1.
Latar Belakang
Sejarah
Peradaban Islam adalah sesuatu yang wajib kita ketahui sebagai umat Islam,
karena dari Sejarah Peradaban Islam tersebut kita dapat belajar banyak hal dan
banyak nilai-nilai moral yang kita dapat seperti mempelajari hasil kebudayaan
pada suatu peradaban dan sistem pemerintahannya. Dari sinilah kita akan
memperoleh nilai-nilai sosial, moral, budaya, pendidikan dan politik.
Dalam masa lebih dari tujuh abad kekuasaan pada periode Islam klasik.. Banyak orang Eropa mendalami studi di Universitas-Universitas Islam disana. Ketika itu bisa dikatakan, Islam telah menjadi guru bagi orang Eropa. Selama delapan abad, Islam pernah berjaya di bumi Eropa (Andalusia) dan membangun peradaban yang gemilang. Namun peradaban yang di bangun dengan susah payah dan kerja keras kaum Muslimin itu, harus ditinggalkan dan dilepas begitu saja karena kelemahan-kelemahan yang terjadi di kalangan kaum Muslimin sendiri dan karena keberhasilan Bangsa Barat atau Eropa bangkit dari keterbelakangan. Kebangkitan yang meliputi hampir semua element peradaban, terutama di bidang politik yakni dengan dikalahkannya kerjaan-kerajaan Islam dan bagian dunia lainnya sampai kemajuan di bidang sains dan teknologi.Kesemuanya itu dapat menambah pengetahuan dan wawasan kita, maka hal inilah yang melatar belakangi disusunnya makalah ini.
Dalam masa lebih dari tujuh abad kekuasaan pada periode Islam klasik.. Banyak orang Eropa mendalami studi di Universitas-Universitas Islam disana. Ketika itu bisa dikatakan, Islam telah menjadi guru bagi orang Eropa. Selama delapan abad, Islam pernah berjaya di bumi Eropa (Andalusia) dan membangun peradaban yang gemilang. Namun peradaban yang di bangun dengan susah payah dan kerja keras kaum Muslimin itu, harus ditinggalkan dan dilepas begitu saja karena kelemahan-kelemahan yang terjadi di kalangan kaum Muslimin sendiri dan karena keberhasilan Bangsa Barat atau Eropa bangkit dari keterbelakangan. Kebangkitan yang meliputi hampir semua element peradaban, terutama di bidang politik yakni dengan dikalahkannya kerjaan-kerajaan Islam dan bagian dunia lainnya sampai kemajuan di bidang sains dan teknologi.Kesemuanya itu dapat menambah pengetahuan dan wawasan kita, maka hal inilah yang melatar belakangi disusunnya makalah ini.
PEMBAHASAN
1.
Biografi Marwan
bin Hakam
Marwan bin Hakam
merupakan Khalifah ke-empat di dalam Daulat Bani Umayyah setelah Muawiyyah II
atau Muawiyyah bin Yazid berkuasa pada 684 M. Marwan adalah putera paman Khalifah Utsman bin Affan
yaitu Al-Hakam ibn Abi al-'As dengan Aminah bint Alqama Al-Kinaniah pada 28 Maret 623 M di Mekah, yang mana Marwan itu adalah sepupu Khalifah Utsman.
Ia menikah dengan 'Aisha bint Mu'awiyah dan
memiliki putra bernama Abdul Malik bin Marwan
Ketika pada masa
Nabi terjadi pengusiran terhadap ayah Marwan, yaitu Al-Hakam beserta keluarga,
yang pada saat itu Marwan berusia 7 tahun. Utsman bin Affan pernah mengajukan
permohonan supaya pamannya beserta keluarga diizinkan kembali ke Madinah, akan
tetapi ditolak Rasulullah. Begitu pula pada masa Abu Bakar dan Umar, mereka
menolak permohonannya agar dapat kembali dari pengasingan di Thaif ke Madinah.
Namun, pada masa Utsman menjadi khalifah, ia memanggil pamannya sekeluarga
termasuk sepupunya Marwan untuk kembali ke Madinah.
