknologi serta memiliki dampak yang mendalam terhadap kondisi sosial, ekonomi, dan budaya di dunia. 
Revolusi Industri dimulai dari Britania Raya dan kemudian menyebar ke seluruh Eropa Barat, Amerika Utara, Jepang, dan menyebar ke seluruh dunia saat ini. Pada  alat-alat produksi pertanian yang digunakan adalah alat-alat tradisional yang sesuai dengan kehidupan saat itu, produksi dengan cara dan gaya tradisional mulai hilang saat ini dan beralih dengan alat-alat yang lebih modern.
Revolusi Industri 1.0 berlangsung periode antara tahun 1750-1850. Saat itu terjadi perubahan secara besar-besaran di bidang pertanian, manufaktur, pertambangan, transportasi, dan teknologi serta memiliki dampak yang mendalam terhadap kondisi sosial, ekonomi, dan budaya di dunia. Revolusi generasi 1.0 melahirkan sejarah ketika tenaga manusia dan hewan ditandai dengan penggunaan mesin untuk pabrik pemintalan kapas.  Salah satunya juga adalah kemunculan mesin uap pada abad ke-18. Revolusi ini dicatat oleh sejarah berhasil mengerek naik perekonomian secara dramatis di mana selama dua abad setelah Revolusi Industri terjadi peningkatan rata-rata pendapatan perkapita Negara-negara di dunia menjadi enam kali lipat.
Revolusi Industri 2.0, juga dikenal sebagai Revolusi Teknologi adalah sebuah fase pesatnya industrialisasi di akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Revolusi Industri 1.0 yang berakhir pertengahan tahun 1800-an, diselingi oleh perlambatan dalam penemuan makro sebelum Revolusi Industri 2.0 muncul tahun 1870. Revolusi industri generasi 2.0 ditandai dengan kemunculan pembangkit tenaga listrik dan motor pembakaran dalam (combustionchamber). Penemuan ini memicu kemunculan pesawat telepon, mobil, pesawat terbang, dll yang mengubah wajah dunia secara signifikan.
Revolusi tahap 3.0, yakni revolusi digital. Waktu dan ruang tidak lagi berjarak. Revolusi kedua dengan hadirnya mobil membuat waktu dan jarak makin dekat. Revolusi 3.0 menyatukan keduanya. Sebab itu, era digital sekarang mengusung sisi kekinian (real time).
Secara umum dampak dari Revolusi industri antara lain :
a.                        Dampak Positif
1.                       Lebih mudah memproduksi suatu barang. Keterampilan tangan para pekerja sudah tidak lagi dibutuhkan, karena sebagian besar pekerjaan mereka sudah bisa dilakukan oleh mesin, sehingga produksi suatu barang lebih efisien.
2.                       Transportasi menjadi lebih mudah dan cepat, karena sudah mengenal adanya tenaga mesin. Jadi, tak perlu menggunakan hewan seperti kerbau, sapi, dan keledai yang memakan waktu sangat lama untuk bepergian ke suatu tempat.
3.                       Muncul kota-kota industri lainnya. Revolusi industri yang awalnya dilakukan Inggris memberikan contoh bagi kota-kota lain untuk juga melakukan revolusi industri.
4.                       Memberikan suatu pengaruh yang mendunia dan terasa manfaatnya hingga sekarang. Tidak dapat dibayangkan bagaimana keadaan dunia sekarang apabila tidak dilakukannya revolusi industri, boleh dikatakan mulai dari bangun tidur sampai mau tidur lagi kita tidak bisa lepas dari hasil revolusi industri.

b.                       Dampak Negatif
1.                       Para petani banyak yang kehilangan mata pencahariannya, karena semua produksi telah dilakukan di pabrik-pabrik di kota besar, dan banyak pemilik tanah yang mereka garap menjual tanahnya untuk menanam modal di sentra industri.
2.                       Hal itu menyebabkan bertambahnya tingkat pengangguran, kemiskinan, dan tindak kriminal yang merajalela. Sehingga penjara menjadi penuh sesak oleh orang-orang jahat.
3.                       Terjadinya urbanisasi besar-besaran, banyak sekali petani yang telah kehilangan mata pencahariannya datang ke kota untuk mencari pekerjaan di pabrik-pabrik atau sentra industri lainnya. Hal ini tentu memperburuk keadaan di kota, penggunaan mesin tentu mengurangi kebutuhan akan tenaga buruh, jadi mereka yang datang dari desa rela menukar tenaganya dengan upah yang sangat kecil demi mendapatkan pekerjaan. Dengan begitu, banyak diantara mereka menjalani kehidupan di kota dengan kondisi tidak layak, baik dalam hal pemukiman maupun kesehatannya.
4.                       Perbedaan lapisan antara pengusaha pabrik yang kaya dan buruh pabrik yang miskin, makin lama makin bertambah besar; kebencian kelas seringkali menimbulkan kerusuhan-kerusuhan dan pemberontakan-pemberontakan yang mengakibatkan pertumpahan darah.
5.                       Harga mesin yang sangat mahal bagi juru gilda, yang akan menyebabkan hanya para kapitalis saja yang dapat membelinya, sehingga mendorong banyak pertumbuhan perusahaan-perusahaan besar, dan membuat perusahaan kecil seperti gilda tersingkir.
6.                       Polusi air, udara, dan tanah. Pembangunan pabrik-pabrik di kota besar menimbulkan limbah yang tidak terkendali, sehingga membuat kota menjadi kotor.
7.                       Bisa menyebabkan seseorang menjadi atheis. Banyak orang yang mulai tidak percaya Tuhan, karena mereka merasa segala kebutuhan hidupnya dapat dipenuhi sendiri dengan mesin-mesin yang mereka ciptakan.


