Writer Journey

by - October 21, 2014


Di usia saya yang masih 14 tahun ini, saya bercita-cita menjadi perancang busana dan penulis. Tetapi, saya sendiri kurang yakin dengan perancang busana, pasalnya saya sudah mencoba menggambar beberapa sketsa tapi gambaran itu tidak bisa disebut sketsa dan tidak dapat dibanggakan sama sekali, gambaran-gambaran itu seperti gambaran anak-anak TK, bahkan tidak lebih baik dari gambaran adik saya yang sudah SD kelas 4.
Nah, penulis. Saya mulai bercita-cita menjadi penulis ketika usia saya menginjak 8 tahun, saat itu saya masih kelas 4 SD.
Hal pertama yang membuat saya ingin menjadi penulis adalah ketika Mama saya mengajak pergi ke toko buku, mungkin itu pertama kalinya saya ke toko buku, saya pun melihat novel-novel anak dan mendapati beberapa novel yang tidak terbungkus plastik, setelah membaca sekilas dan mengobrak-abrik beberapa novel, saya sangat excited melihat foto penulis-penulis cilik yang terpampang jelas di cover belakang novel-novel itu plus biodata mereka. Itu hal pertama yang membuat saya ingin menjadi penulis, dan saya sangat menantikan foto saya yang imut serta biodata lengkap saya terpampang di novel saya nanti. Untuk referensi, saya membeli dua novel anak (salah satunya best seller) dan satu novel komedi.
Alhamdulillah saat itu Bapak saya sudah memiliki sebuah komputer, jadi saya bisa berlatih menulis cerpen-cerpen di sana, saya ingat sekali, konflik-konflik cerita yang saya tulis itu bisa dibilang hasil copy paste dari novel anak yang saya beli waktu itu. Saya sangat antusias menulis cerpen karena ingin sekali memiliki novel sendiri, bahkan saya sangat menyukai membuat nama tokoh dalam cerita saya.
Sayangnya, sampai usia 12 tahun, saya belum bisa mengirim cerpen-cerpen saya kepada penerbit yang alamatnya sudah tercantum di halaman belakang novel yang saya beli itu. Nyatanya saya tidak pernah lagi membeli novel sampai usia 13 tahun, jaraknya memang sangat lama, namun bukan berarti saya tidak pernah menulis dan membaca lagi, karena Mama saya tetap membelikan saya majalah islami yang di dalamnya juga terdapat cerpen-cerpen, dan itu membuat saya semakin ingin mempublishkan cerpen saya. Namun sayang, sepertinya saya terlalu banyak angan-angan, padahal Mama saya mendukung saya dan mau membantu saya mengirimkan cerpen-cerpen saya, namun saya yang saat itu masih pemalu hingga jangankan teman-teman saya, Mama saya pun tidak saya izinkan membaca karangan saya, betapa bodohnya saya waktu itu karena menyia-nyiakan kesempatan yang ada.
Saat berusia 11 tahun dan saya baru saja masuk madrasah tsanawiyah, komputer saya yang memang sudah tua itu mulai menunjukkan tanda-tanda kerusakan,  saya pun memindahkan cerpen-cerpen saya ke flashdisk, untungnya Mama saya sudah membeli sebuah laptop saat itu, jadi saya tetap bisa menulis di media elektronik walaupun masih bisa menullis di kertas. Suatu saat teman saya meminjam flashdisk saya untuk mengcopy tugas, saat dia mengembalikannya, ia memuji saya “kamu keren deh bisa buat cerpen kayak gini, kenapa nggak diterbitin aja?” saya sangat senang mendengarnya, pembaca seperti itulah yang saya mau, walaupun saya tidak memberikan izin untuk membaca cerpen saya, tapi kan bisa untuk mencari cara agar bisa membaca cerpen saya, dan Mama saya pernah melakukannya. Saya kan tsundere, walaupun bilangnya jangan dibaca padahal dalam hati bilangnya plis baca cerpen saya, nah, kalau sudah dipuji itu bikin saya tambah semangat memikirkan ide-ide baru.