Pada masa Khalifah
Usman bin Affan, Marwan bin Hakam diangkat untuk mengepalai lembaga sekretriat,
yakni Al-dawawin, yang wewenangnya sangat menentukan bagi setiap keputusan
khalifah. Pada masa Mu’awiyah menjadi khalifah, Marwan bin Hakam diangkat
sebagai Gubernur di Madinah. Kemudian pada masa pemerintahan Yazid bin
Mu’awiyah, Marwan bin Hakam menjadi pembantu yang terdekat, serta menjadi salah
seorang penasihatnya di Damaskus.
Marwan bin Hakam
adalah seorang yang bijaksana, berpikiran tajam, fasih dalam berbicara, dan
berani. Ia ahli dalam pembacaan Al-Qur’an dan banyak dalam meriwayatkan
hadis-hadis dari para sahabat Rasulullah saw. yang terkemuka. Dia merupakan lapis pertama dari
kalangan Tabi’in, dia banyak meriwayatkan hadis terutama dari Umar bin Khattab
dan Usman bin Affan.
Muawiyah bin Yazid mengundurkan diri tanpa menunjuk seorang pun
sebagai penggantinya. Para pemuka dan pembesar keluarga Bani Umayyah yang tetap
ingin mempertahankan jabatan khilafah berada di tangan mereka, segera
mengangkat Marwan bin Hakam sebagai khalifah keempat Bani Umayyah.
Sebagian besar penduduk Yaman yang berada di wilayah Syam menyatakan berada di pihak Bani Umayyah. Termasuk di antara mereka Husain bin Alnamir, panglima perang yang pernah memimpin pasukan untuk menyerang Abdullah bin Zubair di Makkah. Dengan demikian, kendati tak mendapat dukungan dari wilayah Hijaz, Irak, Iran dan bahkan Mesir, namun dukungan sebagian penduduk Yaman itu, pihak Bani Umayyah mendapat kekuatan yang tak bisa diabaikan.
Marwan bin Hakam bukanlah sosok baru dalam catur perpolitikan kala itu. Sebelumnya, ia pernah menjabat penasihat Khalifah Utsman bin Affan. Pengaruhnya tidak kecil terhadap kebijakan pemerintahan. Tak sedikit kebijakan yang ditelurkan Khalifah Utsman kental aroma kekeluargaan. Beberapa gubernur kala itu banyak yang diganti dengan orang-orang dari pihak keluarga Umayyah. Misalnya, jabatan gubernur di Mesir yang dipegang oleh Amr bin Ash, diganti oleh Abdullah bin Sa’ad. Abu Ubaidah bin Jarrah yang berhasil menaklukkan wilayah Syria dan Palestina dari tangan Romawi, jabatannya digantikan oleh Muawiyah bin Abi Sufyan. Sa’ad bin Abi Waqqash yang berhasil menaklukkan wilayah Irak dan Iran dari tangan Persia, jabatannya digantikan oleh Ziyad bin Abihi. Begitu pun dengan beberapa wilayah lain. Sebagian besar para pemimpinnya diganti dengan orang-orang dari pihak keluarga Umayyah. Kebijakan ini tak bisa dilepaskan begitu saja dari pengaruh Marwan bin Hakam, mengingat kondisi Khalifah Utsman yang sudah lanjut usia kala itu. Kebijakan yang tidak terjadi sebelumnya itu, melahirkan berbagai ketidakpuasan. Gejolak muncul di beberapa tempat. Puncaknya, Khalifah Utsman terbunuh. Marwan bin Hakam melarikan diri ke Damaskus dengan membawa pakaian Utsman yang berlumuran darah. Lantaran merasa tidak puas dengan kebijakan Khalifah Ali yang tidak segera mengusut pembunuh Utsman, menyebabkan semakin keruhnya suasana. Terjadilah Perang Shiffin antara Khalifah Ali dan Muawiyah. Dari sana lahir kelompok Khawarij, yang merasa tak puas dengan kedua belah pihak, serta berniat membunuh Ali bin Abi Thalib, Muawiyah bin Abi Sufyan, dan Amr bin Ash yang dianggap sebagai penyebab segala kekeruhan.
Khalifah Ali terbunuh. Hasan bin Ali yang hanya menjabat Khalifah selama beberapa bulan, menyerahkan jabatannya kepada Muawiyah. Pada masa inilah, Marwan diserahi jabatan gubernur untuk wilayah Hijaz yang berkedudukan di Madinah. Begitu penduduk Madinah menyatakan dukungan kepada Abdullah bin Zubair, Marwan melarikan diri ke Damaskus.