BAB III
PENUTUP

3.1                    Kesimpulan
a.                        Peluang dari agrbisnis atau pertanian di Indonesia pada era globalisasi sangatlah luas, mulai dari jenis produk yang dapat dihasilkan beragam, dikarenakan masyarakat pada era ini cenderung mengingingan segala sesuatu secara praktis. Terbuka pasar global, membuka peluang barang-barang produksi dalam negeri dapat di ekspor ke berbagai Negara.adapun tantangan yang dihadapi juga tak kalah bera, mengingat adanya proses desentralisasi yang mana, segalakegiatan industridipusatkan dikota, sehingga pemerataan pembangunan serta pengembangan dari sector agribisnis sendiri kurang berkembang di wilayah pedesaan.
b.                       Era revolusi industri 4.0 membawa perubahan yang begitu cepat dalam bidang industri dimana era digital telah memasuki segala aspek kehidupan masyarakat. Peluangnya adalah proses pemasaran dan jangkauan promosi suatu barang akan semakin luas. Dengan pemanfaatan teknologi digital ini, biaya produksi dari suatu barang juga akan semakin menurun.adapun tantangan dari era revolusi 4.0 ini di Indonesia antara lain Masalah keamanan teknologi informasi, Keandalan dan stabilitas mesin produksi, Kurangnya keterampilan yang memadai, Keengganan untuk berubah oleh para pemangku kepentingan, dan Hilangnya banyak pekerjaan karena berubah menjadi otomatisasi.
c.                        Revolusi Industri mulai terjadi antara tahun 1750-1850 di mana perubahan secara besar-besaran di bidang pertanian, manufaktur, pertambangan, transportasi, dan teknologi serta memiliki dampak yang mendalam terhadap kondisi sosial, ekonomi, dan budaya di dunia. Dampak dari revolusi industri 1.0, 2.0, 3.0 ini memiliki dampak positif dan juga dampak negative terutama dalam bidang agribisnis atau pertanian.

3.2                    Saran
Apabila terdapat kekurangan dalam data-data yang penulis susun maka penulis memohon kepada pembaca agar memberi masukan atau menyempurnakan makalah ini. Adapun penulis mendapatkan sumber data yang belum tentu sempurna.


DAFTAR PUSTAKA

Kompas. 2018. Tantangan Revolusi Industri 4.0 Dijawab dengan Tiga Pilar
Percepatan Peningkatan Kompetensi. https://biz.kompas.com/read/2018/ 03/23/192514628/tantangan-revolusi-industri-40-dijawab-dengan-tiga-pilar-percepatan-peningkatan [diakses pada 30 September 2018 pukul 20.00 WITA]

UGM. 2018. Sektor Pertanian dalam Pusaran Revolusi Industri 4.0. https://www.

ugm.ac.id/id/news/16905-sektor.pertanian.dalam.pusaran.revolusi. industri.40 [diakses pada 30 September 2018 pukul 20.05 WITA]

Wikipedia. Revolusi Industri. https://id.wikipedia.org/wiki/Revolusi_Industri
[diakses pada 30 September 2018 pukul 20.10 WITA]
Khairil. 2017. Dampak Revolusi Industri. https://www.kompasiana.com/
sadikhairil/5a27eb85d14aeb350b3d5294/dampak-revolusi-
industri?page=all [diakses pada 30 September 2018 pukul 20.15 WITA]
Ivoox. 2018. Revolusi Industri dari 1.0 hingga 4.0. https://ivoox.id/revolusi- 
industri-dari-1-0-hingga-4-0/ [diakses pada 30 September 2018 pukul 20.15 WITA]


(Microsoft Word) Manajemen Agribisnis: Peluang dan Tantangan Agribisnis atau Pertanian di Era Globalisasi
Dapat dilihat dan didownload disini
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Cara download:
1. Klik tulisan 'disini' di atas
2. Silang laman yang tidak perlu, tunggu loading sebentar
3. Tekan 'Skip Ad'
4. Download file drive di tanda unduh (panah ke bawah ↓) di pojok kanan atas laman google drive
5. Selesai, tinggal cek di folder download

❤❤❤ 

You May Also Like

0 comment

What do you think about this post?