Sejak saat itu saya semakin sering menulis, bukan hanya cerpen tapi juga naskah panjang yang bisa dibilang novel. Namun saat mendekati ujian kenaikan kelas ke kelas 2 tsanawiyah saya terpaksa vacuum menulis karena tuntutan sebagai pelajar untuk belajar dan laptop yang dipakai Mama saya untuk bekerja. Setelah beberapa bulan vacuum saya pun ingin menulis lagi, namun satu hal yang membuat saya terkejut, cerpen-cerpen saya semuanya hilang, tidak ada sisa satu file pun di laptop atau pun flashdisk karena memang bukan punya saya dan dipakai bersama satu keluarga.
Namun itu tidak terlalu menjadi masalah, dan saya mencoba untuk menulis cerpen remaja, terinspirasi dari kehidupan nyata saya selama di madrasah tsanawiyah. Saya pun mulai browsing di internet tentang kepenulisan, saya juga mulai menemukan penulis-penulis terkenal seperti Raditya Dika, Asma Nadia, Darwis Tere Liye, dll. Saya memang sudah banyak membaca novel-novel mereka sebelumnya, tulisan mereka memang keren.
Nah, saat naik kelas 3 tsanawiyah, saya semakin banyak tahu tentang kepenulisan, tetapi tidak banyak yang bisa saya terapkan karena saya tidak mengerti sepenuhnya. Hingga saya menemukan sebuah web fanfiction dimana kita bisa menemukan cerita dengan nama tokoh-tokoh anime atau artis korea (yang saya tahu). Kebetulan saya menyukai anime, saya sering membaca fanfic-fanfic di sana dan terkadang mereviewnya. Setelah sekian lama menjadi reader, saya pun mencoba mempublish fanfic dengan tokoh anime, dan saya sangat bersyukur karena banyak orang yang menyukai tulisan saya. Saya berani mempublish cerita saya karena saya menggunakan penname nama samaran yang berbau Jepang (ingat, saya masih pemalu lho!)
Diusia 14 tahun ini, saya yang sudah menjalani tahun pertama sebagai siswi di madrasah aliyah negeri ini mencoba ikut berbagai lomba kepenulisan online berhadiah paket penerbitan yang saya mulai baru-baru ini. Kemarin saya sempat mendaftar di salah satu penerbit mayor, tapi saya bahkan tidak mendapat harapan untuk menang karena pendaftarannya ternyata sudah ditutup sebelum saya mendaftar, padahal deadline pendaftarannya masih beberapa minggu lagi, tetapi pendaftarannya ditutup lebih awal karena sudah terlalu banyak yang mendaftar. Namun saya mencoba lagi ikut lomba lain yang berhadiah paket penerbitan supaya bisa menerbitkan buku gratis, hehe, salah satunya lomba yang diadakan Rasibook ini, membuka kesempatan saya untuk menerbitkan buku.
Nah, jika kalian juga pengin jadi penulis dan pengin naskah kalian diterbitkan, dari banyak tips yang pernah saya baca untuk menjadi penulis yang sukses adalah rajin-rajinlah latihan menulis, untuk menjadi penulis itu bukan masalah keturunan, tapi skill. Jadi kita harus rajin-rajin menulis untuk melatih skill kita.Saya juga masih belajar, jadi ayo kita belajar bersama^^. Kalau kamu memang sudah punya naskah untuk diterbitkan, jangan ragu untuk mengirim naskah kamu ( seperti saya waktu kecil dulu), jangan lupa untuk meninggalkan pesan moral di dalam naskahmu, karena itu akan membuatmu memberikan manfaat bagi orang lain. Kalau memang masih awal dan berkemungkinan besar ditolak penerbit mayor kecuali naskah kamu emang keren, cobalah kirim naskah ke penerbit indie, seperti Rasibook yang menyadiakan beberapa paket penerbitan murah hingga gratis dan tidak menolak naskah. Untuk info lebih lanjut dan lengkap klik http://www.rasibook.com/p/tentangkami.html.


Hanya itu yang bisa saya sampaikan, terimakasih sudah membaca^^



***Artikel ini saya ikutkan pada lomba menulis artikel yang diadakan oleh Penerbit Rasibook.






You May Also Like

0 comment

What do you think about this post?