Dengan demikian, sosok Marwan bin Hakam tidak begitu diterima oleh para sahabat dan tabiin kala itu. Bahkan beberapa ahli sejarah seperti Adz-Dzahabi seperti dikutip Suyuthi dalam Tarikhul Khulafa’-nya tidak memasukkan Marwan sebagai khalifah. Pertentangan antara pihak Abdullah bin Zubair dan Marwan bin Hakam mencapai puncaknya pada Perang Marju Rahith yang terjadi pada 65 H. Pada peperangan ini pasukann Abdullah bin Zubair mengalami kekalahan cukup telak. Penduduk wilayah Mesir dan Libya yang semula berpihak padanya, mengangkat baiat atas Marwan. Namun wilayah Hijaz, Irak dan Iran tetap tunduk kepada Abdullah bin Zubair. Dengan demikian, pada masa itu wilayah Islam terpecah menjadi dua khilafah. Daerah Hijaz dan sekitarnya termasuk Makkah dan Madinah tunduk kepada Abdullah bin Zubair. Sedangkan wilayah Syria berada dalam kekuasaan Marwan bin Hakam.
Sebagian besar penduduk Yaman yang berada di wilayah Syam menyatakan berada di pihak Bani Umayyah. Termasuk di antara mereka Husain bin Alnamir, panglima perang yang pernah memimpin pasukan untuk menyerang Abdullah bin Zubair di Makkah. Dengan demikian, kendati tak mendapat dukungan dari wilayah Hijaz, Irak, Iran dan bahkan Mesir, namun dukungan sebagian penduduk Yaman itu, pihak Bani Umayyah mendapat kekuatan yang tak bisa diabaikan.
Marwan bin Hakam bukanlah sosok baru dalam catur perpolitikan kala itu. Sebelumnya, ia pernah menjabat penasihat Khalifah Utsman bin Affan. Pengaruhnya tidak kecil terhadap kebijakan pemerintahan. Tak sedikit kebijakan yang ditelurkan Khalifah Utsman kental aroma kekeluargaan. Beberapa gubernur kala itu banyak yang diganti dengan orang-orang dari pihak keluarga Umayyah. Misalnya, jabatan gubernur di Mesir yang dipegang oleh Amr bin Ash, diganti oleh Abdullah bin Sa’ad. Abu Ubaidah bin Jarrah yang berhasil menaklukkan wilayah Syria dan Palestina dari tangan Romawi, jabatannya digantikan oleh Muawiyah bin Abi Sufyan. Sa’ad bin Abi Waqqash yang berhasil menaklukkan wilayah Irak dan Iran dari tangan Persia, jabatannya digantikan oleh Ziyad bin Abihi. Begitu pun dengan beberapa wilayah lain. Sebagian besar para pemimpinnya diganti dengan orang-orang dari pihak keluarga Umayyah. Kebijakan ini tak bisa dilepaskan begitu saja dari pengaruh Marwan bin Hakam, mengingat kondisi Khalifah Utsman yang sudah lanjut usia kala itu. Kebijakan yang tidak terjadi sebelumnya itu, melahirkan berbagai ketidakpuasan. Gejolak muncul di beberapa tempat. Puncaknya, Khalifah Utsman terbunuh. Marwan bin Hakam melarikan diri ke Damaskus dengan membawa pakaian Utsman yang berlumuran darah. Lantaran merasa tidak puas dengan kebijakan Khalifah Ali yang tidak segera mengusut pembunuh Utsman, menyebabkan semakin keruhnya suasana. Terjadilah Perang Shiffin antara Khalifah Ali dan Muawiyah. Dari sana lahir kelompok Khawarij, yang merasa tak puas dengan kedua belah pihak, serta berniat membunuh Ali bin Abi Thalib, Muawiyah bin Abi Sufyan, dan Amr bin Ash yang dianggap sebagai penyebab segala kekeruhan.
Khalifah Ali terbunuh. Hasan bin Ali yang hanya menjabat Khalifah selama beberapa bulan, menyerahkan jabatannya kepada Muawiyah. Pada masa inilah, Marwan diserahi jabatan gubernur untuk wilayah Hijaz yang berkedudukan di Madinah. Begitu penduduk Madinah menyatakan dukungan kepada Abdullah bin Zubair, Marwan melarikan diri ke Damaskus.
Dengan demikian, sosok Marwan bin Hakam tidak begitu diterima oleh para sahabat dan tabiin kala itu. Bahkan beberapa ahli sejarah seperti Adz-Dzahabi seperti dikutip Suyuthi dalam Tarikhul Khulafa’-nya tidak memasukkan Marwan sebagai khalifah. Pertentangan antara pihak Abdullah bin Zubair dan Marwan bin Hakam mencapai puncaknya pada Perang Marju Rahith yang terjadi pada 65 H. Pada peperangan ini pasukann Abdullah bin Zubair mengalami kekalahan cukup telak. Penduduk wilayah Mesir dan Libya yang semula berpihak padanya, mengangkat baiat atas Marwan. Namun wilayah Hijaz, Irak dan Iran tetap tunduk kepada Abdullah bin Zubair. Dengan demikian, pada masa itu wilayah Islam terpecah menjadi dua khilafah. Daerah Hijaz dan sekitarnya termasuk Makkah dan Madinah tunduk kepada Abdullah bin Zubair. Sedangkan wilayah Syria berada dalam kekuasaan Marwan bin Hakam.
Marwan bin Hakam berkuasa hanya setahun saja yakni
pada 64-65 H atau 684-685 M. Dalam masa pemerintannya mengalami banyak
pemberontakan yang dilakukan oleh kaum Khawarij dan Syi’ah serta perlawanan
dari penduduk-penduduk Syam, Hijaz, dan Mesir serta Bangsa Arab lainnya.
Selain itu dia juga merupakan khalifah yang
melahirkan penguasa-penguasa yang menjadi puncak kejayaan dalam sejarah
peradaban islam ketika daulah bani Umayyah berkuasa. Dan untuk mengukuhkan
jabatan khilafahnya itu, Marwan bin Hakam yang sudah berusia 63 tahun kemudian
mengawini Ummu Khalid yakni ibu Khalid bin Yazid atau saudaranya Muawiyyah II.
Meskipun dalam perkawinan itu sangat kental dengan aroma politik. Karena dengan
mengawini janda Yazid, Maka Marwan bermaksud menyingkirkan Khalid atau saudara
dari Yazid dari tuntutan khilafah.
Dalam suatu kesempatan, Marwan sempat memberikan
ejekan kepada Khalid dan ibunya. Akibatnya fatal yang kemudian Ummu Khalid
menaruh dendam yang luar biasa pada Marwan bin Hakam. Dan pada suatu kesempatan
ketika Ummu Khalid mendatanginya bersama para dayang dan kemudian Ummu Khalid
pun membunuh Marwan bin Hakam dengan mencekik lehernya ketika dia dalam keadaan
tidur. Marwan meninggal pada bulan Ramadhan dalam usia 63 tahun pada 7 Mei 685 M. Ia hanya menjabat sebagai khalifah
selama 9 bulan 18 hari. Dan kemudian tahta kekhalifahan pun diwariskan pada
anaknya yang bernama Abdul Malik bin Marwan.
2.
Kebijakan Marwan
bin Hakam
Tugas yang pertama
setelah menjadi Khalifah adalah menyelamatkan kedudukannya dan mengembalikan
orang-orang suku di jazirah kedalam kekuasaannya. Kebijakan awal pemerintahan
Marwan bin Hakam:
a)
Menyelamatkan posisinya dan mengembalikan suku-suku dalam
wilayahnya.
b)
Meredam gerakan Abdullah ibnu Zubairdi Hijaz (Makah),
Irak, Mesir, sebagin Suriah.
c)
Meredam gerakan-gerakan di Syam yang hendak mengangkat
Kholid bin Yazid.
d) Mengalahkan gerakan
Khowarij dan Syi’ah.
e)
Menghentikan gerakan Al Dhahak ibnu Qois dan An Nukman
ibnu Basyir.
f)
Mengangkat puteranya Abdul Aziz sebagai gubernur di Syam.
g)
Meredam gerakan Mus’ah ibnu Zubair di Palestina.
3.
Kemajuan dan
Kemunduran pemerintahan Marwan bin Hakam
a)
Kemajuan
Dalam kepemimpinan, Marwan bin Hakam menghadapi
perjuangan yang lama. Mula-mula perjuangan melawan orang-orang dari kabilah
Ad-Dhahak bin Qais. Dia juga mampu menguasai Syam kembali kemudian mengambil
Mesir dari tangan Abdullah ibnu Zubair. Pertempuran hebat terjadi antara
Ad-dhahak dengan Marwan bin Hakam pada suatu tempat yang bernama Marj-Rahit dalam
wilayah distrik ghouta Damsyik. Pertempuran tersebut terjadi pada bulan Muharam
tahun 65 H, dimana mengakibatkan Ad-Dhahak dan para pengikutnya tewas, dengan
demikian seluruh daerah Syam dikuasai oleh Marwan. Kemenangan atas pertempuran
ini berpengaruh kuat terhadap Mesir dan Libya dan seluruh pesisir Afrika Utara.
Semuanya Mengangkat bai’at terhadap Marwan bin Hakam.
Pertempuran marj rahit juga menghasilkan
kesepakatan untuk mendukung Marwan dan sekarang Marwan melanjutkan
perlawanannya terhadap provinsi-provinsi lain yang menerima Ibnu Zubair. Mesir
adalah sasaran yang pertama yang paling mudah. Tanpa mengalami kesulitan sama
sekali Marwan berhasil membujuk orang-orang di Mesir untuk menarik kesetiaannya
dan membai’at Marwan bin Hakam. Hal ini merupakan pencapaian Marwan bin Hakam
sebelum meninggal dunia.
b)
Kemunduran
Selama
pemerintahannya, Marwan bin Hakam berhasil menguasai daerah Syam dan Mesir. Ia
juga merupakan khalifah yang melahirkan penguasa-penguasa yang menjadi puncak
kejayaan dalam sejarah peradaban islam ketika daulah bani Umayyah berkuasa.
Adapun faktor-faktor
yang membawa Daulah Bani Umayyah ke gerbang kehancuran adalah sebagai berikut:
·
Tidak adanya
sistem pergantian pemerintah (khalifah) yang baku yang bisa dijadikan patokan
dalam pergantian khalifah
·
Kuatnya gerakan
oposisi dari kaum Syi`ah dan Khawarij
·
Perselisihan dan
pertentangan etnis antara suku Arab yang mengakibatkan para penguasa mendapat
kesulitan untuk menggalang persatuan dan kesatuan
·
Sikap hidup yang
mewah dilingkungan keluarga Bani Umayyah
·
Perhatian
penguasa Bani Umayyah terhadap perkembangan agama sangat kurang
·
Munculnya
kekuatan baru yang dipelopori oleh
keturunan al-Abbas Ibn Abd. Al-Muthalib dan didukung oleh Bani Hasyim, kaum
Syi`ah dan kaum Mawali.
4.
Sikap dan Sifat
Marwan bin Hakam
Marwan bin Hakam adalah seorang yang bijaksana,
berpikiran tajam, fasih dalam berbicara, dan berani. Ia ahli dalam pembacaan Al-Qur’an
dan banyak dalam meriwayatkan hadis-hadis dari para sahabat Rasulullah saw yang
terkemuka. Dia merupakan lapis pertama dari kalangan Tabi’in, dia banyak
meriwayatkan hadis terutama dari Umar bin Khattab dan Usman bin Affan.
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Pada masa Marwan
Bin Hakam tidak terjadi banyak perubahan, namun Marwan Bin Hakam dapat
menaklukkan beberapa wilayah islam pada masa kekhalifahannya. Marwan bin Hakam
juga terkenal sebagai khalifah kontroversial yang sarat akan politik.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Dapat didownload disini
Cara download:
1. Klik tulisan 'disini' di atas
2. Silang laman yang tidak perlu, tunggu loading sebentar
3. Tekan 'Skip Ad'
4. Download file drive di tanda unduh (panah ke bawah ↓) di pojok kanan atas laman google drive
5. Selesai, tinggal cek di folder download
❤❤❤
With Love,
Fina Sarah Adhari
Ig: finasaadha
Twitter: finasaraha_13
4 comment
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteGa bisa dicopy tp bisa didowload kan, jadilah netter yang cerdas 😓
Deletelink doesnt exist. hemmmmmmmmm
ReplyDeletesorry babe! i'll fix it :)
DeleteWhat do you think about this post?